iklan Ilustrasi
Ilustrasi
Pogram patroli rutin bersandi Patroli Sapu Jerat yang digelar setiap Ramadhan adalah upaya memperlambat proses kepunahana satwa langka harimau sumatera, demikian keterangan Polisi Hutan (Polhut) khusus Patroli Harimau Sumatera Taman Nasional Kerinci Seblat (PHS-TNKS) mengungkapkan.

"Sebenarnya segala upaya yang kita lakukan saat ini termasuk program tetap tahunan Patroli Sapu Jerat di setiap bulan Ramadhan ini hanyalah salah satu upaya memperlambat proses kepunahan satwa langka maskot Sumatera yang jadi primadona pemburu liar dari pasar gelap perdagangan satwa di dunia," kata manajer lapangan PHS-TNKS, Dian Risdianto, di Jambi, Minggu (14/7/13).

Menurut dia, jika menilik dari jumlah populasi harimau sumatera (pathera Tigris Sumatrae) yang semakin berkurang jumlahnya dalam satu dasa warsa ini hanya menyisakan antara 100 hingga 200 harimau di kawasan TNKS. Jumlah tersebut, menurut dia,  adalah angka yang sudah masuk zona garis merah atau di ambang kepunahan yang sudah pasti akan terjadi.

"Pasalnya, harimau sebagai satwa individual yang hidup sendiri-sendiri di alam bebas tidak komunal atau berkelompok, seperti halnya singa, maka memerlukan kawasan hutan yang sangat luas untuk mereka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut tidak sebanding dengan luas kawasan hutan yang kini tersisa terus menyusut, tidak terkecuali di kawasan TNKS,`" ujar Dian.

Selain itu, ia mengemukakan, ciri perkembang biakan harimau sangat karekteristik selektif, karena harimau adalah satwa yang tidak sembarangan dalam memilih pasangan untuk melakukan hubungan perkawinan guna melahirkan keturunan.

"Satwa ini tidak akan mau dan tidak akan bisa sembarang kawin. Seekor jantan akan memilih pasangannya yang terjamin sehat dan jauh dari garis keturunannya sendiri atau telah yakin si betina calon pasangannya bukan dari kalangan keluarganya sendiri, baik saudarinya apalagi induknya," ujar Dian.

sumber:  seruu.com

Berita Terkait