iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Karya budaya senandung Jolo kembali digemari anak-anak muda Kelurahan Tanjung, Kecamatan Umpeh, Muaro Jambi. Sejak 2 November 2022 kemarin, sebanyak 20 anak berkumpul untuk belajar senandung jalo yang merupakah warisan Takbenda yang ditetapkan 2014 lalu.

Para anak-anak itu belajar langsung dari para Maestro Senandung Jolo. Mereka adalah Maryam, Alfian (Degum) dan Zuhdi.

Zuhdi mengaku bersyukur karena bisa berbagi pengetahuan senandung jalo di kampung sendiri. Menurutnya, selama ini pelatihan banyak diberikan di Sengeti maupun Kota Jambi.

"Selama ini kami hanya memberi pelatihan di Sengeti dan Kota Jambi, kali ini kami bisa berbagi pengetahuan di kampung sendiri," ujarnya, Selasa (29/11) kemarin.

Kesempatan pelatihan ini, kata Zuhdi, akan digunakan untuk mengajarkan syair dan pantun. Kemudian memilih kayu dan membuat alat musik gambang yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik senandung jolo.

Sementara itu, Mutia Lestari Zurhaz selaku penerima program Dana Indonesiana Kemdikbusristek dan LPDP mengatakan bahwa kegiatan ini diawali dengan pendokumentasian aktivitas sehari-hari para maestro, pewarisan tuturan dan pembuatan alat musik.

Pada sesi awal, kata Mutia, pihaknya telah membuat film dokumenter tiga maestro. Dilanjutkan dengan proses belajar bersama, yang dimulai dari mengingat dan menuturkan syair serta pantun yang menjadi kekuatan senandung jolo.

""Kemudian memilih kayu, hingga membuat alat musik gambang sebagai ciri seni pertunjukan musik senandung jolo. Uniknya, kayu dipilih adalah yang mudah tumbuh yang disebut dengan kayu Mahang," kata Mutia.

Mutia menambahkan, sebagai penyelenggara program dirinya berharap Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dan Pemerintah Provinsi Jambi bisa bersama-sama melakukan pelindungan karya budaya ini.

"Semoga ini bukan akhir dari semangat bersama untuk saling berbagi, mengisi, dan membesarkan. Sebagai fasilitator pemerintah harus memberi penguatan regulasi terkait upaya regenerasi penutur muda ini. Satu diantaranya adalah mengupayakan penyusunan muatan lokal terkait kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Muaro Jambi," sebutnya.

Apalagi 20 penutur muda ini memiliki semangat untuk belajar. Mereka akan memilih menjadi pemain bukan penonton, memilih menjadi subjek bukan sebagai objek.

"Pendokumentasian pengetahuan maestro senandung jolo ini akan berakhir pada Desember 2022. Disesi akhir akan dilaksanakan pemutaran film dokumenter, pementasan, dan Seminar," pungkasnya. (aiz)


Berita Terkait



add images