Amri Ikhsan.

Pembelajaran di Era Kenormalan Baru

Posted on 2020-06-03 14:56:21 dibaca 8961 kali

Oleh: Amri Ikhsan

Dampak belajar di rumah selama Pandemi COVID-19, memunculkan masalah baru pada kondisi anak. Metode pembelajaran jarak jauh dengan belajar di rumah selama pandemi covid-19 rupanya membuat anak-anak stres dan lelah. Meski di rumah, mereka juga merasa kurang istirahat. Ada banyak tugas-tugas yang diberikan guru dinilai berat dan pemberian tugas kerap tanpa interaksi. (KPAI)

Dilain pihak, pemerintah sedang mendisain new normal selama pandemi ini termasuk dalam dunia pendidikan, dimana kebiasaan lama dalam melaksanakan pendidikan tidak bisa menjadi patokan, karena pandemi covid-19.

Tidak ada pilihan lain, guru wajib’ beradaptasi dengan new normal, agar tidak ditinggalkan siswanya. Kreativitas, Inovasi, komunikasi santun adalah kuncinya. Pembelajaran dengan inovasi dan kreatif dan disampaikan dengan santun. Pembelajaran tidak hanya dengan ceramah ‘manjang’, menggunakan LKS, dan penugasan, dll.

Pandemi membawa pengaruh emosional terhadap siswa. Banyak siswa yang merasa terisolasi dari relasi pertemanan, takut karena wabah, bosan dengan situasi di rumah, merasa malas, ‘bawaan ngantuk’, semuanya serba salah, dirumah bosan, kelaur tidak boleh.

Tentu banyak skenario yang bisa dilakukan selama new normal ini, protokol kesehatan yang ketat: 1. proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan sekolah; 2) pengaturan jarak dengan prinsip social distancing dan physical distancing; 3) mengajak warga sekolah untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kemudian, 4) menyediakan alat pengukur suhu (thermo gun); 5) menyediakan wastafel/tempat cuci tangan, lengkap dengan sabun; 6) Menyediakan disinfektan untuk membersihkan sarana sekolah, laboratorium, ruang ibadah secara periodic.

Selanjutnya, 7) mengatur jarak bangku didalam kelas; 8) membawa bekal makanan dan minuman dari rumah; 9) mengenakan Masker; 10) tidak memberikan tugas yang bahan/kertasnya berasal dari guru, siswa menggunakan bahan/kertas kerja milik sendiri, dll.

Tapi, hal protokol ini belumlah cukup. Harus ada tindak psikologis untuk membantu siswa belajar dengan tenang dan semangat. Sangat disarankan kepada guru dan orang tua untuk lebih santun berkomunikasi dengan siswa.

Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peran yang sangat penting. Salah satunya, guru dituntut mampu menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran dalam suasana psikologis yang mendukung dengan memperhatikan kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan yang optimal (Surya, 2006:46). Suasana pembelajaran yang kondusif tersebut hanya dapat diciptakan, jika guru bersikap ramah kepada siswa. Guru menggunakan bahasa yang santun, sehingga tidak mengancam muka siswa.

Bahasa guru yang santun akan dapat dijadikan sebagai model oleh siswa. Dengan demikian, secara tidak langsung, guru sekaligus menanamkan nilai karakter sopan-santun kepada peserta didik. Sopan-santun merupakan salah satu nilai karakter yang dicanangkan pemerintah untuk ditanamkan kepada peserta didik (Samani & Hariyanto, 2011); dan salah satu strategi yang harus dilakukan adalah melalui keteladanan atau pemodelan (Lickona, 1992). .

Seringkali ditemukan bahwa sebagian siswa enggan berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mereka cenderung pasif. Siswa kurang memperhatikan materi pembelajaran daring yang dikirim, enggan belajar, malas berpikir, bagi mereka lebih ‘enak’ bertanya kepada google. Mereka mengantuk, melamun dan tidak semangat dan paling malas berkomunikasi dan berkonsultasi dengan guru.

Dalam konteks ini, guru harus mencari altenatif model pembelajaran yang inspiratif untuk berusaha meningkatkan keaktifan siswa dengan meminta siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu peran guru disini adalah mengintensifkan proses komunikasi dengan menerapkan prinsip kesantunan.

Sebelum melaksanakan pembelajatan, guru terlebih dahulu mengidentifikan kata, frase, ungkapan, kalimat apa yang mengandung unsur kesantunan seperti yang diutarakan Leech (1993).

Berhubung dengan penerapan prinsip kesantunan seperti yang dikemukan oleh Leech (1993), guru berinisiasi untuk melakukan komunikasi dengan para siswa. Guru harus ‘rajin’ dan aktif melakukan pendekatan santun dengan mengomentari apapun yang diperbuat siswa. Bahkan siswa sedang diam atau pasif harus diajak berkomunikasi.

Berlaku santun bukan berarti tidak disiplin atau lemah, bahkan sebaliknya, bersikap santun adalah sikap disiplin. Santun berarti peduli dan awas terhadap kegiatan siswa.

Santun berarti memberi tempat yang ‘menyenangkan; sehingga siswa tidak memiliki ‘halangan’ untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Posisi guru dalam konteks ini adalah bagaimana menyalurkan potensi potensi potensi yang dimiliki siswa sesuai dengan ‘kadar’ kompetensi yang dimilikinya.

Prinsip guru dalam berkomunikasi: 1) menggunakan diksi yang halus dalam menjelaskan, bertanya, mengemukakan pendapat, menyanggah jawaban (misalnya menggunakan kata maaf, terima kasih, berkenan, mohon, tolong, beliau, bapak/ibu, silahkan); 2) memberikan banyak keuntungan untuk siswa (tidak memaksakan ‘kehendak pada siswa); 3) tidak menyindir dalam menjelaskan, berpendapat atau bertanya menolak/membantah pendapat dengan kata “maaf”.

Kemudian, 4) memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat, bertanya, memberikan kritikan; 5) memberikan perintah dengan kalimat pertanyaan atau kalimat berita; 6) menolak pendapat siswa dengan kalimat pertanyaan; 7) memberikan pujian yang jujur pada siswan, tidak mempermalukan siswa ketika berkomunikasi; 8) bahasa guru penuh puja puji apapun hasil kerja siswa, dll.

Dalam berkomunikasi, guru memilih kata kata yang enak didengar oleh siswa dengan menerapkan prinsip kesantunan dalam proses pembelajaran; a) “jangan lupa belajar, belajar untuk masa depan’; 2) “Kerjakan tugas dengan tenang, tidak batas waktu kapan dikumpul, tapi kalau sudah selesai, silakan dikirim”; 3) “kalau ada yang tidak jelas, silakan berkomunikasi dengan Bapak/ibu; 4) “Tidak apa-apa, yang penting belajar” 5) “tidak apa apa sedikit, yang penting dikumpul”.

Kemudian, 6) “Terima kasih, tugasnya sudah diterima”; 7) “Inshaallah nilainya bagus”; 8) “Alhamdulillah, jawabannya benar”; 9) “Subhanallah, ananda bisa menjawab”; 10) “Jangan lupa dibaca materi yang sudah dikirim, pasti bermanfaat” dll.

Inshaallah, dengan berbahasa santun dalam proses pembelajaran, siswa merasa dihargai, tidak ada beban psikologis yang bisa menghalangi siswa untuk aktif belajar. Silakan dicoba!

*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com