Media Harus Ubah Pemikiran Masyarakat
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) diminta untuk tetap berada pada jalur pendidikan dan pelatihan. Salah satunya untuk memberikan pengarahan kepada jurnalis dan media untuk membentuk sebuah pola pikir baru di masyarakat. Pola pikir masyarakt sendiri harus dirubah dari masyarakat politik menjadi masyarakat ekonomi.
Permintaan tersebut disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga tokoh pers nasional Dahlan Iskan saat memberikan pengarahaan dan keynote speakers di Kongres PWI XXIII 2013 di Gedung Mahligai Pancasila Banjarmasin, Kalsel, kemarin (19/9). Dahlan yang juga pendiri Jawa Pos Grup ini meminta agar para media dan jurnalis bersiap untuk merubah pemikiran yang ada di masyarakat.
“Saya memperkirakan tahun 2019, Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbaik peringkat kesembilan di dunia. Kalau negaranya menuju ekonomi terbaik, maka perlu juga media untuk menunjang pemberitaan tersebut. Salah satunya adalah dengan sering mengangkat berita ekonomi menjadi headline,” ujarnya.
Dahlan menambahkan, ada kesenjangan antara berita utama yang memberitakan politik dengan ekonomi. Saat ini hampir semua media memberikan porsi untuk berita utama lebih banyak untuk politik. Hal itu dinilainya tidak menciptakan masyarakat yang berwawasan ekonomi untuk mendukung negara Indonesia sebagai negara ekonomi terkuat di dunia.
“Media harus menyiapkan agar masyarakat berwawasan ekonomi. PWI harus juga melakukan pendidikan dan pelatihan untuk membentuk media yang bisa membuat berita berwawasan ekonomi. Itu yang kita perlukan untuk saat ini,” tambahnya.
Sementara Ketua PWI Pusat Margiono menambahkan, PWI saat ini adalah organisasi profesi. Sehingga lebih banyak berfokus pada pendidikan dan pelatihan. “Saat ini wartawan yang sudah bersertifikasi mencapai 4.500 orang. Sebanyak 3.500 diantaranya adalah anggota PWI. Oleh karena itu kami memfokuskan pada pendidikan dan pelatihan. Kami akui, PWI pada saat ini tidak terlalu banyak kegiatan, kecuali pendidikan,” tambahnya.
Memasuki tahun yang dianggap sebagai tahun politik, PWI menegaskan bahwa anggota PWI tidak boleh merangkap sebagai pengurus partai politik. Namun apabila ada anggota PWI yang juga sebagai pengurus di organisasi massa lainnya, tidak dilarang. Namun Margiono yakin semua anggota PWI tidak ada yang merangkap sebagai anggota partai politik.
“Tidak mungkin ada media yang mau dikorbankan hanya untuk kepentingaan sesaat pribadi atau golongan. Sebab kalau media digunakan untuk pribadi dan golongan , otomatis media tersebut akan mati secara sendirinya,” imbuhnya.
Terakhir, Pemred Rakyat Merdeka ini mengharapkan agar ada presiden yang berasal dari kalangan jurnalistik. “Mudah-mudahan presiden yang akan datang berasal dari kalangan wartawan. Tapi ada dua capres yang juga keanggotaan PWI yakni Sinyo Sarundajang dan Dahlan Iskan. Semoga salah satunya dapat terpilih,” tandasnya.
Pembukaan Kongres PWI XXIII 2013 sendiri batal dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden SBY tidak dapat hadir dikarenakan ada tugas yang tidak dapat ditinggalkan. Namun berdasar informasi yang disampaikan oleh Gubernur Kalsel Rudy Ariffin, SBY berjanji akan datang pada saat pelantikan anggota PWI periode 2013-2018. Pada pembukaan kongres tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Sarundajang, serta Gubernur Kalsel Rudy Ariffin sebagai tuan rumah.
sumber: je