Ilustrasi

Minyak Melambung Ke Level Tertinggi Setahun, Untung Atau Rugi?

Posted on 2021-06-03 13:43:42 dibaca 3199 kali

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Harga minyak dunia terus melonjak, bahkan pada hari ini harga minyak jenis Brent hari ini menyentuh level USD71,35 per barel, nilai tertinggi dalam kurun waktu setahun terakhir. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menyentuh angka USD68,83 per barel, tertinggi sejak Oktober 2020.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini bisa disikapi dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sektor hulu dan sektor hilir.

“Soal minyak yang menyentuh level tertinggi setahun terakhir, saya kira ada dua sisi. Di sektor hulu ini sangat bagus sekali, karena KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) merasa bahwa nilai keekonomian harga minyak sangat ekonomis dan diharapkan mereka akan terus meningkatkan produksi dan kegiatan Work Over Well Services dan kegiatan-kegiatan produksi mereka,” ujar Mamit Setiawan kepada Fajar Indonesia Network (FIN) saat dihubungi, Kamis (3/6).

Tak hanya itu, menurut Mamit kenaikan harga minyak di hulu juga bakal meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Diharapkan dengan kenaikan harga ini, kegiatan lifting migas tetap terjaga, kegiatan eksplorasi tetus meningkat untuk menemukan cadangan migas baru dan saya harapkan kedepan akan ada peningkatan PNBP,” tuturnya.

Kenaikan harga minyak juga diharapkan bisa meningkatkan gairah KKKS untuk terus melakukan eksplorasi, mencari cadangan-cadangan baru, sehingga target peningkatan lifting minyak 1 juta BOPD (Barel Oil Per Day) pada 2030 bisa tercapai.

“Ini saya kira sangat bagus sekali dan mendorong KKKS untuk meningkatkan produksi mereka dan kegiatan-kegiatan eksplorasi sehingga target liftting kita terus meningkat, bahkan sampai 1 juta barel di 2030, mudah-mudahan dengan harga yang sangat mendukung ini, maka semangat untuk investasi di hulu migas bisa tumbuh kembali,” ujarnya.


Namun demikian, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu sektor hilir. Sangat jelas bahwa kenaikan harga minyak dunia akan membuat harga bahan bakar minyak (BBM) ikut melambung. Jika dilihat situasi saat ini, dimana perekonomian belum betul-betul pulih, maka kenaikan harga BBM tentu sedikit banyak berpengaruh ke tingkat daya beli masyarakat.

“Untuk sektor hilir ini akan menjadi permasalahan, karena memberikan dampak. Karena BBM kita ini harus disesuaikan dengan harga pasar, kecuali untuk solar, premium dan minyak tanah,” kata dia.

Peningkatan harga jual BBM non subsidi sendiri pada SPBU Swasta, disebut Mamit telah terjadi sejak beberapa waktu lalu. Menurutnya hanya Pertamina saja yang masih menahan laju harga jual Pertamax series.

“Sebenarnya Pertamina bisa saja menaikkan harga Pertamax dan kawan-kawan seperti, karena yang saya lihat di SPBU swasta pun sudah melakukan penyesuaian terhadap harga BBM mereka, malah beberapa kali. Saya rasa tidak ada yang salah apabila Pertamina melakukan penyesuaian. Karena saat ini sudah sepatutnya dan seharusnya penyesuaian harga ini dilakukan oleh Pertamina, untuk BBM yang memang, terutama Pertamax series,” tuturnya.

“Kalau untuk Pertalite saya kira karena memang saat ini bisa menjadi bahan pertimbangan Pertamina atau Pemerintah menunda terlebih dahulu penyesuaian harga BBM (Pertalite) tersebut. Untuk Pertamax dan yang lain-lain tidak ada masalah karena beban mereka (Pertamina) menanggung (selisih harga) cukup berat,” sambungnya lagi. (git/fin)

Sumber: www.fin.co.id
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com