Merantau ke negeri orang demi mengenyam pendidikan? Hm…. Pasti X-aholic juga memiliki cita-cita seperti itu, suatu saat nanti X-aholic bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri. Tapi, bukan karena keluarga yang biayain ya, ada salah satu cara untuk mewujudkannya, tanpa harus membebankan keluarga. Yap… bener banget, beasiswa. Xpresi dapat kesempatan nih untuk wawancara eklusif sama Mas Dion. Ada yang udah kenal? Kalau belum, sembari kenalan, ikuti kutipan obrolan Xpresi sama pemuda asli Rimbo Bujang, Jambi, yang tengah kuliah S2 di Michigan State University (MSU), Amerika Serikat ini.
Xpresi: Gimana nih Mas kabarnya?
Mas Dion: Alhamdulillah baik. Lebih baik dari sebulan lalu.
Xpresi: Loh maksudnya?
Mas Dion: Maklum lah, kita kan orang Indonesia, nggak pernah ketemu salju. Di sini sempat membeku, hehe. Dan untunglah, salju-saljunya barusan saja mencair.
Xpresi: Oh… gitu. Gimana mas hidup di sana? Kerasan Mas? Atau pengen pulang ke Jambi?hehe.
Mas Dion: Kerasan dong. Meski di negeri orang, karena niatnya demi pendidikan, ya harus pandai-pandai beradaptasi.
Xpresi: Adaptasi? Maksudnya?
Mas Dion: Ya di sini kan cuacanya berbeda banget dengan di Jambi, jadi minimal harus membiasakan diri dengan suhu dingin beserta salju-saljunya. Selain itu, untunglah di kampus saya kuliah, umat muslimnya juga banyak, termasuk saya. Bahkan, di kampus saya memiliki dua tempat ibadah, satu mushola di area kampus, dan satu lagi masjid besar di area luar nggak jauh dari kampus. Jadi, soal ibadah, nggak ada kendala sama sekali.
Xpresi: Kalau soal makanannya mas?
Mas Dion: Di sini ada kok toko Asia, yang mana beras dari berbagai macam merek ada kok, Indomie dari bermacam rasa juga ada, bumbu masak instan (rending, gulai, soto, opor, dan lain-lain) juga bisa ditemukan, sambal dan kecap ABC juga tersedia. Jika suatu saat nanti X-aholic berkesempatan belajar juga di Amerika, maka carilah di internet, di mana toko Asia atau toko China berada. Di sana biasanya menjual berbagai produk dari Indonesia. Jika tetap tidak ada, jangan khawatir, karena kita masih bisa membeli berbagai macam makanan Indonesia dari internet. Jangan salah, di sini adalah surganya belanja online, karna selain aman, kita tidak perlu keluar rumah.Selama saya di sini, saya sering sekali belanja online, dan belum pernah kena tipu seperti di Indonesia.Hehehe.
Xpresi: Oh… kalau begitu, besok-besok Xpresi nyusul Mas Dion deh ke sana,hehe. Kalau selama perkuliahan, gimana mas? Fasilitas kampus dan dosen-dosennya gimana Mas?
Mas Dion: Saya bersyukur bisa kuliah di MSU. Kampus ini perpustakaanya sangat nyaman. Luas gedungnya kalau diukur, sekitar dua kali panjang lapangan sepak bola (mungkin lebih), dan mempunyai empat lantai dan satu basement. Semua buku terususun rapi, mempunyai penomoran yang jelas, sehingga sangat mudah menemukan buku yang akan dicari, dan walaupun misalnya tidak ada, bisa mencari di perpustakaan kampus lain, yang memang saling kerjasama dalam penyediaan buku untuk Mahasiswa. Kalau dosen-dosennya, semuanya dipanggil professor. Jadi, meski mereka hanya bergelar doctor, kita biasanya memanggil mereka either professor + nama atau sekedar nama saja. Sebagai contoh, dosen sekaligus advisor saya namanya Kristy Cooper. Saya biasanya memanggil beliau Kristy. Tapi kalau menulis surat, saya biasanya menuliskan Prof. Cooper. Professor di kampus saya sangat helpful, mereka sangat memahami dan menghormati Mahasiswa Internasional. Mereka akan selalu memberi office hour (jam bimbingan) bagi Mahasiswa yang butuh penjelasan atau bantuan tentang kuliah.
