iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (pexels-karolina-grabowska)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup perkasa di akhir pekan ini. Tiga faktor menjadi sentimen penggerak rupiah, baik dari faktor eksternal maupun domestik.  

Mengutip data Bloomberg, Jumat (10/9/2021) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp 14.202 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 50 poin atau 0,35 persen dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (9/9/2021) di level Rp14.252 per dolar AS.

Sementara, berdasarkan kurs acuan Bank Indonesia (JISDOR), rupiah ditutup menguat 47 poin ke level Rp 14.225 per USD, dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level Rp 14.272 per USD. 

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan kurs rupiah menguat karena indeks dolar AS melemah. Adapun penyebab pelemahan dolar AS adalah beberapa pejabat The Fed, termasuk Gubernur Fed Michelle Bowman, yakin bahwa laporan tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan untuk Agustus tidak akan menunda pengurangan pembelian obligasi di tahun 2021. 

Namun, kolega Bowman, Presiden The Fed Chicago Charles Evans, mengatakan pada hari Kamis kemarin bahwa ekonomi AS belum bisa keluar dari kesulitan dan bahwa tantangan, termasuk rantai pasokan dan kemacetan pasar tenaga kerja masih tetap ada.

“Data pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu ke level terendah dalam hampir 18 bulan, menawarkan lebih banyak bukti bahwa pertumbuhan pekerjaan terhambat oleh kekurangan tenaga kerja daripada penurunan permintaan pekerja,” kata Ibrahim dalam keterangan hasil risetnya Jumat sore. 

Di seberang Atlantik, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dalam beberapa bulan terakhir jarang mengumumkan masalah program pembelian obligasi (quantitative easing/QE). Tetapi, pada Kamis kemarin (9/9/2021), bank sentral pimpinan Christine Lagarde ini malah mengumumkan tapering (pengurangan pembelian obligasi), mendahului The Fed. Dampaknya adalah euro menguat dan indeks dolar AS melemah.

Dari dalam negeri, pemulihan ekonomi dunia memang mulai terjadi pada Kuartal I 2021, dimana hampir seluruh perekonomian dunia mencatat pertumbuhan positif. Namun berdasarkan perkembangan terakhir menunjukkan adanya potensi perlambatan laju pemulihan ekonomi global akibat merebaknya varian delta di hampir semua negara di dunia.

Dengan berbagai perkembangan terakhir, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi sedikit melambat namun masih akan mencatat pertumbuhan positif di Kuartal III 2021 antara 3,0 persen sampai 3,5 persen dibandingkan dengan Kuartal II 2021. Ini menjadi sentimen positif bagi kurs rupiah hari ini.

“Dengan demikian untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 3,3 persen – 3,69 persen (YoY),” pungkas Ibrahim.

Sedangkan untuk perdagangan minggu depan, tepatnya Senin (13/9/2021), mata uang rupiah menurut Ibrahim kemungkinan  dibuka  berfluktuatif, namun berakhir menguat terbatas di akhir sesi, di rentang   Rp.14.390 – Rp.14.230 per dolar AS. (git/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images