Kabut pekat yang menyelimuti Kota Jambi.

NEWS in DEPTH: Kabut Asap, Angka Penderita ISPA di Jambi Terus Meningkat

Posted on 2019-09-11 09:04:08 dibaca 10434 kali

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Jambi semakin hari, semakin mengkhawatirkan saja.

Beberapa daerah, seperti Kota Jambi sudah mengambil kebijakan meliburkan siswa mulai dari jenjang SD hingga SMP.

Diikuti oleh Pemprov Jambi yang hari ini (11/9) juga ikut meliburkan siswa SMA sederajat di empat kabupaten/kota, yakni Kota Jambi, Tanjab Barat, Muaro Jambi dan Tanjab Timur, akibat buruknya kualitas udara itu. Sedangkan Tanjab Timur juga sudah mengambil langkah serupa. Ini tentu dilakukan agar siswa-siswa tidak terserang berbagai penyakit akibat bencana asap ini.

Di Kota Jambi misalnya, berdasarkan data Air Quality Monitoring System (AQMS) kualitas udara masih berfluktuasi dari tidak sehat hingga berbahaya.
Data realtime Dinas Lingkungan Hidup kota Jambi menunjukkkan bahwa pada (9/9) malam pukul 20.00 WIB Parameter PM2.5 nilai 746, di atas baku mutu, Kategori Berbahaya. Sementara Selasa pagi (10/10) pukul 10.30 WIB Parameter PM2.5 nilai 202 diatas baku mutu, kategori sangat tidak sehat.

Dampak dari pekatnya asap di kota Jambi terjadi peningkatakan warga yang terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Penderita ISPA pada Juli 2019 sebanyak 9.316 kasus, Agustus hingga 10 September 11.251 kasus.

Pun dengan beberapa kabupaten tetangga seperti Tanjab Timur dan Batanghari, angka penderita ISPA juga meningkat mencapai ribuan kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Ida Yuliarti, mengatakan, pasien yang terserang ISPA ditandai dengan batuk, pilek, serta sesak nafas. Penderitanya juga menyerang anak-anak, hingga usia tua.

‘‘Tapi rata-rata banyak orang tua yang terserang ISPA,’‘ kata Ida, Selasa (10/10).
Ida juga meminta agar warga mengurangi aktifitas di luar rumah. Menurutnya jika memang harus keluar rumah, maka warga diminta menjaga kesehatannya dengan menggunakan masker.

‘‘Banyak makan buah dan sayur, serta minum air putih sehingga tubuh tetap menerima nutrisi,’‘ imbuhnya.

Selain infeksi saluran pernapasan, dampak jangka panjang dari pekatnya asap saat ini bisa menimbulkan infeksi paru. Terus juga dari makanan yang terbuka, juka dimakan bisa menyebabkan diare dan berpengaruh pada saluran cerna. Selain itu untuk yang alergi debu akan menyebabkan kambuhnya asma.

‘‘Harus banyak minum air putih, selalu gunakan masker saat diluar rumah,’‘ jelasnya.
Upaya penanganan sebut Ida, pihaknya sudah menekankan kepada seluruh puskesmas dan rumah sakit Pemerintah Kota Jambi, mematuhi maklumat yang telah dikeluarkan Walikota Jambi beberapa waktu lalu.

‘‘Penangan korban dampak kabut asap gratis,’‘kata Ida.
Sementara itu, Wakil Walikota Jambi dr Maulana mengatakan, bahwa partikel debu lebih pekat terjadi pada malam hari. Namun siang hari kondisi udara tetap dalam status sangat tidak sehat.

Menurut Maulana, pihaknya sudah membagikan masker pada setiap kegiatan dan kunjungannya. Maulana juga mengimbau agar pihak swasta dan juga penggerak sosial untuk ikut serta dalam membagikan masker.

‘‘Kalau anak sekolah kan sudah kita liburkan, nah untuk pengendara sepeda motor yang terpapar asap secara langsung harus memakai masker untuk menjaga kesehatan paru-parunya,’‘ kata Maulana.

Maulana juga mengimbau kepada seluruh pengurus masjid, mushalla, agar setiap solatnya meminta doa untuk turun hujan. Karena dampak asap ini sangat berpengaruh bagi kesehatan warga kota Jambi.

‘‘Kasihan juga dengan anak sekolah kalau diliburkan terus karena kabut asap,’‘ pungkasnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari juga mencatat sebanyak 14.433 orang terserang ISPA dampak dari kabut asap itu.

Hal ini disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari dr.Elfie Yennie,MARS. Menurutnya, penyebab meningkatnya kasus ISPA ini tidak terlepas dari terjadinya kasus Karhutla.

