iklan Ilustrasi
Ilustrasi (Dok Jambiupdate)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memfokuskan pengelolaan pendidikan vokasi dengan program ‘menikahkan’ dunia usaha dan industri melalui sekolah vokasi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menilai, bahwa saat ini sekolah vokasi dan industri masih banyak yang mengalami mismatch atau ketidakcocokan. Untuk itu, pihaknya akan ‘menikahkan’ keduanya kedalam sesuatu yang lebih mengikat.

Artinya, layaknya pasangan yang ‘menikah’, sekolah vokasi dan dunia industri harus membahas semuanya secara bersama-sama. Satu sama lain harus memiliki persetujuan.

“Saya melihatnya selama ini banyak kerja sama SMK dan industri hanya untuk formalitas. Untuk itu kita pakai analogi ‘pernikahan’ yang sifatnya permanen. Dengan begitu, adanya peningkatan link and match antara SMK dan industri,” kata Nadiem, Senin (29/6).

“Mereka harus sama-sama hidup bersama dan menjadi bagian fokus daripada industri itu,” sambungnya.

Nadiem mengatakan, bahwa selama ini dunia industri sangat membutuhkan lulusan yang siap kerja. Namun kenyataannya, banyak lulusan SMK yang menjadi pengangguran. Menurutnya, hal itu karena tidak ada kecocokan antara kualifikasi lulusan terhadap permintaan yang ada.

Untuk itu, ia mengarahkan agar membuat kurikulum bersama. Dari situ, industri bisa memberikan masukan kepada SMK terkait tujuan pembelajaran. Dengan demikian, industri dapat memiliki lulusan SMK yang sesuai kebutuhannya.

“Kalau sudah bermitra seperti membangun kurikulum, maka dilanjutkan terus dengan praktisi industri mengajar ke SMK. Dan harus ada tanda tangan perjanjian industri bakal meng-hire (merekrut) lulusan SMK,” ujarnya.

Nadiem manambahkan, keuntungan industri merekrut lulusan SMK juga akan menekan pengeluaran lebih besar, saat industri terus mengambil tenaga kerja berpengalaman tinggi maupun luar negeri.

“Industri akan rugi jika tidak menerima lulusan SMK. Karena jumlah cost yang mereka keluarkan untuk membayar talenta, atau dapat talenta yang impor kan besar. Sedangkan merekrut lulusan SMK yang jauh lebih muda, tentu tak perlu mengeluarkan biaya besar,” tuturnya.

Nadiem berharap, dalam lima tahun ke depan adanya lonjakan penerimaan peserta didik vokasi. Karena, pendidikan vokasi telah memberi bukti keterserapan tenaga kerja yang tinggi.

“Nantinya kita akan melihat antrean masuk SMK atau politeknik. Karena di sana mereka akan mendapatkan pengalaman, praktik kerja untuk maju ke jenjang berikutnya,” katanya.

Sementara itu, Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbud, Ahmad Saufi menambahkan, bahwa saat ini kesempatan lulusan SMK langsung diterima kerja semakin besar dikarenakan adanya program ‘pernikahan massal’ antara pendidikan vokasi dan industri.

“Program ini yang semakin memperkuat kemitraan antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI),” ujar Saufi.

Saufi menjelaskan, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbud mempunyai tugas yakni menjodohkan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.

“Kami akan banyak berinteraksi dengan pelaku industri, termasuk mengenalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh pendidikan vokasi sehingga mereka percaya akan kemampuan lulusan vokasi,” terangnya.

Untuk jenjang SMK, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI pada 2020 memberikan perhatian khusus bagi peningkatan kapasitas dan kompetensi guru serta kepala sekolah. Pelatihan bagi guru dilakukan melalui program up-skilling dan re-skilling Guru Kejuruan SMK berstandar industri.

“Sedangkan bagi kepala sekolah, terdapat Program Diklat CEO untuk meningkatkan kapasitas manajerial kepala SMK khususnya dalam kepemimpinan kewirausahaan,” imbuhnya.

Saufi menyebutkan, bahwa fokus Kemendikbud pada pengembangan pendidikan vokasi sendiri adalah di empat bidang prioritas, yakni pemesinan dan konstruksi, hospitality, ekonomi kreatif, dan care service (layanan perawatan).


Berita Terkait



add images