MUI Larang Bagi-Bagi Kondom
PERAYAAN memperingati hari AIDS 1 November lalu menimbulkan keprihatinan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) kecewa karena masih ada aktivitas bagi-bagi kondom gratis dalam kegiatan tahunan itu.
Ketua MUI Pusat Anwar Abbas meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi untuk memperbaiki rangkaian kegiatan bertajuk Pekan Kondom Nasional itu. "Tolong kegiatan yang digagas Kemenkes jangan diisi kegiata bagi-bagi kondom gratis kepada siswa dan mahasiswa," katanya Senin (02/12).
Menurut Anwar kegiatan bagi-bagi kondom itu besa dimaknai negatif. Yakni sama saja menyuruh pemuda supaya menggunakan kondom kalau akan berhubungan seks. "Bisa dianggap supaya aman, pakailah kondom," ujar dia. Anwar mengingatkan bagi-bagi kondom kepada pelajar itu tidak tepat karena mereka belum ada ikatan suami istri.
Dia mengatakan upaya kampanye seperti ini tentu menyesatkan. Selain itu bisa mendorong perilaku seks bebas meskipun dengan aman. "Jadi tolong dihentikan bagi-bagi kondomnya," tuntut Anwar.
Menurutnya masih banyak cara yang bisa dilakukan dengan lebih baik dan bermoral, serta sesuai dengan falsafah pancasila. Diantara cara yang menurutnya lebih baik adalah dengan media pembelajaran di sekolah. Misalnya menggunakan peran guru biologi dan agama. Mereka diminta mengajarkan perilaku hidup yang sehat dan bergama.
"Ujungnya juga sama, yakni mencegah penularan HIV-AIDS. Tapi ini lebih baik," tuturnya. Dia berharap masukan dari MUI ini mendapatkan respon dari Kemenkes.
--batas--
Di bagian lain, digelarnya Pekan Kondom Nasional (PKN) memantik reaksi kalangan parlemen. Anggota fraksi Partai Golkar Tb. Ace Hasan Syadzily menilai kegiatan tersebut tidak edukatif. Apalagi jika memang ada pembagian kondom secara gratis, termasuk visualisasi penggunaannya.
"Kalau tujuannya edukasi agar terhindar dari virus HIV, seharusnya yang dikedepankan bukan penggunaan kondomnya," katanya di kompleks parlemen, Senin (02/12).
Ace khawatir, kegiatan itu justru mendorong penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi tanpa ikatan yang sah. "Kampanye penggunaan kondom lebih banyak mudarat daripada manfaatnya," sambung anggota Komisi VIII (bidang agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan) DPR itu.
Jika memang dilakukan kampanye tersebut, lanjut dia, sebaiknya pada kalangan terbatas dan tempat khusus yang kerap atau rawan persebaran virus HIV AIDS.
Pendapat senada juga dilontarkan anggota Komisi VIII lainnya, Hidayat Nurwahid. Menurutnya, kegiatan yang disertai pembagian kondom secara gratis itu justru secara tidak langsung mendorong para pelajar untuk berbuat hal yang belum semestinya dilakukan. "Padahal itu dibagi-bagikan kepada pelajar SMP dan SMA yang notabene belum dewasa," katanya.
Hidayat yang juga ketua Fraksi PKS itu mendorong Komisi IX yang menjadi mitra kerja Kementerian Kesehatan memanggil Menkes untuk diminta penjelasannya terkait penyelenggaraan pekan kondom tersebut. Dia menilai kebijakan tersebut salah kaprah dan tidak berdampak signifikan pada pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS.
--batas--
"Menteri harus kerja lebih cerdas, bukan sekedar bagi-bagi kondom yang justru memberi justifikasi boleh seks bebas asal menggunakan kondom," tegas mantan cagub DKI Jakarta itu.
Terpisah, aktifis muda Muhammadiyah Mustofa B. Nahrawardaya juga mengecam pelaksanaan PKN. Menurutnya, segenap elemen masyarakat harus menuntut penghentian kegiatan itu yang bisa merusak mental dan kesehatan generasi muda. "Seolah-olah itu aksi sosialisasi pencegahan AIDS, padahal itu cenderung sosialisasi penyebaran AIDS," katanya.
Dia meminta ada sikap tegas dari presiden dengan ide yang dinilainya kebablasan. Apalagi dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam.
sumber: jambi ekspres