SEORANG teman yang notabene anggota salah satu partai politik datang kepada penulis sambil bercanda dalam celotehnya “Masyarakat kita sudah matang berdemokrasi saat ini ya”. Mereka membuka hati untuk semua calon pasangan,” celotehnya sambil menerangkan maksud pembicaraannya.
Dari celotehnya ini, penulis pahami bahwa masyarakat saat ini tak ingin terkungkung pada satu kandidat belaka. Mereka ingin dekat dengan semua kandidat. Oleh sebab itu, ketika pasangan kandidat pilwako mengunjungi, mereka siap turut mensukseskan terselenggaranya program kampanye dialogis. Mulai dari memasang atribut pasangan hingga rela berdesak-desakkan sampai larut malam karena menunggu pasangan yang datang larut malam.
Namun kenyataan yang seperti itu menimbulkan satu pertanyaan pada diri penulis, apakah mereka akan mencoblos semua pasangan tersebut? Jawabannya sudah dipastikan tidak mungkin! Lantas apakah kegiatan para kandidat tersebut bisa dikatakan suatu kegiatan yang sia-sia? Tentu jawabannya adalah tidak!
Level Demokrasi
Pesta rakyat yang bersifat kedaerahan ini berlangsung lima tahun sekali. Semarak atribut kampanye memenuhi relung hati dan kepala masyarakat. Meskipun tidak semua peduli.
Layaknya sebuah pesta, tentulah ada yang berakting menjadi tuan rumah. Untuk pesta rakyat kali ini, warga Kota Jambi memiliki empat pasangan tuan rumah. Sementara itu, warga Kota Jambi menjadi tamu pada pesta tersebut. Karena sebagai undangan tentulah mereka tidak bisa menolak ketika masing-masing tuan rumah itu mengundang mereka. Oleh sebab itu janganlah heran bila kita menjumpai warga yang menghadiri setiap kampanye para kandidat. Mereka memiliki hati yang besar karena kecerdasan berdemokrasi mereka berada pada level dua.
Kemudian berlanjut pada kecerdasan berdemokrasi level tiga. Mereka yang dianggap memiliki kecerdasan berdemokrasi level tiga ini merupakan orang-orang yang kokoh dalam pendirian demokrasinya. Mereka tidak hanya mengenal, tidak hanya bersedia memenuhi undangan akan tetapi mereka juga tidak mau ‘menodong’ para kandidat dengan berbagai permintaan.
Orang-orang pada level tiga ini bisa dipastikan memilih kandidat yang benar-benar berkualitas bukan kandidat yang bisanya hanya mengisi tas para pemilih tanpa kualitas yang handal.
Kecerdasan berdemokrasi level empat merupakan kecerdasan yang terintegrasi atau hollistic democracy antara kecerdasan level satu, level dua dan level tiga. Kecerdasan level tiga ini merupakan orang-orang dengan pengetahuannya, baik pengetahuan dalam arti ilmu politik, pengetahuannya tentang kekurangan dan kelebihan kandidat, dan mereka bersedia menjadi juru kampanye meskipun tanpa diminta untuk mengajak orang lain agar memilih pasangan yang benar-benar berkualitas. Kemampuannya dalam mempengaruhin orang lain agar memilih salah satu pasangan yang berkualitas bukan karena dia menjadi tim sukses salah satu kandidat tadi, akan tetapi berdasarkan kesadarannya untuk mengarahkan warga.
Kita membutuhkan orang-orang yang memiliki kecerdasan berdemokrasi pada semua level tersebut dengan harapan demokrasi kita kedepannya bisa lebih mapan, lebih dewasa dan lebih matang lagi.
Sebagai penutup, penulis mengajak para pembaca untuk menjadi warga masyarakat yang memiliki kecerdasan berdemokrasi yang holistik. Jangan tergiur dengan janji manis, jangan tergiur serangan fajar. Mari benahi demokrasi kita ke arah yang sebenarnya yang menyatakan bahwa suara rakyat itu adalah suara tuhan! Catatan: Tulisan ini merupakan hasil pemikiran sendiri tanpa referensi.
Suyadi, S.Pd., M.A, Comunitas PELANTA dan Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan
Konsentrasi Bahasa Inggris, Universitas Negeri Padang