iklan TERDAMPAR: Atlet renang DKI ikut merasakan gejolak di Bandara Hongkong. Mereka terdampar beberapa jam karena bandara ditutup. (dari kiri ke kanan) Pelatih Renang DKI Jakarta Albert Sutanto,Gagarin Nathaniel Yus, Felix Sutanto, Herman Yus bersama rombongan yang terjebak di International Hongkong Airport, Senin (12/8/2019). (PRSI DKI Jakarta )
TERDAMPAR: Atlet renang DKI ikut merasakan gejolak di Bandara Hongkong. Mereka terdampar beberapa jam karena bandara ditutup. (dari kiri ke kanan) Pelatih Renang DKI Jakarta Albert Sutanto,Gagarin Nathaniel Yus, Felix Sutanto, Herman Yus bersama rombongan yang terjebak di International Hongkong Airport, Senin (12/8/2019). (PRSI DKI Jakarta )

Tiba pukul 15.45, dijadwalkan terbang pukul 19.05, tapi akhirnya baru bisa dievakuasi pukul 23.00. Para atlet dan pelatih pun sempat ngemper: poster sisa demonstran jadi alas dan tas digunakan sebagai bantal.

AGAS P. HARTANTO, Jakarta, Jawa Pos

JAMBIUPDATE.CO, -  PUKUL 19.31 WIB tadi malam (13/8), pelatih renang DKI Jakarta Albert Sutanto memberi kabar Jawa Pos.

“Ini saya baru mendarat,” tulis dia melalui pesan singkat.

Segera obrolan kami kemudian beralih melalui sambungan telepon. Albert terdengar tertawa lega. Bersyukur bisa kembali ke Indonesia.

Maklum, dia dan tim renang DKI Jakarta sempat tertahan hampir 8 jam di Bandara Hongkong. Buntut demonstrasi menolak RUU Ekstradisi di negeri bekas koloni Inggris yang kini berada di bawah Tiongkok tersebut.

Tim renang DKI Jakarta pergi ke Hongkong untuk mengikuti Hongkong Open Swimming Championship yang berlangsung 9 sampai 11 Agustus. Sebelum berangkat Kamis pekan lalu (8/8), Albert bersama ofisial tim sudah mencari tahu kondisi terkini Hongkong.

Mulai bertanya kepada teman yang menetap di sana hingga mengontak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hongkong. Maklum, sejak Juni lalu demonstrasi untuk menolak RUU Ekstradisi terus berlangsung.

Namun, dari informasi yang mereka kumpulkan, situasi Hongkong masih kondusif. Tim renang DKI Jakarta akhirnya bertolak dengan membawa 22 orang. Perinciannya, 15 atlet, 6 pelatih, dan 1 manajer tim.

Begitu tiba, lanjut Albert, situasi di Hongkong ternyata memang masih aman. Turnamen berjalan lancar. Tidak terganggu kejadian apa pun sebagai buntut demonstrasi.

Malah ketika pulang dari venue untuk menuju penginapan, kendaraan tim melewati Victoria Park. Albert melihat tempat itu penuh dengan massa berbaju hitam. Membawa poster dan spanduk yang berisi protes.

“Semua berjalan dengan baik karena para pendemo atau mahasiswa itu berpendidikan ya. Nggak merusak fasilitas. Jadi, kami aman,” katanya.

 

Berita Terkait



add images