Tradisi Teater, Teater Tradisi, dan Jambi Emas

Posted on 2014-04-26 16:35:00 dibaca 7586 kali
Peristiwa Teater
PERISTIWA TEATER terjadi (Rabu, 23 April 2014) di Taman Budaya Jambi. Peristiwa teater itu tergelar saat dilangsungkan­nya Festival Teater Remaja (FTR) di panggung. Tercatat ada 21 grup teater remaja yang berasal dari siswa dan mahasiswa bakal bertanding di ajang festival.kei­kutsertaan sejumlah grup teater ini mengisyaratkan kebangki­tan teater Jambi. Tetapi, ada perasaan canggung, bingung, dan suasana tidak nyaman saat “Kongres Unggas” (kontestan undian 2) ditampilkan oleh salah satu kontestan. Di tengah festi­val berlangsung, orang nomor satu di pemerintahan Provinsi Jambi, Hasan Basri Agus (HBA) hadir beserta rombongannya. Kehadirannya dapat dipandang sebagai berkah atau musibah. Berkah positifnya ialah kehadiran gubernur itu merupakan apresiasi yang tinggi atas peristiwa teater, dan dapat dipandang sebagai musibah saat ternyata kehadirannya men­ciptakan suasana terganggunya pentas yang sedang berlangsung, sebab seluruh perhatian tertuju ke sosok HBA dan perhatian penonton tak lagi ke kontestan yang sedang pentas.

Perasaan binggung, canggung, dan suasana tidak nyaman tercipta saaat pihak Taman Budaya Jambi meminta agar pertunjukan pentas salah satu kontestan dihentikan di tengah jalan. Penghentian sebuah pementasan, untuk digantikan pementasan lain yang telah diper­siapkan khusus untuk gubernur tentu tidak boleh terjadi. Hal itu selain mengganggu prinsip-prinsip berkesenian, kebebasan ekspre­si, dan menunjukkan tipisnya apresiasi seni oleh pelaku seni. Dalam kaitan ini jaring-jaring birokrasi dan koordinasi menjadi penyebabnya. Kegiatan festival Teater Remaja sebaik-baiknya jauh dari kepentingan birokrasi, dan harus mengutamakan koor­dinasi. Koordinasi inilah kata kunci keberhasilan masa depan teater Jambi, baik dalam konteks menciptakan tadisi teater, mau­pun dalam memajukan teater tradisi seperti Dul Muluk itu.

Kita sepakat bahwa sebuah peristiwa teater layak diapresiasi oleh siapa pun. Namun, apabila kehadiran pejabat memengaruhi keberlangsungan pentas teater—lantaran muncul wacana untuk menghentikan teater yang sedang pentas untuk digantikan pentas teater lain yang dipersiapkan se­cara khusus untuk gubernur. Per­istiwa teater terjadi saat Seniman yang biasa beraktivitas di Taman budaya Jambi menyiapkan lakon “Jambi Emas” dalam kemasan khusus, yakni teater Abdul Mu­luk. Pentas khusus dengan lakon khusus tentang “Jambi Emas” ini tentu tidak dapat mengintervensi untuk menghentikan pementasan salah satu kontestan sedang ber­langsung.

