Pembelajaran Melalui Riset Mengaktifkan Keterampilan Four Cs

Posted on 2020-05-20 08:53:29 dibaca 10253 kali

Oleh: Estuhono

Di era abad 21 ini perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir begitu derasnya. Nyaris tidak ada penghalang dan tabir dalam perkembangannya. Derasnya arus perkembangan teknologi dan informasi memaksa setiap orang menguasai berbagai skills produktif agar tetap eksis dan kompetitif. Pola pikir baru untuk merespons perubahan saat ini adalah dengan penguasaan Four Cs (critical thinking and problem solving, communication, collaboration, creativity and innovation skills).

Keterampilan Four Cs sebagai esensi penentu masa depan generasi mesti diintegrasi dalam sistem pembelajaran saat ini. Pembelajaran harus mampu membangkitkan motivasi aktif, melatif komunikasi efektif, dengan mengedepankan budaya kolaboratif tanpa mengesampingkan kemampuan berpikir kreatif. Pembelajaran melalui riset hadir untuk menumbuhkan berbagai skills produktif dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh kompetitif.

Artikel ini membahas implementasi model research based learning untuk mengaktifkan keterampilan Four Cs. Paradigma pembelajaran abad 21 agaknya sudah bergeser tak lagi mendewakan kecerdasan kognitif sebagai tujuan utama, namun justru keterampilan (soft skills) dan penguasaan TIK merupakan sebuah keniscayaan. Keterampilan yang dibutuhkan generasi abad ini adalah keterampilan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, fasih dalam berkomonikasi, terampil dalam berkolaborasi serta kreatif dan inovatif dalam menuangkan gagasan cemerlang. Empat keterampilan utama tersebut dikenal dengan istilah Four Cs (4C). Oleh sebab itu, tatanan sistem pembelajaran kita tidak boleh mandek pada aspek kognitif saja, tetapi mesti hadir untuk menjawab tuntutan skilss abad 21 saat ini.

Sejauh ini, Four Cs yang digadang-gadang sebagai bagian prinsipil penentu kesuksesan generasi abad 21 ternyata masih belum tergali secara maksimal. Hasil preliminary research Estuhono, Festiyed, & Bentri (2018) yang dilakukan di SMAN Unggul Dharmasraya dan SMAN 1 Koto Baru menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa belum menguasai secara baik berbagai keterampilan penting abad 21 tersebut. Pembelajaran yang terjadi masih didominasi pada aspek kognitif. Sementara itu, aspek keterampilan (Four Cs) agaknya masih belum mendapat perhatian lebih. Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka sekarang adalah saat yang paling tepat untuk melakukan reformasi sistem pembelajaran kita. Solusi efektif yang penulis tawarkan adalah dengan implementasi model research based learning sebagai volunteer Four Cs dalam menyiapkan generasi abad 21 yang cerdas dan terampil.

The Partnership for 21st Century Skills framework, menjelaskan bahwa critical thinking and problem solving merupakan keterampilan mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi. Selanjutnya, communication mengacu pada keterampilan mengartikulasikan pemikiran dan gagasan secara efektif dengan menggunakan kemampuan komunikasi lisan, tulisan, dan nonverbal sebagai tujuan dalam berbagai bentuk aktivitas. Berbeda dengan keterampilan komunikasi, collaboration menunjukkan kemampuan bekerja secara efektif dan kompak terhadap tim yang beragam. Sementara itu, creativity and innovation melibatkan berbagai teknik pembuatan ide atau gagasan baru yang bermanfaat, sehingga siswa dapat menguraikan, memperbaiki, menganalisa, mengembangkan dan mengevaluasi gagasan mereka sendiri untuk meningkatkan dan meningkatkan usaha mereka dalam berpikir kreatif.

Pencapaian berbagai skills kehidupan tersebut mustahil akan terwujud tanpa didukung implementasi model pembelajaran yang efektif. Model research based learning hadir untuk menjawab semua tuntutan keterampilan abad 21 dengan berbagai keunggulannya. Widayati dkk (2010) menyatakan bahwa karakteristik utama model research based learning adalah konstruktivistik, mengembangkan prior knowledge, pola interaksi sosial, dan pembelajaran bermakna. Selain itu, model tersebut merupakan bentuk reformasi pembelajaran untuk mengembangkan berbagai keterampilan abad 21 seperti: critical thinking dan problem solving, effective communicators and team members, social responsibility, work ethic, innovative with critical judgement (Sota & Peltzer, 2017). Implementasi model research based learning juga mendorong siswa untuk terlibat aktif melalui learning by doing dalam setiap pembelajarannya.


