Ilustrasi.
JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA– Penyebaran virus corona bukan hanya melemahkan daya tahan tubuh manusia, tetapi juga menggerogoti sektor keuangan global, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin Rupiah yang terus mengalami pelemahan, dan juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian tertekan berada di zona merah.
Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah hingga Jumat (28/2) sore tembus ke level Rp14.317. Padahal, sehari sebelumnya di level Rp14.025.
Sementara, IHSG pada penutupan perdagangan pada pekan ini, melemah 82,99 poin atau 1,50 persen ke posisi 5.452,70. Di penutupan sebelumnya, IHSG ditutup pada posisi 5.535,69
Oleh karenanya, untuk memperkuat sektor keuangan di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) melakukan tiga kebijakan baru, yakni melakukan intervensi pada Surat Berharga Negara (SBN), saham, dan transaksi lindung nilai atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, BI sejak awal 2020 telah memborong SBN di pasar sekunder sebesar Rp100 triliun.
“Jadi SBN yang dilepas investor asing, kami beli lagi. Termasuk perbankan dalam negeri juga beli SBN yang dilepas oleh asing. Sejak awal tahun secara keseluruhan kami sudah beli Rp 100 triliun di pasar sekunder,” kata Perry di Jakarta, Jumat (28/2).
Adapun sebanyak Rp78 triliun, kata dia, merupakan upaya untuk pertahanan saat virus corona yang menyebar ke berbagai negara. Hal itu menyebabkan imbal hasil atau yield SBN meningkat dari 6,56 persen menjadi 6,95 persen.
Dia mengungkapan, sejak awal tahun, Rupiah telah melemah 1,08 persen (ytd). Menurutnya, pelemahan ini masih lebih baik dibandingkan negara lainnya.
“Negara lain relatif lebih rendah. Won Korea melemah 5,07 persen (ytd), Baht Thailand melemah 6,42 persen (ytd), Singapore Dolar melemah 3,76 persen (ytd), Ringgit Malaysia melemah 2,91 persen (ytd),” ujar dia.
Upaya lainnya, BI juga tidak lupa untuk berkoordinasi dengan pemerintah untuk menaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasioanl. Dia meyakini, pada April ke depan akan ada pemulihan ekonomi nasional.
BI juga melakukan stimulasi untuk ekonomi, penurunan suku bunga, relaksasi kebijakan makroprudensial khususnya rasio intermediasi makroprudensial. “Kami mempercepat elektronifikasi bansos untuk transportasi, kemudian transaksi pemerintah ke daerah,” ujar dia.
Lanjut dia, BI akan memajukan event nasional dan internasional yang seharusnya diselenggarakan pada semester II menjadi kuartal I dan II. “Ada kurang lebih 10 event nasional dan internasional kami lakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah mendorong pariwisata dalam negeri,” imbuh dia.
Terpisah, Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, akibat belum tertanganinya wabah virus corona di Cina dan beberapa negara menyebabkan kekhawatiran yang tinggi di pasar keuangan global.
“Investor global yang sudah menunggu sekian lama sekarang meyakini bahwa wabah ini tidak akan mudah diatasi. Butuh waktu yang lebih lama dan dampaknya terhadap perekonomian global akan lebih besar daripada yang selama ini diperkirakan,” ujar Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (28/2).
Untuk itu, saran dia, BI harus melakukan intervensi demi tidak terjadi kepanikan pasar sehingga memberikan keyakinan kepada investor hingga bisa membuat Rupiah menjadi perkasa seperti semula.
Intervensi oleh BI memang dibutuhkan untuk mencegah kepanikan pasar. Memberi keyakinan kepada investor sehingga pelemahan Rupiah masih bisa dikembalikan,” katanya.
Ekonom INDEF Nailul Huda berpendapat, pemerintah dan BI harus mengandalkan permintaan domestik untuk memperkuat ekonomi saat ini. Dia setuju dengan kebijakan BI dengan menggelontorkan senilia ratusan triliun untuk memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS
“Mungkin dengan menggelontorkan uang akan tetap menjaga permintaan namun ingat waspada dengan inflasinya,” tukasnya kepada FIN. (Fin)
Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129
Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896
E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com