Xpresi: Wah…Dengar-dengar ceritanya, sepertinya emang kerasan banget nih. Tapi, kalau ada suka, pasti ada dukanya dong ya? Bisa sedikit diceritakan?
Mas Dion: Nggak banyak sih, soalnya saya nikmati banget kehidupan di sini. Ya palingan selama saya kuliah di sini, saya jadi terbiasa tidur jam dua pagi. Hal ini dikarenakan tugas membaca yang sangat banyak. Dalam satu minggu, akan mendapatkan tugas membaca, baik artikel maupun buku, minimal 150 halaman. Sekali lagi, itu minimal lho. Nah, jika kita tidak membaca, maka siap-siap pada waktu diskusi di kelas hanya sekedar menjadi penonton. Padahal, sistem kuliah di sini berdasarkan yang pernah saya alami selama dua semester belakangan, 80% diskusi dan 20%nya ceramah.hehe. Bukan hanya itu, setiap minggunya, harus membuat paper rata-rata 4 halaman, dari hasil sintesis yang dihubungkan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Tugas baca dan tugas menulis itu yang membuat waktu tersita habis.
Xpresi: Uppsss… Baerati Xpresi ganggu nih? Maaf deh kalau gitu.
Mas Dion: Nggak kok, kalau demi berbagi motivasi untuk remaja Jambi, saya sediakan waktu luang kok.
Xpresi: Nah… berhubung tadi bilang demi berbagi motivasi untuk remaja Jambi, bisa ceritakan lagi Mas, kok bisa sih sampe kuliah S2 di Amerika? Siapa tau kan, banyak remaja Jambi yang ingin mengikuti jejak Mas Dion.
Mas Dion: Di sini, saya mengambil jurusan Master K-12 Educational Administration/Leadership. Jadi, spesialisasi saya saat ini adalah bidang adminstrasi dan kepemimpinan di dunia pendidikan, khususnya K-12 (dari Kindergarten hingga kelas 12 SMA). Saya bisa kuliah di MSU, karena mendapat beasiswa dari PRESTASI-USAID. Beasiswa ini bersumber dari pajak masyarakat Amerika. Jadi saya sangat mendorong dan menghimbau warga Amerika agar taat membayar pajak, sehingga biaya kuliah saya tidak nunggak..ha..ha.ha..ha. FYI, ini kali kedelapan saya bolak-balik berpetualang mencari beasiswa. Sempat gagal juga sih.
Xpresi: Hah… Gagal?
Mas Dion: Ya, dua kali gagal dari STUNED Belanda, dua kali gagal melamar di Australia (ADS dan ALA), dan dua kali gagal di Amerika (Fullbright). Tapi, akhirnya Allah memberikan beasiswa yang paling baik untuk saya, PRESTASI-USAID. Beasiswa ini menanggung semua biaya kuliah, baik itu uang buku, uang makan, uang apartemen, uang SPP, uang laptop, dan termasuk fasilitas konferensi satu kali selama kita kuliah. Bahkan, selama enam bulan saya pelatihan bahasa di Universitas Indonesia, juga sudah dibiayai. Wow, baik bener ya?.
Dion: Wow…. Gimana caranya tu Mas supaya dapat tuh Beasiswa?
