iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat

Pernyataan ini disampaikan Pimpinan Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra (SAH) ketika menghadiri diskusi pendidikan di DPR RI, Jakarta (11/12)  kemarin.

Menurutnya pemerintah harus  bisa mendefinisikan literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu, karena inilah yang membuat Literasi ini berkolaborasi dengan mutu hidup dan kehidupan seseorang, jelasnya.

Pernyataan SAH ini sendiri merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2016, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. 

"Angka 0, 001 itu artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)," ungkapnya. 

Dalam kondisi ini Anggota DPR  RI dari daerah pemilihan Provinsi Jambi tersebut melihat rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia tentu ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang tahun ini akan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean.

Sehingga untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia bisa kita mulai dari sekolah, yang mana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah.

Selain itu SAH juga menyinggung Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai merupakan payung bagi keberlangsungan Gerakan Literasi Sekolah yang dirintis oleh Satria Darma untuk dijadikan sebuah program nasional. 

Sehingga anggota Fraksi Partai Gerindra tersebut berharap aktifitas membaca kedepannya bisa menjadi budaya bangsa Indonesia, untuk menjadi bangsa yang berkemajuan, tandasnya. (aiz) 

 


Berita Terkait