Teater Tradisi, Tradisi Teater, dan Jambi Emas

Opini ini lebih difokuskan pada “Teater Tradis”, Tradisi Teater” dan “Jambi Emas”. Provinsi Jambi selalin memiliki tradisi teater, juga memiliki teater tradisi. Tra­disi berteater seniman Jambi, sepengetahuan saya mulai inten­sif berlangsung sejak pertenga­han tangun 1980-an, antara lain oleh teater Merah Putih (Afifin Akhmad, almarhum), Teater Pur­nadita (Anik Arifin, almarhum), Sanggar Mayang Mangurai yang bermarkas di rumah dinas waliko­ta Jambi (Thomas Heru Sudrajat), Pusat Studi Teater FKIP Univer­sitas Jambi (Sudaryono, Maizar Karim), Teater Lima Wajah dan Teater Pancarona (Bonarti Lubis) dan lain-lainnya. Tradisi teater Jambi saat itu didukung iklim dan suasana berteater yang guyup, rukun antarpekerja teater dan antar sanggar yang ada. Tradisi teater itu diteruskan oleh Teater Tonggak (Didin Siroz), Teater AiR (E.M. Yogiaswara), dan teater atau sanggar-sanggar yang berbasis di sekolah, misalnya Teater Kerlip, Teater Q, dan lainnya.
--batas--
Diantara pelaku seni teater yang gencar memanggungkan seni tra­disi Dul Muluk ialah Bonarti Lubis (termasuk menggunakan media televisi dengan nama panggung Karim). Kini, setidaknya pada peristiwa teater kemarin, teater Abdul Muluk hidup kembali oleh pekerja teater yang lebih muda seperti Erry Argawan, Bu­jang Uwak, Titas Suwanda, Didi Haryadi, dan lain-lainnya dalam lakon “Jambi Emas”. Menurut saya, kemasan Dul Muluk yang ditampilkan sebagai peristiwa teater oleh aktivis teater Taman Budaya Jambi dapat “men­gangkat batang terendam”. Ke­masan Dul Muluk tampaknya fleksibel dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan Jambi semisal samisake, beasiswa, masalah kabut asap, dan masalah-masalah kemanusiaan lainnya.

Karya seni berbentuk teater dap­at dipandang sebagai sistem lam­bang budaya yang intersubjektif dari suatu masyarakat. Sebagai lambang budaya yang intersub­jektif, karya teater bukanlah arte­fak (artefact) atau fakta kebendaan seba-gaimana dinyatakan oleh be­berapa ahli seni. Karya teater adalah merupakan inskripsi yang menjadi fakta mentalitas (mentifact), fakta kesadaran kolektif budaya, dan fakta sosial (sociofact) dari masyarakat yang menghasilkannya. Sebagai sistem lambang budaya teater ber­hubungan dengan dunia hayatan, renungan, ingatan, pikiran, gagasan, dan pandangan terhadap nilai tertentu dalam konteater dialektika budaya tertentu.

Seni teater selalu berhubungan dengan konstruksi pengetahuan budaya tertentu. Sebagai contoh, teater Jawa merepresentasikan konstruksi realitas nilai budaya Jawa, teater Bugis-Makassar merep­resentasikan konstruksi realitas nilai budaya Bugis-Makassar, teater Indonesia merepresentasikan konstruksi realitas nilai budaya Indonesia, teater Afrika merep­resentasikan nilai budaya Afrika, dan seterusnya. Hal ini menun­jukkan bahwa teater selalu erat berkaitan dengan nilai budaya tertentu karena keberadaan dan kedudukannya sebagai sistem lambang budaya membuatnya selalu terlekati nilai budaya dalam konteater dan proses dialektika budaya tertentu.

Teater Indonesia menampil­kan hayatan, renungan, ingatan, pikiran, gagasan, dan pandangan tentang konstruksi realitas budaya di tengah kontrukti dan proses di­alektika budaya Indonesia. Dalam hubungan ini dapat dinyatakan bahwa teater Dulmuluk Jambi yang dikemas dan dipentaskan oleh seniman teater Jambi berla­tar belakang budaya Jambi akan menampilkan hayatan, renungan, ingatan, pikiran, gagasan, dan pandangan tentang konstruksi realitas budaya Jawa di tengah konteater dan proses dialektika budaya Jambi. Teater Jambi selalu membayangkan atau menghad­irkan tentang konstruksi realitas budaya Jambi yang dihayati, direnungi, diingat, dipikirkan, digagas, dan dipandang oleh seniwan. Teater Indonesia juga dipandang sebagai teater dan sekaligus inskripsi yang selalu merepresentasikan konstruksi realitas budaya Jambi dalam konteks Indonesia.

Festival teater Remaja jika diagendakan rutin pelaksa­naannya dapat menciptakan tradisi teater, dapat menum­buhkembangkan teater tra­disi, dan dapat mewujudkan Jambi Emas. Kita semua ber­harap untuk serius mengurus pelaksanaan festival, memper­banyak panggung pementasan, dan terus-menerus melakukan koordinasi yang rapi.

Dan Taman Budaya Jambi dapat menjadi motor peng­gerak, setelah ternyata Dewan Kesenian Jambi stagnan. Salam dan selamat beraktivitas menuju jambi Emas dan bukannya Jambi (C)emas. (*)

sumber :  Jambi Ekspres

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com