iklan Air diolah di Instalasi Pengoalahn Air (IPA) Broni PDAM Tirta Mayang Kota Jambi dengan kafasitas 600 liter per detik, pertama di Indonesia. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto : M Ridwan / Jambi Ekspres
Air diolah di Instalasi Pengoalahn Air (IPA) Broni PDAM Tirta Mayang Kota Jambi dengan kafasitas 600 liter per detik, pertama di Indonesia. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto : M Ridwan / Jambi Ekspres

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mayang (PDAM TM) Kota Jambi mengaku dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami kerugian. Tepatnya di tahun 2016, 2017 dan puncaknya terjadi di tahun 2018 di mana pada 2018 mengalami kerugian sebesar Rp11 miliar. 

Menurut Walikota Jambi Syarif Fasha, untuk saat ini memang tidak ada pilihan lain kecuali untuk menyesuaikan tarif. Sebab pemerintah daerah tidak bisa melakukan subsidi karena anggaran untuk tahun 2019 sudah disahkan oleh DPRD kota Jambi.

"Jadi saya ceritakan sedikit bahwa waktu itu mereka jajaran direksi pada bulan Juli 2017 sudah menghadap saya terkait hal ini, dan di bulan Agustus september jika PDAM tidak diberikan suntikan dana sampai dengan Oktober, maka PDAM Kollaps, dan tidak ada lagi dana untuk memberi gaji karyawan. Saya menyadari bahwa kebijakan ini memang tidak populer, tapi ini demi kemaslahatan masyarakat saya rela dibenci dan hilang popularitas," ujarnya.

Menurut Fasha, setiap bulannya operasional PDAM TM membutuhkan anggaran sebesar Rp8,5 miliar. Saat tarif dinaikkan tempo hari, maka PDAM TM menerima pendapatan sebesar Rp12 miliar setiap bulannya.

"Jadi ada kelebihan sebesar Rp3,5 miliar. Dana itu digunakan untuk investasi seperti pergantian pipa dan untuk mengurangi kebocoran yang saat ini angkanya masih di atas 40 persen," katanya. (hfz)


Berita Terkait



add images