KORBAN SELAMAT: Murniati yang mengalami patah tangan di RSUD Sijunjung.

Ibu Rela Terbakar untuk Selamatkan Anak

Posted on 2014-02-01 17:00:00 dibaca 4807 kali
Murniati, 40 dan Iqbal, 19 serta Roza, 21, tiga dari puluhan korban yang berhasil selamat dalam kecelakaan terbakarnya bus PO. Family Raya Ceria (FRC) jurusan Bangko-Padang di Jalan lintas Sumatera kilometer 148 dari arah Padang.  Bagaimana kisah korban selamat dalam Bus nahas itu ?

Tak terbayangkan oleh Murniati, 40, dosen di STKIP kota Bangko kabupaten Merangin akan mengalami kejadian yang masih membuatnya trauma itu. Dalam keadaan menahan sakit akibat patah kaki kiri dan luka bakar di bibir yang dideritanya, warga yang tinggal di komplek perumahan STKIP Bangko itu tetap bersedia bercerita kepada Padang Ekspres (jawapos group, red) mengenai kejadian yang barusan saja dialaminya itu.

Sambil meringis menahan sakit Murniati bercerita, ketika bus FRC yang ditumpanginya dari kota bangko itu berasap, semua penumpang yang tertidur terbangun. Namun ketika ledakan terjadi, banyak penumpang yang panik, hingga terdengar teriakan seseorang yang meminta penumpang keluar.

Mendengar teriakan tersebut, Murniati menjadi panik dan berusaha mencari jalan keluar dari dalam bus. Namun karena semua penumpang saling mendahului untuk keluar, banyak yang tersangkut dan terjatuh. Karena menurut keterangan Murniati, ketika ledakan terjadi ruangan bus dipenuhi asap yang membuat suasana dalam bus menjadi gelap. Sehingga penumpang keluar melalui pintu depan dengan cara meraba-raba.  
--batas--
Dalam keadaan panik, dosen STKIP kota Bangko itu menuturkan, bahwa seorang penumpang berinisiatif memecahkan kaca jendela samping bus. Pecahnya jendela bus itu membuat penumpang kembali berebut keluar melewati jendela kaca, Murniati salah satunya yang terjun melalui kaca jendela itu.

Diceritakan wanita yang sudah menjanda tersebut, dengan tubuh yang sedikit gemuk, dirinya sangat beruntung bisa melewati jendela kaca dan menyelamatkan diri walau kakinya kirinya patah terbentur aspal. Cepatnya asap menyebar di dalam bus, membuat penumpang kesulitan mencari jalan keluar.

"Dalam beberapa detik, bus sudah dipenuhi asap dan kami tak bisa melihat jalan keluar, namun penumpang bagian depan bisa keluar melewati pintu depan, namun bagi kami yang duduk di bangku tengah sedikit kesulitan, sehingga ketika jendela kaca sebelah kanan dipecahkan oleh salah satu penumpang, kami berdesakan keluar dengan cepat, dan tanpa pikir panjang, saya terjun dan terjatuh diatas aspal,"ungkap Murniati yang masih terngiang di telinganya teriakan histeris penumpang yang terbakar.

Setelah tiba diatas aspal, dengan kaki yang patah, serta bibir terbakar dijilati api, Murniati menceritakan perjuangannya menjauh dari kobaran api yang membakar bus dan 7 penumpang lainnya. Sementara penumpang lainnya yang selamat menjerit histeris melihat bus yang ditumpanginya telah terbakar tanpa bisa berbuat apapun. Dengan mata berkaca-kaca, Murniati tak mementingkan harta bendanya yang terbakar habis, namun dengan selamatnya dirinya dan penumpang lainnya, merupakan suatu berkah yang tak terhingga menurutnya.

Lain halnya dengan Iqbal, 19 korban selamat lainnya, setelah gagal keluar melewati pintu depan karena sulit dibuka, Iqbal dan penumpang lainnya juga mengikuti jejak Murniati untk keluar melalui jendela kaca yang pecah.

Sebelum ledakan terjadi, Iqbal mengaku sempat tertidur, namun ketika mendengar suara penumpang yang tiba-tiba ribut, Iqbal terbangun dan melihat suasana dalam bus sudah dipenuhi asap. Tanpa fikir panjang juga, dari tempat duduk nomor 13, Iqbal ikut berlari menuju pintu depan untuk meyelamatkan diri, namun gagal. Dalam keadaan tubuh yang sudah dijilati api, Iqbal terjun melalui jendela kaca.

"Saya terbangun saat mendengar penumpang ribut, karena melihat asap sudah memenuhi ruangan bus, tanpa pikir panjang saya juga ikut berlari menuju pintu depan dengan berdesakan saya juga ikut  berlari menuju pintu depan dengan berdesakan, setelah berhasil mencapai pintu depan, ternyata pintu tidak bisa dibuka, sementara api sudah mulai membakar saya, sehingga saya balik lagi beberapa langkah dan berusaha keluar melalui jendela yang digunakan penumpang lainnya,"sebut Iqbal.

