iklan Keluarga korban saat berada di RS DKT. Foto : Gusnadi / Jambiupdate
Keluarga korban saat berada di RS DKT. Foto : Gusnadi / Jambiupdate

JAMBIUPDATE.CO, KERINCI -Kabag TU RSU MHA Thalib Kerinci, Serigar, memberi konfirmasi terkait adanya dugaan salah satu stafnya menolak pasien BPJS.
Meurutnya, memang saat ini masih dalam kondisi survei simulais sistim akreditasi. Namun meskipun demikian, tidak ada istilah selama proses tersebut pelayanan tidak dilaksnakan seperti biasanya.

"Tidak ada istilah menolak, pelayanan tetap seperti biasanya. Direktur tidak pernah mengeluarkan surat, bahwa selama akreditasi ini, tidak menerima pelayanan, tapi tetap berjalan seperti biasanya," tegas Serigar.

Jikalau memang benar itu yang terjadi, maka pihaknya akan menelusuri kebawah, apakah benar apa tidak. Karna kadang-kadang, bahasa yang disampaikan petugas dengan diterima korban berbeda.

BACA JUGA : Oknum Pegawai RSU MHA Thalib Kerinci Diduga Tolak Pasien BPJS

"Kalau benar itu yang disampaikan, maka itu salah. Selaku kepegawaian RSU, ada pelayanan, dan perwatan. Maka sanksi akan sesuai etika keperawatan, orang itu lebih taau apa sanksi yang harus diberikan," ucapnya.

Pada waktu itu juga Kabag TU RSU MHA Thalib Kerinci berkoordinasi dengan bagian IGD. Dari hasil tersebut ia membenarkan bahwa memang pada jam 11.00 wib, ada pasien atas nama Mita yang diantar oleh ibunya, dan langsung diberikan pelayanan, yang didiagnosa oleh Dr Nova, yang jaga pada saat itu. Setelah dilakukan pemeriksaan, anak itu tidak indikasi untuk dirawat, sehingga diperbolehkan untuk rawat jalan.

Sehingga disarankan untuk berobat di Poli, tentunya sesuai aturan, jika memang menggunakan BPJS, harus ada rujukan terlebih dahulu dari Puskesmas. Jika memang tetap dilayani, maka harus umum. Karna di IGD, harus pasien Imergensi. "Itu sudah disarankan terhadapkan ibunya, kami telah menjalankan sesuai pelayanan dan prosedur." Kata Serigar.

Terkait adanya perkataan bahwa kami menolak pasien dengan alasan masih dalam proses Akreditasi, itu sangay tidak benar. Secara logika, tidak mungkin berani menyampaikan ucapan seperti itu. "Bahasa itu tidak ada, logija, karna tidak berani menyampaikan itu," tegasnya.(adi)


Berita Terkait



add images