‘‘Ada kecenderungan peningkatan kasus ISPA sejak beberapa waktu terakhir. Pada bulan Januari 1.696 kasus, kemudian February 1.933 Kasus, Maret 1.999 kasus, April 1.908 kasus, Mei 1.740 kasus, Juni 1.149 Kasus, Juli 1.739 kasus dan Agustus 2.269, total 14.433,’‘ ujar Elfie di ruang kerjanya.

Elfie mengatakan setiap puskesmas akan terus memantau penyakita ISPA akibat kabut asap ini. Dia meminta masyarakat harus mewaspadai dampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan bagi kesehatan, kemudian warga tidak banyak melakukan aktivitas diluar ruangan.

‘‘Kalau tidak ada sesuatu yang mendesak, kami mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di luar ruang. Jika hendak keluar, sebaiknya menggunakan masker,’‘ himbaunya.

Sementara itu, akibat Karhutla yang masih terjadi, indeks kualitas udara pada hari Selasa 10 September 2019 di Kabupaten Tanjabtim masih dalam kategori Sangat Tidak Sehat. Sesuai dengan hasil perhitungan kondisi udara dalam keadaan udara Tidak Sehat terjadi pada pukul 00.00-04.55 WIB dan 09.00-11.55 WIB. Sedangkan kondisi udara dalam keadaan Sangat Tidak Sehat terjadi pada pukul 05.00-08.55 WIB.
‘‘Berdasarkan rata-rata kualitas udara parameter PM 2.5 Mikron pada hari Selasa, 10 September 2019 mulai pukul 00.00-12.55 WIB di Kabupaten Tanjabtim berada dalam kondisi Tidak Sehat dengan nilai 128,706, di bawah ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 65,’‘ kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanjabtim, Gustin.

Mencermati hasil pemantau indeks kualitas udara di Kabupaten Tanjabtim yang Sangat Tidak Sehat, maka Dinas Pendidikan Tanjabtim telah mengeluarkan Surat Edaran kepada sekolah di kecamatan yang terkena dampak kabut asap untuk meliburkan sekolah.

‘‘Ada 7 kecamatan sekolah yang diliburkan, yakni Kecamatan Dendang, Muara Sabak Barat, Muara Sabak Timur, Geragai, Kuala Jambi, Mendahara dan Mendahara Ulu. Ketujuh kecamatan itu menurut keterangan dari masing-masing Koordinator Wilayah (Korwil) berdampak kabut asap,’‘ terang Kepala Dinas Pendidikan Tanjabtim, Junaedi Rahmat.


Dalam surat edaran tersebut, untuk siswa PAUD, siswa SD kelas I, II dan III diliburkan dari hari Senin, 9 September sampai hari Selasa, 10 September 2019. Sedangkan untuk siswa SD kelas IV, V dan VI masuk pukul 08.30 WIB dan pulang pukul 13.00 WIB. Kemudian siswa SMP dan SMA/SMK masuk pukul 08.00 WIB dan pulang 13.00 WIB, dan diimbau menggunakan masker saat diluar ruang kelas.

‘‘Jika kualitas udara di Tanjabtim tidak juga membaik sesuai dengan batas libur sekolah yang ditentukan, maka kami akan kembali mengeluarkan Surat Edaran untuk libur sekolah,’‘ ungkapnya.

Dia berharap kepada para orang tua siswa, bagi anak yang libur sekolah agar dipantau dan dikontrol untuk tidak keluar rumah demi kesehatan. Karena kabut asap sangat berpengaruh terjadi pada anak-anak, dan bisa menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

‘‘Siswa yang diliburkan bertujuan agar terhindar dari penyakit ISPA akibat jerebu dan kabut asap. Makanya diharapakan para orang tua terus awasi anaknya,’‘ harapnya.
Sementara, berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Tanjabtim, ada sebanyak 2.211 kasus ISPA yang terjadi pada bulan Agustus 2019. Data itu meningkat jika dibandingkan pada bulan Juli lalu yang hanya 2.086 kasus.

‘‘Meningkatnya kasus ISPA pada bulan Agustus, karena memang pada bulan tersebut kabut asap semakin tebal dan pekat, sehingga menyebabkan indeks kualitas udara di Tanjabtim menjadi tidak sehat,’‘ sebutnya.

Kemudian lanjutnya, kasus ISPA juga terjadi pada bulan Juni sebanyak 1.772 kasus, bulan Mei 2.171 kasus, bulan April 2.471 kasus, Maret 1.972 kasus, Februari 1.946 kasus dan Januari 2.165 kasus, dengan jumlah keseluruhan 16.794 kasus ISPA.

‘‘Kami juga telah melakukan upaya tidakan dengan mendistribusikan masker ke Puskesmas-puskesmas yang berada di kecamatan untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat,’‘ tuturnya.