Sambil menahan sakit pada tangan kirinya yang diduga patah, mahasiswa semester II UNP Padang tersebut menuturkan, bahwa  ketika terjun melalui jendela, kepalanya yang terlebih dahulu menyentuh aspal, walau kesakitan, namun dia tetap berusaha menjauh dari bus yang sudah terbakar hebat itu.

"Tak satupun dari kami yang memikirkan bagaiman cara selamat, walau terjun dengan kepala terlebih dahulu atau apapun, yang kami pikirkan saat itu adalah cara keluar dari dalam bisa dengan selamat,"sebut warga pasar Bangko kabupaten Merangin itu didampingi ayahnya yang langsung datang dari Bangko pagi itu setelah mendapat kabar kejadian nahas tersebut.
--batas--
Namun cerita memiriskan hati datang dari korban Roza, 21, mahasiswi jurusan Manejemen Universitas Negeri Padang (UNP) tersebut harus merelakan ibunya, Roswati, 49 tewas terbakar karena tidak bisa meyelamatkan diri setelah mendorongnya keluar dari dalam bus.

Sebelum bus FRC jurusan Bangko-Padang tersebut meledak, beberapa penumpang telah mengingatkan sopir dan kernet bus tentang adanya asap yang mengepul di dalam bus. Namun sang sopir tetap menjalankan bus. Namun setelah asap sudah mengisi seluruh ruangan bus, baru sopir menghentikan kendaraan dan terdengarlah ledakan yang membuat seluruh penumpang histeris.

"Awalnya ada penumpang yang memperingatkan sopir tentang asap yang mengepul di dalam bus, namun beberapa detik mobil berhenti, ledakan besar terjadi, yang membuat semua penumpang termasuk saya dan ibu berteriak histeris, dan walau saling berdesakan kami semua berusaha keluar dari dalam bus, tapi tak semuanya yang berhasil, termasuk ibu saya,"ungkapnya lirih dengan air mata tak henti mengalir dipipinya.

Roza tak menyangka, hari Jumat (31/1) ternyata adalah hari terakhir kebersamaannya dengan orang yang sangat dicintainya selama ini. Dengan air mata yang terus berlinangan, Roza menceritakan kisah ibunya yang berusaha memberi jalan untuknya agar bisa cepat keluar ketika terjadi kepanikan dan teriakan histeris di dalam bus setelah ledakan.

Dari bangku nomor 20 yang diduduki Roza dan ibunya, Roza menceritakan kepanikan dirinya dan ibunya yang sempat terpisah karena gelapnya suasana dalam bus karena tertutup asap. Dalam kepanikan tersebut, ketika Roza dan ibunya berniat menuju pintu depan bus namun tak bisa karena penumpang lain juga saling berdesakan untuk keluar. Disaat api sudah mulai membesar dalam bus, teriakan histeris dari penumpang yang tubuhnya sudah dijalari api membuat suasana dalam bus semakin mencekam.

Namun tak begitu halnya dengan ibu Roza (Roswati, salah satu korban yang tewas terbakar, red), ditengah kepanikan itu dituturkan Roza, ibunya itu menunjukkan jalan keluar baginya agar melompat melalui jendela kaca sebelah kanan yang terlihat sepintas telah pecah dan dijadikan sebagai tempat keluar alternatif bagi penumpang lainnya.

"Ketika kepanikan terjadi, awalnya ibu saya yang didepan, namun karena api semakin membesar, saya diminta duluan keluar oleh ibu melalui jendela, dan tangan kami berpegangan karena pintu depan sulit dijangkau akibat banyaknya penumpang yang ingin keluar dari sana, lalu setelah pegangan  tangan saya dilepas, saya tidak bisa lagi melihat ibu karena asap sudah memenuhi seluruh ruangan, makanya saya langsung melompat keluar melalui jendela kaca," terang warga Pasar Atas kecamatan Bangko Merangin itu lirih.

Sesampainya di luar bus, Roza masih mendengar teriakan histeris beberapa penumpang yang masih tertinggal di dalam bus termasuk ibunya."Demi menyelamatkan saya, ibu rela terbakar, besar sekali pengorbananmu ibu," kata Roza sambil menutup muka menahan gejolak kesedihannya ketika bercerita kepada di ruang Unit gawat Darurat (UGD) RSUD Sijunjung Jumat (31/1).

Syamsul, 44, paman Roza yang merupakan adik kandung korban tewas Roswati, menuturkan, kakaknya (Roswati, red) tersebut mendampingi Roza untuk membantu Roza memindahkan barang-barang milik Roza dari kos lama, karena Roza berencana akan pindah kos. Walaupun membuat keluarganya terpukul dengan kesedihan, namun Syamsul berucap, bahwa dari semua yang terjadi pada bus FRC dini hari kemarin. Satu hal yang paling tidak disesali Syamsul, yakni hari meninggalnya sang kakak, adalah hari terbaik dari hari lainnya.

"Kami sangat kehilangan dengan kejadian ini, karena kami telah telah kehilangan seorang kakak dari adik-adiknya, seorang ibu dari anak-anaknya, namun satu yang membuat kami lega, Dia (Roswati, red) meninggal di hari yang sangat dimuliakan," ujarnya lirih.

sumber: jambi ekspres
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com