iklan Ilustrasi. Foto : net
Ilustrasi. Foto : net

JAMBIUPDATE.CO, PADANG - Pakar Gempa dari Universitas Andalas, Dr Badrul Mustafa mengatakan, gempa di Solok Selatan (Solsel) kemarin (28/2) merupakan gempa darat yang dipicu pergeseran lempeng tektonik Sesar Semangka atau Sesar Sumatera. Pergeseran di sepanjang Sesar Semangka segmen Suliti-Siulak di Solsel.

Berdasarkan peta seismisitas gempa darat dan sejarah gempa merusak di Sumbar, dari empat segmen sesar yang lokasinya berada di wilayah Sumbar, hanya pada segmen Sesar Suliti yang sedikit aktivitas kegempaannya.

Segmen Sesar Suliti berada di wilayah Solsel, ujung utara segmen berada pada Danau Diatas dan Danau Dibawah di Kabupaten Solok, dan menelusuri lembah Sungai Suliti ke tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di baratlaut Gunung Kerinci. Gempa di segmen ini jarang terjadi. Kalau tidak salah, pertama kali terjadi pada tahun 1943, jelasnya.

Meski pergeseran lempeng di sini jarang terjadi, namun ketika bergeser kekuatannya tergolong besar. Bahkan, bisa lebih besar dari kekuatan gempa yang dipicu pergeseran lempeng Mentawai di zona Megathrust di Pulau Siberut. Jika sampai terjadi gempa di atas 6 skala Richter di Sesar Semangka ini, maka sama kekuatannya dengan gempa Mentawai Megathrust yang di atas 8 SR, jelasnya.

Ke depan, dia berharap Pemkab Solsel menyiapkan mitigasi bencana kepada seluruh lapisan masyarakat. Sebab, gempa serupa masih berpotensi terjadi. Apalagi saat ini banyak sekali bangunan rumah warga yang rusak sehingga perlu adanya sosialisasi bangunan ramah gempa. Sejak beberapa tahun ini kita sudah ingatkan Pemkab Solsel bahwa segmen ini sudah sangat lama tidak aktif. Mungkin sewaktu-waktu ia aktif. Pemkab dan masyarakat tidak boleh terlena. Harus terus melakukan upaya mitigasi secara proporsional sehingga lebih sadar terhadap ancaman gempa tersebut, katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menjelaskan, gempa di Solsel kemarin diduga kuat dipicu aktivitas sesar lokal yang merupakan percabangan (splay) dari Sesar Besar Sumatera (The Great Sumatra Fault Zone), mengingat lokasi episenter gempa ini terletak di sebelah timur jalur Sesar Besar Sumatera tepatnya di Segmen Suliti.

Catatan sejarah gempa besar di Segmen Suliti ini, menurutnya tidak banyak. Namun, pada bagian selatan Segmen Suliti yang berdekatan dengan Segmen Siulak dalam catatan sejarahnya pernah terjadi gempa dahsyat, yaitu Gempa Kerinci tahun 1909 sebesar 7,6 SR dan tahun 1995 berkekuatan 7,0 SR. Salah satu peristiwa gempa dahsyat di perbatasan Sumbar, Bengkulu, dan Jambi adalah gempa merusak yang terjadi pada 4 Juni 1909, sekitar 7 tahun setelah wilayah ini diduduki oleh Hindia-Belanda.

Gempa tektonik yang dipicu akibat aktivitas Sesar Besar Sumatera tepatnya di Segmen Siulak ini berkekuatan 7,6 SR. Gempa ini jadi gempa darat terkuat yang mengawali abad ke-20 M di Hindia-Belanda. Peristiwa gempa dahsyat ini banyak ditulis dan diberitakan dalam berbagai surat kabar Pemerintah Hindia Belanda.
Jumlah korban jiwa meninggal akibat gempa tersebut sangat banyak mencapai lebih dari 230 orang, sementara korban luka ringan dan berat dilaporkan juga sangat banyak.

Sejarah gempa dahsyat yang melanda Kerinci tahun 1909 kemudian terulang kembali tahun 1995. Gempa bumi Kerinci 1995 berkekuatan 7,0 SR terjadi pada 7 Oktober 1995 yang mengakibatkan kerusakan parah di Sungaipenuh, Kabupaten Kerinci. Gempa bumi itu menyebabkan 84 orang meninggal, 558 orang luka berat dan 1.310 orang luka ringan. Sementara 7.137 rumah, sarana transportasi, sarana irigasi, tempat ibadah, pasar dan pertokoan mengalami kerusakan. (cr23/esg)


Sumber: Padang Ekspres

Berita Terkait



add images