iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Resesi atau kemerosotan ekonomi telah meluluhlantakkan perekonomian sebuah negara. Setidaknya, ada 13 perbankan besar di Eropa dan negara barat lainnya, telah melakukan pemangkasan karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi tersebut berpotensi kepada perbankan Indonesia.

Menanggapi masifnya perbankan besar melakukan PHK, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan, gelombang PHK di dunia terjadi lantaran dampak resesi yang terjadi saat ini sampai dengan 2021 mendatang.

“Ini merupakan rangkaian peristwa resesi yang terjadi saat ini hingga tahun 2021,” ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (9/10).

Lanjut Huda, perlambatan ekonomi global, perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) yang tidak kunjung reda, bahkan perang melebar antara AS dengan Eropa. Tentu, kondisi demikian akan mengancam perekonomian Indonesia.

“Ada tingkat kelesuan ekonomi yang cukup tinggi. Resesi ini bukan hanya terjadi di Eropa ataupun negara barat lainnya. Bisa jadi Indonesia terdampak resesi ini,” kata dia.

Saat ini, menurut Huda, Indonesia telah merasakan dampak resesi pada sektor perbankan. Salah satunya, perlambatan penyaluran kredit pada beberapa bulan terakhir. “Tentu ini sinyal yang berbahaya bagi perekonomian nasional,” tutur Huda.

Sebagaimana diketahui, sepanjang tahun 2019 setidaknya ada 13 bank besar yang mengumumkan akan melakukan efisiensi karyawannya. Dari 13 bank tersebut diantaranya merupakan bank dari Eropa.

PHK karyawan terbanyak dilakukan di Eropa. Kemudian disusul Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika. Sisanya di Asia Pasifik. Pemangkasan karyawan dilakukan karena ekonomi Eropa tumbuh melambat dari tahun 2017-2018. Pada rentang tahun itu, ekonomi dunia tumbuh melambat sebesar 0,126 persentase poin, sementara ekonomi Eropa tumbuh melambat lebih dalam lagi sebesar 0,49 persentase poin.


Berita Terkait