Illustrasi

Bundir Makin Menggejala Dalam Masyarakat

Posted on 2015-07-02 23:28:03 dibaca 4603 kali

Oleh: Karlina Veradia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bunuh diri merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Kasus bunuh diri ini meningkat jumlahnya di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan sedang seperti negara Indonesia. Bunuh diri (Bundir) sempat menjadi suatu penyakit masyarakat yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah, pada tahun 2005-2012 kasus bunuh diri tiap tahunnya bisa mencapai 50.000 orang, dan diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri setiap harinya. Namun kita lihat pada tahun 2014-2015 ini, banyaknya peristiwa bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri, menembak kepalanya sendiri, menggantungkan kepalanya, dan terjun dari gedung berlantai, ini sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, namun pemerintah masih belum melakukan suatu gerakan agar kasus ini berkurang. Bunuh diri juga merupakan suatu penyakit yang banyak menelan korban. Penyakit ini tidak hanya terjadi terhadap para orang tua, namun bisa juga terjadi terhadap anak muda. Misalnya  karena konflik dengan keluarga, ditolak dalam pergaulan, berpisah dengan orang yang dicintai, masalah ekonomi, tidak lulus ujian nasional, sulitnya menyusun skripsi, dll.

Kasus bunuh diri yang sering terjadi didunia pendidikan ini seperti kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang mahasiswa Universitas Veterangan Bangun Nusantara (Univet Bantara) mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Hal ini diduga karna mahasiswa ini kesulitan menyelesaikan proses skripsinya. Belum lagi seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) yang mengakhiri hidupnya dengan cara menggantungkan kepalanya dengan tali di kamar kos. Belum lagi kasus bunuh diri yang sangat mengherankan seorang polisi menembak kepalanya sendiri dirumah kekasihnya. Dan diduga seorang SatPol Air Polres Sumatera Utara tewas dengan luka dikepala karena tidak bisa mengendalikan emosinya terhadap rekan kerjanya.

Dengan adanya kasus-kasus bunuh diri tersebut timbullah sebuah pertanyaan, apakah bunuh diri ini dapat menjadi contoh bagi orang lain (contagiuous)? Bunuh diri merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh beragam faktor, seperti sosial, biologis, budaya, psikologis, dan lingkungan.  Bunuh diri merupakan suatu penyakit yang menular, lihat saja seperti di Amerika Serikat ketika bintang film Marilyn Monroe meninggal dunia pada 1962, yang diduga karna bunuh diri. Menurut studi tingkat bunuh diri di AS ketika itu menjolak 12% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Para ahli menduga faktor Marilyn sebagai figur publik sangat berpengaruh akan peristiwa peningkatan bunuh diri tersebut. Di Indonesia bunuh diri semakin menggejala, kita lihat di kabupaten Gunung Kidul (Yogyakarta), yang dikenal istilah “pulung gantung”. Istilah ini merujuk pada kepercayaan setempat mengapa seseorang sampai melakukan bunuh diri. Diyakini, orang melakukan tindakan bunuh diri karena merasa memperoleh “pulung” atau “wahyu” berupa semacam tanda bintang dari langit di malam hari. Bintang ini berbentuk cahaya bulat berekor seperti komet, kemerah-merahan agak kuning dengan semburan biru. Bintang ini jatuh dengan cepat, menuju atau seolah-olah menuju ke rumah (atau dekat rumah) si “korban” bunuh diri. Si korban akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri – dari sinilah imbuhan “gantung” itu berasal. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus bunuh diri ini bertumbuh dengan cepat.

Banyak orang berpendapat bahwa bunuh diri adalah salah satu cara penyelesaian masalah yang tepat. Hal ini terjadi karna kurangnya peran dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Fenomena bunuh diri di Indonesia tidak saja karena faktor tekanan ekonomi. Namun juga tidak mesti berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah dan hidup di pedesaan. Fenomena bunuh diri dikalangan remaja juga mulai marak di perkotaan dan itu menimpa pula dari kalangan keluarga kaya yang berpendidikan tinggi pula. Bahwa kondisi perekonomian seseorang dan tingkat pendidikannya tidak menjamin seseorang bebas dari stress dan mampu mengatasi persoalan hidupnya secara rasional. Nuansa inilah yang menjadi semakin kental dalam konteks perkembangan sosial politik yang terjadi di Indonesia. Dunia anak dan remaja lepas dari perhatian pemerintah daerah yang asyik bergelut dalam pertarungan politik lokal. Sementara, keluarga yang semestinya menjadi sendi imajinasi bangunan perkembangan anak, menghadapi banyak tantangan. Seorang bapak dan ibu tidak sempat mendampingi sang anak karena sibuk dengan problem dan kompleksitas tantangan kehidupan sosial yang diwarnai kekerasan politik. Tantangan bagi Indonesia di masa sekarang ialah menyediakan kondisi dan ruang yang mampu membangun perkembangan bagi nalar dan emosi anak agar tidak menambahnya peristiwa bunuh diri tersebut.

Pemerintah juga harus mengambil peran terhadap pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK, dan Perkuliahan) di Indonesia guna untuk mengurangi peristiwa bunuh diri tersebut. Dalam dunia pendidikan seharusnya anak didik harus ditanamkan nilai-nilai Pancasila dari sejak Sekolah Dasar, agar karakter dan kepribadian anak bisa terbentuk dengan baik. Dan pada saat anak didik sudah mulai memasuki tahap perkembangan pemikiran melalui interaksi dengan orang lain (looking glass self) dilihat dari prilaku orang yang sedang bercermin dan menimbulkan pemikiran yang baru atau bisa dikatakan seseorang yang telah dewasa. Menurut Charles H.Cooley melalui Looking Glass Self ini ada 3 tahap yaitu: pada tahap pertama, seseorang telah mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhdapnya. Tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadap penampilannya. Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Apabila seorang anak telah berada, dan melewati tahap tersebut maka pemerintah harus memberikan suatu sosialisasi atau didikan lewat Keluarga dengan memberikan suatu kasih sayang dan perhatian yang lebih terhadap anak. Pemerintah juga harus memberikan suatu aturan bagi media sosial agar memberikan didikan atau ajaran yang dapat membentuk karakter anak lewat iklan, sinetron, film yang ada di Televisi, radio, dll. Bukan hanya itu saja, pemerintah harus menyadarkan masyarakat bahwa perbutan bunuh diri ini merupakan suatu tindakan yang salah, dan masyarakat juga harus bekerjasama dengan pemerintah agar tidak ada lagi kasus-kasus bunuh diri yang terjadi di negara ini. Sistem pendidikan di Negara Indonesia juga harus ditingkatkan agar anak didik memiliki kepribadian dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi bangsa kita, pendidikan juga mempunyai peranan yang amat penting menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.

Penulis mengharapkan dengan adanya tulisan ini masyarakat dapat berpikir dengan baik, bahwa bunuh diri bukanlah suatu jawaban yang tepat. Namun bunuh diri adalah suatu perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan perbuatan ini tidak disukai oleh Tuhan Yang Maha Esa.

 

------------------------
(Penulis adalah Mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi)

 

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com