‘‘Selain itu juga, kami Dinas Kesehatan juga telah memerintahkan kepada seluruh Puskesmas yang berada di 11 kecamatan untuk mengutamakan anak-anak, bayi dan ibu hamil jika ada yang terinfeksi ISPA,’‘ sambungnya.

Dinas Kesehatan Tanjabbar mencatat dari hasil pengukuran kualitas udara di beberapa tempat di Tanjabbar pertanggal 6 September 2019, tingkat ISPU mencapai 129 dengan level Tidak Sehat.

Dalam mengantisipasi terjadinya ISPA, Dinkes Tanjabbar telah melakukan beberapa upaya diantaranya mensosialisasikan bahanya ispa kemasyarakat, terlebih bagi balita dan anak anak dibawah 5 tahun dan di atas 5 tahun.

‘‘Dinkes bersama 16 Pukesmas se Tanjabbar juga sudah membagikan 41 ribu masker lebih bagi masyarakat. Dan saat ini kami juga kembali melakukan pengukuran udara di beberapa titik untuk laporan mingguan’‘ terang dr Johanes J. Sitorus, Kabid P2PL saat dijumpai di ruang kerjanya selasa (10/9) kemarin.

Kata dia musibah kabut asap untuk wilyah Kota Kualatungkal dan sekitarnya dinilai sebagai musibah kiriman. Ketebalan kabut asap juga berfariasi bahkan cepat berubah terbawa angin
Kabut asap hanya terjadi pada pagi hari atau sore hari dengan durasi yang sangat cepat.

‘’Pagi tadi kabut asap sangat tipis bahkan tak terlihat, hingga siang hari kondisinya sama, sore ini mulai pekat lagi tapi sebentar kemudian timbul lagi terbawa angin.

Walapun demikian kita tetap melakukan pengecekan udara di beberapa titik dan hasilnya besok rabu,’‘ paparnya.

Dengan alasan ini juga pihak Dinkes belum mengeluarkan edaran untuk meliburkan siswa sekolah. Karena dari laporan program pengendalian ISPA cenderung turun. Tidak ada peningkatan.

Pada bulan Juli tercatat ada 3.164 penderita ISPA, pada bulan Agustus tercatat ada 3.711 dan pada minggu pertama bulan september tercatat ada 913.

Dampak kabut asap ternyata juga dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Batanghari beberapa hari terakhir ini, hal itu dibuktikannya dengan jarak pandang yang mulai terganggu, tidak hanya itu mata pun sudah mulai merasakan sakit akibat udara yang tidak sehat.

Salah satu warga Muara Bulian Bambang mengatakan bahwa saat ini ia khawatir dengan kondisi cuaca yang sangat berbahaya, apalagi saat ini anak-anak masih bersekolah.

"Iya kita sangat khawatir dengan anak-anak yang sekolah, apalagi aktifitas mereka kadang banyak di luar, sekarang kondisi anak sudah mulai batuk-batuk,"ujar Bambang.

Bambang berharap kepada Pemerintah Kabupaten Batanghari untuk segera mencari solusi, dan jangan sampai menimbulkan banyak korban.

"Di kabupaten tetangga sudah ada yang diliburkan bagi perserta didik, jadi jangan sampai menimbulkan banyak korban baru diliburkan,"ujarnya.

Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batanghari mengatakan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Batanghari belum begitu berbahaya, namun masuk kategori sedang.

"Hal ini dibuktikan dari hasil pemantauan tanggal 7-8 September 2019," ungkap Kasi Pengendalian Pencemaran Lingkungan DLH Batanghari Dodi Martarinaldo,kemarin Selasa (10/09).

Dari pemantau DLH Batanghari, diterangkanya, data kualitas udara dengan metode High Volume Air sample (HVAS) berada pada kisaran PM10 90,84 dengan kategori sedang.

Kebakaran hutan sangat berdampak terhadap Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Sedangkan kondisi kabut asap lebih dominan terjadi pada pagi dan sore hari.
"Kumpulan asap sangat jelas kelihatan pada pagi dan sore hari. Kalau siang hari tidak begitu berdampak, mungkin karena terbawa hembusan angin," ujarnya.

Kualitas udara masuk kategori berbahaya apabila berada di angka 100-200.

Sedangkan apabila di atas 200, statusnya sudah sangat berbahaya sekali. Kondisi kabut asap pekat dengan status sangat berbahaya pernah terjadi pada 2015 lalu.
Proses kerja HVAS bisa mendapatkan data dalam kurun waktu 24 jam. Dinas LH Kabupaten Batanghari melakukan pemasangan alat dari jam 3 sore sampai jam 3 sore berikutnya, setelah itu baru bisa dapat datanya. (hfz/lan/sun)

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com