iklan Jokowi dan Prabowo Subianto saat debat capres. Foto : net
Jokowi dan Prabowo Subianto saat debat capres. Foto : net

JAMBIUPDATE.CO - Debat kedua Calon Presiden yang berlangsung tadi malam berlangsung lebih menarik dibanding debat capres-cawapres pertama. Selain moderatornya Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki lebih santai, juga format debatnya lebih menarik karena diberi ruang waktu yang longgar saat sesi debat eksploratif dan sesi debat inspiratif.

Untuk hal ini KPU patut diapresiasi. Para panelis juga patut diapresiasi karena mampu menghadirkan pertanyaan yang menarik.

Jokowi Nampak Tegang Prabowo Terlalu Santai

Sebagai petahana sesungguhnya memungkinkan untuk memimpin debat di atas angin dan karenanya tidak perlu banyak untuk melakukan serangan terhadap penantang. Tetapi Jokowi menunjukan sikap yang tegang dan kaku. Hal ini juga ditunjukan dengan upaya Jokowi menyerang Prabowo.

Ada dua serangan Jokowi terhadap Prabowo yang ditujukan kepada personal Prabowo yaitu melalui kalimat "Pak Prabowo ini pesimis!", dan pada kalimat "jangan seperti bapak yang menguasai lahan 220 hektar di Kalimantan dan 120 Hektar di Aceh".

Sontak kedua serangan ini dibantah Prabowo di kesempatan berikutnya dengan kalimat "saya bukan berarti pesimis tetapi saya menyampaikan fakta agar kita bisa membangun untuk rakyat". Soal penguasaan lahan yang ratusan hektar oleh Prabowo dijawab dengan tenang "kalau negara mau ambil silahkan demi kepentingan negara dan bangsa saya serahkan, tapi jangan diserahkan kepada asing, lebih baik kepada saya yang sudah jelas patriot dan nasionalis".

Namun pada sesi awal debat kedua ini Prabowo nampak terlalu santai dan kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Bahkan ada dua kali kesempatan untuk Prabowo yang tidak dimanfaatkan waktunya dengan baik tetapi mengatakan cukup.

Prabowo Membuat Suasana Debat Jadi Cair

Prabowo membuat suasana Debat Capres kedua ini menjadi cair dan meredakan ketegangan, bahkan membuat moderator terheran-heran, mengingatkan berkali-kali kepada Prabowo bahwa waktunya masih ada.

Suasana santai itu terjadi ketika Prabowo enggan memanfaatkan waktu untuk menyerang Jokowi atau untuk memberikan tanggapan atas ulasan Jokowi. Prabowo bahkan mengejutkan moderator dengan mengatakan "kalau pikiranya sama ngapain anda paksa kami untuk diadu-adu, cukup saya kira". Sontak pernyataan Prabowo ini membuat hadirin heran dan tertawa. Beberapa kali juga Prabowo nampak memuji Jokowi, namun tidak ada satu kalimat pun pujian Jokowi untuk Prabowo.

Kritik Prabowo Pada Jokowi dan Ide Baru Prabowo

Meski Prabowo nampak enggan mengkritik Jokowi tetapi beberapa pernyataanya sempat membuat Jokowi mengernyitkan dahi kepalanya.

Ada kritik Prabowo saat debat meski disampaikan terlalu santun, misalnya pada pernyataan Prabowo kepada Jokowi: "janjinya dulu tahun 2014 tidak akan impor pangan, tapi mengapa saat ini impor besar-besaran padahal katanya surplus beras?"

Selain itu Prabowo juga menyebutkan bahwa saat ini tidak sedikit pengelolaan bisnis dikelola oleh asing dan kekayaan banyak mengalir ke asing.

Hampir tidak ada ide baru yang muncul dalam debat Capres kedua tadi. Kecuali sedikit saja yang muncul dari Prabowo yaitu untuk menyelamatkan lingkungan hidup akan dipisah antara Menteri Kehutan dan Menteri Lingkungan Hidup. Ide baru lainya yang muncul dari Prabowo adalah akan membuat BUMN yang khusus menangani perikanan dan kelautan yang dikelola oleh anak bangsa sendiri bukan asing.

Kekeliruan Data Jokowi

Dalam debat Capres kedua ini Jokowi sebagai petahana sangat banyak menyebutkan data, namun setelah debat usai sejumlah media yang melakukan fact check ditemukan terlalu banyak data yang diungkap Jokowi ternyata keliru.

Data keliru Jokowi tersebut ditemukan ketika Jokowi mengatakan bahwa hampir tidak ada konflik dalam pembebasan lahan untuk pembangunan infrasrruktur dalam 4.5 tahun ini. Faktanya ternyata data Greenpeace (2015) menyebutkan ada konflik pada kasus pembangunan PLTU di Batang Jawa Tengah yang berakhir dengan konflik hebat dengan masyarakat karena ada pemindahan paksa. Konflik lain juga terjadi pada proses pembangunan bandara baru Yogyakarta (New Yogyakarta Airpirt).

Data keliru Jokowi juga ditemukan ketika Jokowi dalam debat mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir ini tidak ada kebakaran hutan. Faktanya ternyata ada. Berdasarkan sumber Direktorat PKHL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018) menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat kebakaran hutan seluas 14.604,84 hektar. Pada tahun 2017 terdapat kebakaran hutan seluas 11.127,49 hektar, dan pada tahun 2018 terdapat kebakaran hutan seluas 4.666,39 hektar.

Data keliru Jokowi juga ditemukan ketika Jokowi mengatakan bahwa tahun 2014 kita masih impor jagung sebesar 3,5 juta ton dan tahun 2018 hanya impor 180.000 ton. Faktanya, berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik (BPS, 2018) disebutkan bahwa Indonesia mengimpor jagung mencapai 737.220 ton.

Tentu kekeliruan data Jokowi ini bisa menjadi pukulan balik dari kubu Prabowo kepada Jokowi karena Jokowi bisa dinilai menggunakan data bohong atau hoax. Jika pukulan balik Prabowo ini dilakukan tentu akan terus menggerus elektoral Jokowi.

Prabowo Menggunakan Paradigma Pasal 33 UUD 1945, Jokowi Tidak

Sepanjang debat tadi malam hanya Prabowo yang dalam pandangan dan strateginya selalu diucapkan merujuk pada pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sementara Jokowi dari awal debat sampai akhir debat tidak satu pasal pun dalam UUD 1945 yang dijadikan rujukan dalam pembangunan dan strateginya.

Ini agak aneh memang, aneh karena Jokowi yang berlatar belakang PDIP yang dikenal nasionalis dan khatam UUD 1945 ternyata dalam bicara soal sumber daya alam tidak satu kalimat pun Jokowi menjadikan UUD 45 sebagai rujukan atau dasar paradigma dan strateginya.

Tidak Ada Pertanyaan Tajam dari Kedua Capres

Kelemahan terbesar dari debat kedua justru datang dari kedua capres. Kedua calon Presiden tersebut saat sesi debat eksploratif dan sesi debat inspiratif tidak menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang tajam terkait energi, pangan, sumberdaya alam, infrastruktur dan lingkungan hidup. (rmol)


Sumber: www.rmol.co

Berita Terkait



add images