Tokoh Profesional Berpeluang di Pilgub
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi 2015 ini bakal menyuguhkan pertarungan berkualitas. Selain incumbent dan para kepala daerah, juga banyak tokoh-tokoh profesional yang diperkirakan berpeluang untuk berlaga. Mereka terdiri dari kalangan akademisi, pengusaha dan tokoh masyarakat.
Pantauan di masyarakat, sampai saat ini setidaknya ada beberapa nama-nama profesional yang disebut-sebut berpeluang maju di Pilgub. Diantaranya Dr Rizal Djalil, Prof Dr Aulia Tasman, Joni NGK, Rony Attan, Sarkawi, Rahman Usman, Abdul Bari Azed, Firwan Tan, Marzuki Usman dan beberapa nama lainnya.
Tokoh-tokoh yang disebut di atas mempunyai kompetensi dan kapasitas yang mumpuni untuk bersaing di ajang pemilukada tersebut. Baik dari sisi pengalaman manajerial, finansial, maupun ketokohan di tengah-tengah masyarakat.
Misalnya Dr Rizal Jalil, dirinya dikenal sebagai anggota BPK RI yang pernah malang melintang di kursi DPR RI. Sebagai tokoh masyarakat Kerinci, dia dia diperkirakan mempunyai basis dukungan yang massip dari warga Kerinci sebagai pemilih terbanyak kedua. Demikian juga dengan Prof Dr Aulia Tasman dan Prof Firwan Tan. Keduanya merupakan akademisi yang tentunya memiliki pemikiran yang brilian dalam membangun Jambi.
Dari kalangan pengusaha, ada nama Joni NGK, Ronny Attan, Sarkawi dan Rahman Usman. Mereka merupakan tokoh yang berkecimpung di dalam berbagai bidang usaha yang terbilang sukses.
Abdul Bari Azed, juga termasuk salah satu tokoh Jambi yang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain pengalaman di akademisi, juga berpengalaman di birokrasi pusat. Sekarang dia termasuk salah satu anggota DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, red). Demikian juga halnya dengan Marzuki Usman. Beliau merupakan satu-satunya orang Jambi yang pernah menjadi Menteri sejak Indonesia merdeka. Pengalaman dan kepiawaiannya dalam bidang ekonomi sudah tidak terbantahkan lagi. Bahkan, tokoh yang pernah dijuluki mandor pasar modal ini sempat mempopulerkan bursa saham, saat menjabat Kepala BEJ.
Meski demikian, belum satupun tokoh-tokoh itu menyatakan kesiapannya untuk maju di Pilgub. Misalnya saja, Dr Rizal Jalil, anggota BPK ini yang dikonfirmasi semalam tidak memberikan jawaban. Sementara orang terdekat, menyebutkan, sampai saat ini belum ada niatan, tokoh dari Kerinci itu untuk maju di Pilgub. ‘’Tapi untuk lebih lengkapnya lebih baik di tanyakan kepada beliau,’’ ungkapnya.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad menyatakan, para kalangan professional ini mempunyai peluang untuk maju. Namun harus bisa mencitrakan dirinya sebagai orang baik dan popular dimasyarakat. “Ada kemungkinan seperti akademisi ikut Pilgub. Namun secara sosiologis perilaku pemilih kita yang belum rasional, itu akan membuat mereka kesulitan,” sebutnya.
Karena, kalangan professional seperti akademisi ini cenderung tidak memiliki daya tawar langsung untuk menyelesaikan masalah. Ia cenderung bicaranya filosofis, bicaranya visi. “Bagi pemilih tradisional ini tidak penting. Tentu akan menjadi masalah sendiri bagi calon itu. Untuk maju di Pilgub perlu pencitraan, akademisi baru bisa berarti jika bisa mencitrakan diri sebagai calon pemimpin yang baik,” ujarnya.
Untuk mencitrakan diri sebagai pemimpin yang baik, perlu sosialisasi yang intensif. Bisa melalui media massa, blusukan langsung kemasyarakat dan berbagai kegiatan lainnya. “Untuk melakukan itu butuh biaya. Ini yang membuat akademisi ini kadang-kadang agak kesulitan, bukan berarti mereka tidak pas. Kalau akademisi bisa mencitrakan diri dan membuat terobosan baru yang bisa diketahui orang banyak juga bisa ada manfaatnya. Ada terobosan, itu yang harus dilakukan,” ujarnya.
Bagi pengusaha, juga berlaku demikian, tergantung siapa yang mampu mencitrakan dirinya baik dan popular. Keunggulannya, pengusaha memiliki kemampuan sosialisasi untuk mencitrakan diri itu lebih luas. “Mereka punya sumber dana, dengan sumber dana ini akan bisa melakukan banyak hal. Blusukan dan membantu sana sini itu gampang. Model pencitraannya itu bisa dilakukan lebih instan,” katanya.
Sementara itu, Nasuhaidi, Pengamat Politik Jambi lainnya mengaku, di Jambi dari kalangan akademisi ada beberapa orang yang layak untuk maju di Pilgub. “Namun masalahnya, politik ini ada costnya, mungkin akademisi terkendala disini, political cost juga harus diperhitungkan. Yang memungkinkan itu pengusaha, karena pengusaha secara financial tidak terlalu terhambat. Kalau secara kompetensi, akademisi lebih dari cukup,” akunya.
Jika financial terbatas, bagi akademisi untuk melakukan pencitraan akan relative terkendala. Ia mencontohkan, di Pilwako Jambi baru-baru ini, akademisi ada keinginan untuk maju, namun keinginan itu untuk diajak. “Berharap mudah-mudahan ada partai atau kandidat lain yang melirik dia dan modal disiapkan,” contohnya.
Nasuhaidi juga mengakui adanya rumor yang menyebutkan segelintir pengusaha yang mau maju memperebutkan BH 1 mendatang. “Tapi belum juga muncul. Ini akan sedikit terlambat, nanti takut didahului oleh calon yang lebih eksis dimasyarakat,” akunya.
Seharusnya, bagi balangan professional ini harus lebih dahulu melakukan start dengan memanfaatkan segala bentuk momen. Dari dini hari harus muncul, karena yang dihadapi ada incumbent dan para bupati.
“Mereka ini sebagai pejabat public bisa setiap hari sosialisasi. Kalau kalangan professional ini memang harus ada objek yang bisa dipublikasikan oleh media, tidak bisa dengan sendirinya mereka dipublis dimedia,” tukasnya.
“Peluang terbuka tapi harus bekerja ekstra. Contohnya Jokowi tidak terlalu terkenal di Jakarta, tapi karena kesungguhan dia dalam mencitrakan diri dengan bukti-bukti yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa berkesan dimasyarakat akhirnya bisa menumbangkan incumbent. Dalam hitungan politik sebenarnya tidak terprediksi seperti itu, dia juga pandai memanfaatkan waktu yang relative singkat,” pungkasnya.
sumber: jambi ekspres