iklan Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: Poltico.eu)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui COVAX dijadwalkan akan menyalurkan sekitar 40 juta dosis vaksin virus Covid-19 ke negara-negara kurang mampu mulai bulan depan. Puluhan juta vaksin covid-19 yang akan disalurkan ini merupakan produk perusahaan Pfizer-BioNTech.

WHO mengklaim, bawha produksi dan distribusi vaksin Covax sedang digiatkan untuk negara-negara miskin. Secepatnya akhir Januari hinga Febuari, dosis pertama sudah akan mulai dikirimkan ke semua negara peserta Covax.

“Ada tambahan 150 juta dosis vaksin buatan AstraZeneca juga akan masuk COVAX di kuartal pertama 2021 dengan catatan telah mendapat izin keamanan dari WHO,” kata Seth Berkley, kepala organisasi pendaan vaksinasi GAVI, dilansir dari laman DW pada Sabtu, (23/1/2021).

Dapat diketahui, WHO telah menerbitkan izin darurat bagi vaksin Pfizer/BioNTech pada 31 Desember silam. Izin tersebut membuka jalan bagi program imunisasi dini seperti yang dilakukan di Inggris dan Israel.

Saat ini sebanyak 63 kandidat vaksin sudah diujikan kepada manusia. Dari jumlah tersebut setidaknya 21 kandidat sudah memasuki fase terakhir pengujian massal. Sisanya, yakni 172 vaksin, masih berada dalam pengembangan di dalam laboratorium

“Ada banyak kandidat vaksin yang akan bermunculan. Kami sedang memeriksa data-data dari kandidat vaksin dan akan menerbitkan izin darurat bagi vaksin-vaksin baru dalam beberapa pekan atau bulan ke depan.” kata kepala pengembangan vaksin WHO, Kate O’Brien.

“Kami dihubungi oleh 15 produsen yang meyakini bahwa mereka memiliki data yang disyaratkan untuk memenuhi level kualitas tertinggi bagi vaksin corona,” imbuhnya.

Hingga akhir tahun, kata O’Brien, Covax berharap bisa memenuhi kebutuhan imunisasi untuk setidanya 20 persen populasi semua negara peserta. “Fasilitas yang kami miliki cukup untuk memproduksi dua miliar dosis vaksin,” ujarnya.

“Dengan cara itu lah negara-negara di Afrika dan Asia Selatan, serta negara lain di kelompok 92 negara yang tidak mampu membiayai pengembangan vaksin ini, akan mendapat vaksin corona.” sambungnya.

Covax adalah skema pengembangan virus yang digalang oleh PBB, dan diikuti oleh 92 negara ekonomi kecil dan menengah. Sebaliknya negara-negara makmur telah lebih dulu menjalankan program imunisasi berkat vaksin Pfizer BioNTech dan Moderna.

“Pengiriman perdana vaksinnya akan didasarkan pada skema non-profit. Namun, sejumlah negara maju juga harus mendapat akses yang sama terhadap vaksin seperti seluruh negara di dunia,” kata Kepala Pfizer Albert Bourla. (der/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images