iklan Sy Fasha bersama Istri dan Alm Anaknya.
Sy Fasha bersama Istri dan Alm Anaknya. (Istimewa)

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Suara hati Walikota Jambi Sy Fasha yang ditulis Fasha dalam bentuk puisi dan video viral di lini masa, terutama di Instagram. Ia menulis curahan hatinya itu, disertai dengan video pendek, masa-masa indah bersama buah hatinya Muhammad Fabiansyah Putra yang baru saja dipanggil Sang Khalik.

Video itu betul-betul menyayat hati, haru dan lirih berbaur menjaid satu.
Ini Curahan Hatinya

Kata hati sang ayah untuk anaknya
Untuk ananda Muhammad Fabiansyah Putra
Anakku..

Aku dan ibumu pernah punya impian tentangmu. Sebagaimana impian yang kami sematkan dalam doa-doa untuk kakak dan abangmu

Impian itu tak pernah pudar, meski kemudian di rumah sakit kau terkapar
Anakku..

13 September saat kita sekeluarga terkonfirmasi terinfeksi covid, dadaku langsung bergetar
Bukan, nak..

Bukan ketakutan kematian akan akan datang padaku yang kutakutkan..

Sekuat hajat aku bermunajat, tuhan jagakan keluargaku, ibumu, kakakmu, abangmu dan kau teristimewa Nak...

Kecemasan padamu itu sudah lama ada nak, di relung dada ayahmu ini..

Namun aku menegarkan diri
Bukankah kita tidak bisa menunda atau mempercepat ia yang bernama maut itu, meski sangat ingin..Siapakah kita Nak?
Kekayaan dan kekuatan seperti apa yang bisa mengelakkan kematian?
Tak ada nak..

Di titik ini, kita diuji atas nama penghambaan yang pasrah dan tawakal
Kami ridho..

Setidaknya kami mencoba, anakku..
Sebagaimana kami mencoba saling menguatkan saat kabar kepergianmu sampai juga ke telinga kami
Demi Allah, maafkan aku
Nak..maafkan ibumu pula
Di detik paling genting hidup matimu, kami justru tak ada di sampingmu
Kadang aku berpikir,

Andai saat kritismu, ada ibumu yang menggenggam tanganmu, menguatkanmu dalam bisikan, “Bian kuat, Nak, berjuanglah..kami ada’’
‘Ah”

“Barangkali saat peralihan hidup dan mati itu, kau begitu merindukan suara ibumu”

Barangkali

Terlalu banyak barangkali yang menyesakkan dadaku, Nak
Anakku

Kau pergi
Kau pergi di tengah pandemi. Sesuatu yang amat kujaga paparannya, itulah akhirnya yang justru mengambilmu dari kami
Apakah selama ini aku terlalu jumawa, Anakku?

Kau terbujur kaku dengan senyum ikhlas di sudut bibirmu..

Kau tampan, Nak
Sosokmu mewarisi penuh garis-garis wajah ibumu

Dan aku tercekat, Rabbku, benarkah ini akhirnya?

Anakku..

Kuingat d hari-hari jelang kelahiranmu, aku dan ibumu mendiskusikan nama yang akan kami sematkan padamu

Sampai kami sepakat menyematkan nama Muhammad Fabiansyah Putra sebagai nama kebesaranmu

Ada banyak doa dan harapan di nama itu
Tak percaya rasanya

Nak, aku pula yang kembali menuliskan namamu

Tapi kali ini di kayu pusara sebagai penanda jasadmu ada tertanam di bawahnya
Jangan tanya remuknya hatiku, Sayang
Andai ada yang bisa kulakukan untuk menjemputmu kembali pulang, Kupastikan akan kulakukan meski harus bertukar ruang
Saat yang paling meremukkan dada ayahmu ini, saat menegarkan hati mengazanimu..

Kilatan bayangan saat mengazanimu di momen berbeda, kelahiranmu di dunia, bermain-main di pelupuk mata
Aktivitas yang sama Anakku
Azan menyambutmu ke dunia dan kali ini adzan melepasmu kembali ke haribaan-Nya
Betapa kau biji mataku sayang, sebenar-benarnya hanya ‘pinjaman’ darinya
Dan kami harus ikhlas saat dia memintamu kembali dari kami
Duhai Rabb, ampuni kami yang terlanjur amat menyayangi dan menganggapnya hanya milik kami selama ini..

Anakku
Selamat jalan sayang
Di detik kau dimasukkan ke peti itu, kami tahu kami tak akan pernah bisa lagi melihat wajah manismu yang lucu.
Kesayangan kami, kami juga terus berjuang melawan pandemi. Tapi perjuangan itu tak lebih berat dari berjuang mengikhlaskan kepergianmu
Kadang terbersit ingin melakukan pembiaran agar kita bisa bersama-sama lagi
Tapi aku tahu itu bukan keinginanmu. Kau pasti akan menentangku. Kau pasti ingin aku menjaga ibumu
Ah ya Anakku
Jangan kau tanya bagaimana tak berdayanya ibumu..
Perempuan yang telah melahirkanmu itu mencari kekuatan dengan menatapi kedua manik mata kakak dan abangmu, mencoba mencari alasan untuk tetap bertahan.
Ia bagai pejalan buta yang kehilangan tongkat
Iba melihatnya

Sayang

Ingin kurengkuh ibumu sekedar berbagi kekuatan

Tapi seragam penahan infeksi jahanam ini menjadi penghalang

Dunia, adalah kesakitan yang lebih merobek rasa?

Saat aku tinggalkan ia sendiri tiada sesiapa di sana- di bawah pusara
Jambi 28 September 2020
Untuk Muhammad Fabiansyah Putra bin Syarif Fasha.(pas)


Berita Terkait



add images