Tanggap Media di Balik Korupsi Pajak

Posted on 2014-04-26 17:00:00 dibaca 3921 kali

JAJARAN direksi Bank BCA langsung menggelar konferensi pers setelah KPK menetapkan mantan ketua BPK dan mantan Dirjen Pajak Hadi Poernomo sebagai tersangka dalam kasus pajak yang melibatkan bank papan atas tersebut.


Meski sangat normatif, setidaknya penjelasan itu bisa menjadi penyeimbang berita sebelumnya karena banyak pihak yang menganggap ket­erlibatan bank tersebut dalam kasus pajak. Dirut BCA Jahja Se­tiaatmadja menjelaskan bahwa pihaknya sudah menjalankan prosedur yang benar dalam urusan pajak tersebut.

Sebelumnya, Ketua KPK Abra­ham Samad mengadakan jumpa pers setelah menetapkan Hadi Poernomo sebagai tersangka dalam kasus pajak. Ketika media disi bukkan oleh ingar-bingar berita pileg, mulai kampanye, coblosan, sampai penghitungan suara, berita tentang aktivitas KPK nyaris tenggelam, tidak ada penangkapan, tidak ada pengungkapan kasus besar.

Pengalaman Krismon

Sebagai perusahaan publik, BCA tidak boleh diam terhadap kasus-kasus yang berpotensi mengganggu kredibilitas peru­sahaan tersebut. Kasus pajak yang melibatkan Hadi itu sem­pat membuat harga saham BCA di lantai bursa mengalami kore­ksi, meski tidak terlalu besar.
Tetapi, sekecil apa pun, gang­guan tersebut berpotensi men­jadi masalah yang besar dan merugikan. Begitu kasus itu mencuat, sehari setelahnya direksi BCA menggelar jum­pa pers, sesuatu yang sangat jarang dilakukan pimpinan perusahaan tersebut. Mereka sangat tanggap terhadap segala kemungkinan yang muncul dari kasus itu.

Belajar dari pengalaman sebelumnya saat krisis moneter sekitar 1998, ketika bank terse­but nyaris ambruk kalau tidak diselamatkan pemerintah. Refor masi yang bergulir kala itu, yang disertai krisis ekonomi yang parah, membuat pers sangat bebas. Kehidupan pers menga­lami perubahan drastis dari pers yang terkekang menjadi pers yang bebas.

Di antara hiruk pikuk kebe­basan pers waktu itu, mun­cul sebuah berita bahwa Bank BCA dimiliki keluarga Cendana –sebutan untuk keluarga man­tan Presiden Soeharto. Kala itu segala sesuatu yang berhubun­gan dengan keluarga Cendana bisa memunculkan sentimen masyarakat.
Reformasi telah mengubah Soeharto dari pahlawan pem­bangunan menjadi musuh masyarakat. Harta kekayaan milik keluarga mantan presi­den tersebut tidak luput dari penjarahan. Ketika ada bank yang dikaitkan dengan keluarga Cendana, bank tersebut tidak bisa menghindar, masyarakat pun termakan isu.

Merasa khawatir, para nasabah bank tersebut beramai-ramai menarik uang, baik secara lang­sung maupun melalui ATM. Kita bisa menyaksikan waktu itu, ant­rean nasabah mengular di ATM untuk menarik uang mereka. Isu yang tidak jelas tersebut terus berkembang dan masyarakat semakin tidak terkendali untuk mengambil uangnya.
--batas--
Bank itu terkena rush, pe­narikan uang besar-besaran. Sehebat apa pun bank, kalau se­luruh dana nasabah ditarik, akan ambruk juga. Ironisnya, tidak ada penjelasan dari direksi bank, setidaknya untuk membantah atau memberikan penjelasan, bahwa berita tersebut tidak be­nar untuk meredam kepanikan masyarakat.

Bank itu pun kolaps dan ke­luarga Sudono Salim sebagai pemilik kehilangan bisnis uta­manya. Tragis.

Meski suasananya berbeda, ka­sus penetapan Hari Poernomo sebagai tersangka korupsi pajak berpotensi mengganggu kinerja bank tersebut.

Bagi perusahaan go public, masalah kriminal seperti itu sangat rawan.

Di sisi lain, KPK punya ke­wajiban untuk menyampaikan hasil kerjanya ke pada masyarakat melalui media. Ekspose KPK harus mendapat liputan yang besar agar masyarakat luas bisa menyaksikan.
Meski lembaga itu sangat ketat, KPK lebih mudah memberi­kan informasi kepada wartawan, apalagi ada juru bicara yang selalu siaga menjawab pertanyaan war­tawan. Informasi kepada media pun diatur sedemikian rupa agar menarik. Misalnya, istilah Jumat keramat ketika menahan ter­sangka korupsi setelah diperiksa pada hari Jumat.

Penjelasan pimpinan KPK soal penetapan Hari sebagai tersangka pun tak lepas dari merebut perhatian, meski me dia sadar bahwa apa pun yang dilakukan KPK memiliki news value. Kebetulan, saat ini media tengah mengalami kejenuhan terhadap berita politik seputar pemilu yang cenderung mem­bosankan.

Pemungutan suara sudah ber­langsung dengan segala macam kasusnya.

Jurnalis, dosen UMM (cak­nunmp@yahoo.com)

sumber :  Jambi Ekspres

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com