Esensi utama implementasi model research based learning adalah dalam rangka membekali generasi abad 21 ini menguasai Four Cs sebagai investasi meraih masa depan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas tidak terlepas dari kepiawaian guru dalam meramu sajian perencanaan pembelajaran yang efektif. Proporsi perencanaan pembelajaran yang terukur sangat menetukan ketercapain tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran mesti didesain dengan memperhatikan sistematika langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan.

Langkah-langkah model research based learning dikembangkan menggunakan model Joyce, Weil & Calhoun (2013) yang selanjutnya disinergikan dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Terdapat tujuh langkah model research based learning yang mesti dilakukan oleh praktisi pendidikan dimulai dari : 1) memahami dasar-dasar materi pokok; 2) merumuskan masalah; 3) melakukan tinjauan literatur; 4) merumuskan hipotesis; 5) merencanakan dan melaksanakan aktivitas riset; 6) melakukan analisis dan interpretasi data; 7) mempresentasikan hasil riset.

Memahami dasar-dasar materi pokok merupakan langkah awal model pembelajaran ini. Disini, guru harus mampu memainkan peranya untuk menghadirkan fenomena-fenomena menarik terkait materi yang akan dipelajari. Hal ini penting dilakukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa tidak langsung dijejali dengan rumitnya sebuah materi, namun mencoba dibawa berimajinasi dengan realita sehari-hari. Sajian materi yang kontekstual menjadi syarat mengkonstruksi pengetahuan awal dalam diri siswa.

Berbekal pengetahuan awal yang cukup terkait materi yang akan dipelajari, maka saatnya guru memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk meramu suatu permasalahan. Pemberian kesempatan untuk merumuskan masalah terkait materi yang akan dipelajari akan menstimulus rasa keingintahuan yang tinggi dalam diri siswa (Smith & Worsfold, 2011). Rasa keingintahuan siswa yang tinggi terhadap suatu materi inilah yang pada akhirnya menumbuhkan kebiasaan positif menggunakan creativity and innovation skills dalam dirinya.
Dari rasa keingintahuannya yang tinggi dalam merumuskan masalah, selanjutnya siswa dibimbing untuk membuka cakrawala berpikirnya dengan melakukan tinjauan literatur terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Di sini, siswa diberikan haknya dengan seluas-luasnya untuk menjelajah berbagai referensi yang relevan melalui berbagai aktivitas observasi. Observasi yang dimaksud tidak terbatas pada membaca referensi, namun menggunakan berbagai alat indera baik penglihatan, pendengaran dan lain-lain dalam rangka mengumpulkan informasi (Nur, 2009). Jelajah literatur dengan segala kemampuan literasi bertujuan untuk mencari dukungan fakta dan informasi dalam menentukan kerangka berpikir suatu permasalahan. Dengan demikian, jelajah literasi akan membuka cakrawala serta kreativitas berpikir siswa sehingga nuansa pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berbagai informasi, fakta, dan teori-teori yang diperoleh selama melakukan literasi berbagai referensi menjadi dasar yang kuat bagi siswa dalam berhipotesis. Rumusan hipotesis merupakan jawaban dari rumusan masalah terkait topik yang didasarkan pada landasan teoritis yang kuat yang bersumber dari berbagai referensi yang relevan (Sugiyono, 2010). Kemampuan siswa mengasosiasi hubungan antar variable dalam berhipotesis secara tidak langsung telah membudayakan creativity and innovation skills pada dirinya.

Hipotesis yang sudah dirumuskan selanjutnya akan diuji kebenarannya melaui aktivitas riset. Namun demikian, keberhasilan sebuah hasil riset tidak terlepas dari sebuah perencanaan riset yang baik. Merencanakan riset berarti mempersiapkan segala kebutuhan riset baik alat dan bahan maupun terkait pemahaman prosedur riset. Setelah perencanaan benar-benar matang, maka barulah dilanjutkan dengan melakukan aktivitas riset. Aktivitas riset didesain secara kolaboratif agar anggota kelompok saling aktif. Kolaboratif akan mendorong siswa saling produktif dan mengajarkan budaya untuk tidak saling diskriminatif. Berbagi tanggung jawab selama mengumpulkan data riset merupakan yang utama dan prinsip kerjasama adalah yang utama. Puspitasari dkk (2017) menegaskan bahwa kolaborasi selama aktivitas riset mampu menumbuhkan budaya kerjasama, saling berbagi dan menghargai antar sesama.

