iklan Pelepasan dua unit kendaraan yang menggunakan Biodiesel B50 dari PTPN 6 menuju Jakarta. Foto : Ist
Pelepasan dua unit kendaraan yang menggunakan Biodiesel B50 dari PTPN 6 menuju Jakarta. Foto : Ist

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Indonesia menjadi negara terdepan dalam mengembangkan biodoesel berbasis minyak sawit. Selain biodiesel dengan campuran minyak sawit 20 persen, saat ini juga telah disiapka biodiesel dengan campuran lebih besar, yakni 50 persen, yang dikenal dengan Biodiesel B50.

Bahkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang dikenal dengan Indonesia Oil Palm Research Institute melaksanakan ujicoba penggunaan biodiesel B50 pada dua mobil bermesin diesel dengan menempuh perjalanan dari Kota Medan menuju Jakarta. Sebelum sampai di Jakarta dua unit mobil yang bahan bakarnya dicampur dengan biodiesel B50 ini mampir di PTPN 6 Jambi.

Menurut Dr. M. Ansori Nasution, peneliti dari PPKS Indonesia Oil Palm Research Institute, mengatakan, penggunaan B50 menghasilkan data konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang berbeda dari B20. Setiap 1 liter Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar yang dicampur Biodisel B50 dapat digunakan untuk menempuh perjalanan sejauh 10,6 kilometer (km). Sedangkan penggunaan BBM dengan tanpa dicampur dengan Biodiesel B50 dapat menempuh perjalanan sejauh 10,8 km/liter. "Kita lakukan uji coba menembus jalur lintas timur Sumatera selama tiga hari perjalanan sepanjang 2.300 kilometer, mobil dengan jenis dan merek sama yaitu Kijang Inova," jelasnya.

Setelah melakukan road test Biodiesel B50 ini, nantinya pada ajang Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) di Jakarta akan dipamerkan dua mobil berbahan bakar Biodiesel B60 ini. Pengunjung dapat melakukan test drive pad both yang telah disediakan nantinya.

Ansori menambah, sebagai peneliti dirinya hanya mampu memberikan data-data dari hasil penelitian penggunaan Biodiesel B50 tersebut. Untuk produksi secara masal kewenangannya ada pada pemerintah. Namun dalam hal kesiapan, dirinya mengaku Biodisel B50 sudah siap diproduksi secara masal. "Kita akan memberikan data penelitian kita kepada pemerintah, tinggal pemerintah yang mengambil kebijakannya," ujarnya saat menyambangi PTPN 6, Minggu (21/4) kemarin.

Direktur Operational PTPN 6, Denny Ramadhan Nasution mengatakan, PTPN 6 sangat mendukung program Road Test Biodisel B50 Sawit apalagi PTPN 6 sebagai penghasil CPO. "Kita selama ini menkonsumsi 30 juta ton solar, sementara produksi sebesar 50 juta ton lebih setahun. Ada hampir 30 juta ton yang diekspor keluar," sebutnya.

Supaya stabilitas harga CPO bisa stabil terutama di tingkat petani, maka sangat diperlukan program ini. Karena selama ini Eropa sangat mengatur harga CPO. Apabila CPO ini digunakan sendiri maka Indonesia bisa mengatur sendiri harga CPO, sehingga bisa mensejahterakan petani. "Melalui program ini Indonesia sebagai penyedia CPO terbesar di dunia bisa mengatur harga CPO," imbuh Ramadhan. (kar)


Berita Terkait



add images