Mas Dion: Syaratnya untuk dapat beasiswa ini susah-susah gampang kok. Dari berbagai beasiswa, rasanya standar TOEFL dari beasiswa ini yang cukup rendah, yaitu cuma 450. Tapi setiap tahun, pelamarnya ribuan, padahal yang diambil cuma 25. Berat saingan lho. Nah, jika X-aholic nanti tertarik melamar beasiswa ini, silahkan sering-sering kunjungi website www.prestasi-iief.org.
Xpresi: Mumpung belum telat nih mas, kalau remaja Jambi ingin pinter seperti Mas Dion, apa aja sih yang mesti dipersiapin? Terutama bagi teman-teman yang masih SMP, SMA maupun yang lagi kuliah S1.
Mas Dion: Bahasa Inggris. Tapi, dulu waktu masih SMP, saya sama sekali tidak suka dengan pelajaran Bahasa Inggris lho. Hingga SMA pun, masih belum ngeh dengan Bahasa Inggris, sampai akhirnya saya diajar sama Pak I Ketut Chidra, guru dari Bali, yang cara mengajarnya itu sungguh luar biasa. Sehingga semenjak saat itu (kelas 2 SMA), saya mulai jatuh cinta sama Bahasa Inggris, dan memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa Inggris di Universitas Jambi.
Xpresi: Jadi sekolahnya sejak kecil hingga kuliah S1, di Jambi terus ya? Gimana nih ceritanya saat kuliah S1 di Universitas Jambi? Kan itu menjadi tangga sebelum kuliah S2 di Amerika.
Mas Dion: Ya, kan saya asli Jambi. Sebelum saya diterima di UNJA, saya dulu pernah ditolak masuk UGM dan UNP. Nah, sejak masuk di UNJA itulah, saya langsung memporsir diri untuk terus giat belajat. Tapi, saya tidak hanya memporsir diri untuk belajar akademik, tapi saya juga memutuskan untuk belajar berorganisasi.
Xpresi: Wah… Aktivis kampus juga nih ceritanya?
Mas Dion: Bisa dibilang seperti itu sih. Saya memulai dari organsiasi FSI (Forum Studi Islam) FKIP UNJA, dan sebagi Ketua Umum HMJ Pendidikan Bahasa dan Seni UNJA, dan terakhir menjadi Wakil Pesiden Mahasiswa BEM KBM UNJA. Jadi, saya berusaha mengimbangkan antara prestasi akademik dan organisasi. Akademik membantu saya meraih prestasi akademik, sementara prestasi organiasasi dapat menunjang networking. Nah… Dari networking itulah, saya berkesempatan mengikuti pertukaran pemuda di Australia, menjadi Mahasiswa berpretasi tingkat Nasional tahun 2006, dan menjuarai Lomba Karya Tulis Mahasiswa tingkat UNJA. Dan satu lagi, dengan jiwa berorganiasai itu pula, saya juga berkesempatan mengikuti short course di New Zealand dan kuliah S2 di Malaysia (tapi sayang tidak selesai).
Xpresi: Hm…. Berarti kalau mau sukses itu nggak hanya berkutat dalam bidang akademik aja ya Mas? Juga harus aktif mengikuti organisasi agar terbentuk jiwa kepemimpinan dan jaringan yang luas.
Mas Dion: Yaaappp… Benar banget. Eh… udah dulu ya, kebetulan sekarang saya lagi di rumah professor saya. Ini adalah kali kedua saya disuruh jagain rumahnya. Orang sini menyebutnya house-sitting (seperti babysitter). Mendapat kepercayaan dari seorang advisor di kampus itu sesuatu banget deh.
Xpresi: Ok deh Mas. Terima kasih banyak nih, udah mau berbagi cerita dan tips. Semoga semakin kerasan ya di sana. Tapi, kalau kerasan jangan lupa untuk pulang ke Jambi ya.Hehehe.
Mas Dion: Ya sama-sama. Itu pasti dong. Kalau mau ngobrol lebih lanjut bisa follow saya, @dion_ginanto. (hehehe…promosi). (Sumber: xpresi jambi ekspres)