Data hasil riset yang telah diperoleh selama melakukan aktivitas riset, selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi. Analisis dan interpretasi data merupakan suatu upaya untuk mengolah dan menginterpretasi data menjadi informasi baru sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah dipahami dan berguna untuk solusi masalah (Labied, 2018). Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk melakukan analisis dan interpretasi terhadap data dalam rangka mendapatkan kesimpulan dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Analisis dan interpretasi ini merupakan aktivitas menggunakan penalaran dalam pemecahan masalah yang didasarkan pada fakta dan data (Castek, Jacobs & Anderson, 2018). Kebiasaan menganalisis dan menginterpretasi menstimulus critical thinking and problem solving skill dalam diri siswa.

Pada tahap akhir s model pembelajaran ini adalah presentasi hasil riset. Presentasi pada prinsipnya menggabungkan empat elemen dasar yang meliputi: (a) pernyataan gagasan dengan jelas, (b) menjelaskan gagasan, (c) mendukung gagasan dengan bukti dari sumber lain, (d) menyimpulkan kembali gagasan (Hamm & Nancy, 2006). Oleh karena itu, siswa perlu dilatih untuk memberikan refleksi mengenai presentasi mereka sendiri dan memberikan umpan balik kepada kelompok lain dalam rangka mempersiapkan diri untuk mampu bersaing dalam lingkungan yang kompetitif. Pada saat presentasi hasil riset, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensi kemampuan komunikasinya. Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa kemampuan presentasi membudayakan siswa memilih kalimat efektif, menggunakan gaya bahasa yang menarik dan menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi dengan sukses (Maria, 2010; Sukitkanaporn & Supakorn, 2014; Sugito dkk, 2017). Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan peneliti, bahwa melalui kegiatan presentasi dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.

Selain perencanaan melalui sistematika sintaks model pembelajaran yang baik, peran sentral guru sebagai ujung tombak pembelajaran sangat dibutuhkan. Adapun peran utama guru dalam model research based learning adalah sebagai motivator, fasilitator, mediator dan evaluator. Sebagai motivator, guru hendaknya mampu mendorong siswa agar termotivasi dalam pembelajaran, khususnya dalam melakukan aktivitas riset. Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif, karena motivasi merupakan aspek penting tingkah laku yang melibatkan semua potensi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Ornstein & Hunkins, 2010). Di sisi lain, motivasi merupakan faktor utama dalam upaya perbaikan pembelajaran dan menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam mengakomodir segala keunikan dan karakteristik setiap siswa untuk distimulus. Adapun hal paling mendasar yang harus dikuasai guru sejalan dengan peranannya sebagai fasilitator adalah memahamai karakteristik siswa. Selanjutnya, peran guru sebagai mediator artinya guru mampu memainkan perannya sebagai penengah dalam aktivitas pembelajaran. Sementara itu, sebagai evaluator guru berperan dalam mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan selama proses pembelajaran.

Aktivitas pembelajaran pada model ini juga didasarkan pada prinsip pembelajaran kooperatif. Hal ini penting dilakukan karena pembelajaran kooperatif berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial yang berimplikasi dalam mengembangkan keterampilan kolaborasi, komunikasi dalam pemecahan masalah (Blackmore & Fraser, 2007). Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan desain aktivitas secara berkelompok untuk pemecahan suatu masalah dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Selain itu, pembelajaran ini juga menekankan pada kerja tim dan interaksi antar siswa.

Model research based learning ini telah terbukti signifikan menumbuhkan Four Cs pada diri siswa di SMAN Unggul Dharmasraya dan SMAN 1 Koto Baru. Hal ini terlihat dari hasil riset yang menunjukkan rata-rata aspek critical thinking & problem solving siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 80,59 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 79,12 dengan kategori sangat baik. Selanjutnya, pada aspek communication skill rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya 83,05 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 82,36 dengan kategori sangat baik. Pada aspek collaboration skill, persentase rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 82,60 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 81,79 dengan kategori sangat baik. Sementara itu, untuk creativity & innovation skill rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 79,66 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 78,43 yang keduanya juga sangat baik. Hasil riset ini membuktikan bahwa model research based learning merupakan salah satu reformasi pembelajaran inovatif yang memang layak dijadikan alternatif mengembangkan Four Cs guna mewujudkan generasi abad 21 yang cerdas dan terampil.

Nah….sebagai generasi abad 21 yang luar biasa, mari kita bersama-sama memantaskan diri dengan terus mengasah Four Cs di dalam diri kita. Karena Four Cs adalah skills utama, primadona menjawab tantangan dunia, agar generasi abad 21 semakin berjumawa.....

Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk penyelesaian S-3 pada Prodi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dengan Tim Promotor Prof. Dr. Festiyed, MS dan Prof. Dr. Alwen Bentri, M.Pd.

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com