iklan Damai Papua - Sejumlah warga Papua yang tinggal di Kota Solo bersama warga kota Solo menggelar aksi damai di Plaza Manahan menyerukan agar konflik di Papua segera usai, Senin (2/9). Dalam aksi tersebut, sejumlah warga Papua tersebut menyerukan bahwa Papua adalah bagian dari NKRI.
Damai Papua - Sejumlah warga Papua yang tinggal di Kota Solo bersama warga kota Solo menggelar aksi damai di Plaza Manahan menyerukan agar konflik di Papua segera usai, Senin (2/9). Dalam aksi tersebut, sejumlah warga Papua tersebut menyerukan bahwa Papua adalah bagian dari NKRI. (Damianus Bram/Radar Solo)

JAMBIUPDATE.CO, - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menentang seruan referendum terhadap Papua dan Papua Barat. Menurut dia, tidak ada celah lagi untuk hal itu dilakukan. Baginya, isu tersebut hanya akal-akalan kelompok separatis yang ingin memecah belah bangsa.

“Referendum itu, wahai kaum muda intelektual bangsa Indonesia, terutama di Papua dan daerah-daerah lainnya, referendum hanya ada bagi negara-negara yang belum berdaulat,” kata Hendropriyono dalam Forum Patriotik untuk Papua dan Papua Barat, di Jakarta, Kamis (5/9).

Hendropriyono menjelaskan referendum tidak berlaku untuk negara merdeka seperti Indonesia. Khusus untuk Papua sendiri telah dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969 yang diselenggarakan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Hasilnya Papua secara resmi menjadi bagian Indonesia.

Ketua Dewan Kehormatan PKPI itu menilai referendum hanya dimanfaatkan oleh kelompok separatis. Salah satunya dengan memproduksi hoax. Agar masyarakat Papua bisa diadu domba.

“Orang-orang yang separatis, kita bangsa yang berdaulat, tidak ada iming-iming referendum. Itu hoax. Self determination, penentuan nasib sendiri, hanya bagi negara yang belum merdeka. Bangsa Indonesia sudah merdeka, Papua sudah merdeka bersama Indonesia,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hendropriyono meminta kepada seluruh anak bangsa khususnya warga Papua agar tidak termakan provokasi isu-isu tidak benar. Jangan sampai provokator diberi ruang untuk beraksi.

“Ada yang main ini, makanya kalau nggak bersatu, kita nggak bisa menyimpulkan permainannya. Ini, makanya opini pecah belah. Makanya jangan mau dipecundangi, kalian itu intelek,” pungkasnya.

Editor : Bintang Pradewo

Reporter : Sabik Aji Taufan


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait