Kabupaten Sarolangun menjadi daerah yang jumlah tunggakan pembayaran raskinnya paling besar. Dari data yang berhasil harian ini himpun, jumlah tunggakan pembayaran raskin Kabupaten Sarolangun sejak 2013 hingga terhitung 24 Februari 2014 mencapai Rp 274.642.000.
Peringkat dua yang tunggakannya terbesar yakni Kabupaten Kerinci, dengan jumlah mencapai Rp 36.598.000. Selanjutnya Merangin dengan nilai Rp 32.322.000 dan Muaro Jambi senilai Rp 24.992.000.
Tunggakan Raskin
Daerah Nilai Penyaluran Pembayaran Sisa
Kota Jambi 9. 652. 320. 000 9. 639. 560. 000 12. 760. 000
Batanghari 4. 874. 760. 000 4. 874. 760. 000 -
Ma Jambi 6. 220. 800. 000 6. 195. 808. 000 24. 992. 000
Tanjab Barat 5. 541. 840. 000 5. 532. 440. 000 9. 400. 000
Tanjab Timur 4. 080. 240. 000 4. 066. 303. 000 13. 937. 000
Bungo 4. 044. 960. 000 4. 044. 960. 000 -
Tebo 4. 491. 000. 000 4. 491. 000. 000 -
Kerinci 7. 097. 400. 000 7. 060. 802. 000 36. 598. 000
Sungaipenuh 1. 097. 640. 000 1. 097. 640. 000 -
Merangin 4. 884. 120. 000 4. 851. 798. 000 32. 322. 000
Sarolangun 6. 615. 360. 000 6. 340. 718. 000 274. 642. 000
SUMBER: Bulog Divre Jambi
Kemudian, Kabupaten tanjab Timur dengan nilai tunggakan senilai Rp 13.937.000 dan Kota Jambi senilai Rp 12.760.000 serta terakhir Tanjab Barat dengan nilai Rp 9.400.000.
Sementara 4 daerah lainnya, yakni Batanghari, Bungo, Tebo dan Sungaipenuh dinyatakan tak ada tunggakan sampai saat ini.
Kabid Pelayanan Publik Bulog Divre Jambi, David Susanto membenarkan hal tersebut. Diakuinya, memang jumlah tunggakan yang paling besar ada di Sarolangun yang mencapai ratusan juta. Nilai tunggakan itu adalah nilai untuk tahun 2013 hingga Februari 2014 ini.
Dia mengakui, pihaknya mengalami kesulitan untuk menagihkan tunggakan tersebut. “Kita sulit juga untuk menekan, karena kelurahan juga mengumpulkannya juga sulit. Ini tunggakan untuk tahun 2013 sampai tanggal 24 Februari ini,” ungkapnya.
--batas--
Soal sebenarnya siapa yang patut disalahkan sehingga terjadi tunggakan penebusan raskin hingga mencapai jutaan rupiah ini? dia menyebut, sebenarnya yang patut disalahkan adalah jajaran pemerintahan di tingkat bawah.
“Yang menyusahkan itu biasanya perangkatnya, malahan kalau warga itu biasanya dia sendiri yang datang menyetor uang raskinnya. Kalau masyarakat miskin itu tentu takut. Misalnya pak lurahnya mengatakan kepada masyarakat itu kalau besok harus dibayar, kalau tak dibayarkan tak akan diberikan raskinnya tentu dia takut,” cetusnya.
“Jadi pasti langsung bayar mereka. Yang tak tertib itu perangkat pemerintahannya. Dia (masyarakat, red) makan pakai itu, daripada dia tidak dikasih dan harus beli di luar, kan harga beras mahal sekarang. Dipasaran sajaRp 7. 500 sudah berapa dia harus mengeluarkan uang,” tandasnya seraya menyebutkan bahwa beras yang disalurkan adalah berkualitas medium.
sumber: jambi ekspres