iklan Ibrahim tengah memukul bedug tanda memasuki waktu salat. (Alwi Alim/ JawaPos.com)
Ibrahim tengah memukul bedug tanda memasuki waktu salat. (Alwi Alim/ JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO, Pakaian merah yang sederhana, dan menggunakan peci putih, Ibrahim duduk di Masjid sambil memegang kayu pemukul bedug menunggu waktu ashar tiba. Sesekali, pria berusia berusia 44 tahun ini mengelilingi Masjid Sami ull Huda mengecek kondisi masjid agar tetap rapi dan bersih.

Begitulah keseharian Ibrahim yang bekerja sebagai marbot Masjid Samiul Huda di Jalan Kopral Dahri Sembayu, Kelurahan Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang. Kini ayah tiga anak tersebut mencoba mengadu nasibnya dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) sebagai Calon Legislatif (Caleg) Partai Garuda Dapil IT I, II, dan III Palembang.

JawaPos.com pun berkunjung dikediamannya yang tak jauh dari masjid. Tampak, rumah sederhana yang dihuni keluarga Ibrahim dengan kelengkapan warung pempek tepat didepan rumahnya.

Beginilah kondisi rumah saya yang sederhana, kata Ibrahim sesaat sesampainya dirumahnya, Kamis (28/3).

Diceritakannya, semula tidak pernah terlintas dipikirannya untuk maju sebagai caleg, mengingat dirinya hanya sebatas marbot di masjid. Namun, ia dipertemukan dengan seorang temannya yakni Mgs Emil Syahruddin. Rekannya tersebut terus mengajaknya untuk berkecimpung di dunia partai dan maju di pileg sebagai Caleg DPRD Palembang.

Saya merasa tidak mampu sehingga saya pun menolaknya, jelas suami Ningsih ini.

Rekannya kemudian mengeluarkan berbagai dalil, dimana dalam dalil tersebut setiap orang harus berusaha untuk merubah nasib meski semua takdir kembali kepada yang diatas. Dirinya pun berkonsultasi dengan orangtua, istri hingga anaknya dan mereka pun setuju untuk patut dicoba.

Hingga, dirinya mulai mengikuti proses kelengkapan berkas dan ditetapkan sebagai caleg untuk Dapil IT I, II, dan III. Keluarganya pun mendukung dan mensupportnya untuk terus berjuang meski dengan keterbatasan.

Ini yang menjadi kekuatannya tetap bertahan maju sebagai Caleg, terangnya.

Ia mengakui hanya bermodal uang Rp 3 juta untuk maju sebagai caleg dan tanpa ada bantuan. Uang tersebut digunakannya untuk membuat banner, sticker dan kartu nama dalam melakukan sosialiasi.

Dirinya percaya uang bukan segalanya, karena yang paling penting menurutnya doa dari orangtua hingga anak dan istrinya. Ia pun mengaku tidak sedikit yang melecehkannya karena ikut dalam sebagai Caleg.

Seperti, dibilang tidak ada harapan untuk terpilih karena tidak ada modal, koneksi hingga partai baru. Namun, dirinya tetap yakin dan menggantungkan semuanya kepada Allah dan sisanya tawakal.

Sejauh ini, upaya yang telah dilakukannya yakni melakukan pemasangan banner dipinggi jalan raya serta melakukan pendekatan door to door di wilayahnya.

Alhamdulillah respon lingkungan mendukung dan memberikan harapan besar serta mendoakannya terpilih. Tapi, ada juga yang mengecilkannya, pria kelahiran Palembang ini.

Jika pun nantinya terpilih. Maka dirinya, tentu akan melaksanakan aspirasi masyarakat di dapilnya dan tentunya menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Salah satunya, berdasarkan pengalaman pribadi membantu orang yang terkena musibah dan banyak lainnya. Dan yang pasti, dirinya tidak akan melupakan asal usulnya sebagai marbot masjid.

Jadi marbot masjid ini sudah 14 tahun lamanya jadi saya tidak akan lupa asal usul saya, terangnya.

Selain menjadi marbot, ia juga mengajarkan ngaji hingga berjualan kecil yakni pempek. Dirinya menjadi marbot ini sejak tahun 2005 dimana saat itu dirinya tidak memiliki pekerjaan dan kemudian ditawarkan untuk mengurus masjid.

Ia pun tanpa pikir panjang menerima tawaran tersebut. Dirinya menjadi marbot ini dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan karena disaat itu memang sedang tidak ada kerjaan.

Saya pun tetap istiqomah mengurus masjid tersebut sampai saat ini. Jika pun terpilih, saya akan tetap mengurus masjid diwaktu senggang, tutupnya.

Editor : Bintang Pradewo

Reporter : Alwi Alim


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images