Paizin Palma Putra, Penulis Novel Jambi, 'Mengaku Bapak' yang Kini Difilmkan

Posted on 2022-03-15 20:11:05 dibaca 10349 kali

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Paizin Palma Putra. Alumni Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Jambi (Unja) 2020 lalu, penulis novel berjudul Mengaku Bapak yang kemudian dialihwahanakan ke film berjudul Father and Son yang kini difilmkan.

Film Father & Son, sebuah film drama petualangan Indonesia dibintangi oleh bintang-bintang besar Tanah Air. Siapa sangka, seorang anak Jambi, Paizin Palma Putra (24) menjadi penulis novel di balik film yang sudah tayang perdana di KlikFilm Februari 2022 lalu.

Tentu ini sesuai hal yang cukup membanggakan. Sangat jarang ada anak Jambi yang punya potensi luar biasa seperti Palma. Film Father and Son yang diambil dari novel karyanya menjadi tempat bagi aktor dan aktris seni peran Indonesia unjuk kebolehan. Mereka adalah Bio One, Dwi Sasono, Kinaryosih dan Cassandra Lee.

Disambangi koran ini, Paizin berkisah, novel Mengaku Bapak yang ia tulis mengisahkan seorang anak yang semasa hidupnya menghabiskan waktu mengurus bapaknya yang lumpuh. Suatu hari, bapaknya meninggal, lalu menjadi arwah jahil yang membantu anaknya memperbaiki hidupnya.
‘’Garis besar ceritanya seperti itu,’’ ujar putra pasangan suami isteri almarhum Abu Sucamah dan Eva Lucida itu.

Karya ini, sambungnya, alur ceritnya tentang sosok Iman yang dituntut merawat ayahnya yang lumpuh. Karena mengurus ayahnya, Iman merasa terasing dan hampir tidak mempunyai kehidupan di sekolah.
‘‘Iman ingin punya teman, tapi gak bisa karena tidak punya waktu tadi. Sampai pada suatu hari, ayah Iman meninggal dunia. Lalu, Iman yang sudah mempunyai waktu luang lebih, berkeinginan memperbaiki kehidupannya,’‘ katanya.

Namun sambungnya, sosok ayah malah bangkit lagi dalam bentuk arwah. Dari sinilah cerita itu dimulai. Ayahnya berusaha membuat anaknya bisa bersosialisasi kembali.
Novel 'Mengaku Bapak' merupakan karya keempatnya yang dapat diakses dari 2 platform menulis. Yakni, wattpad dan kwikku. Karya ini ditulis pada tahun 2018, dan memakan waktu hingga 1 tahun.

Paizin mengatakan, motivasi dalam menulis karya ini berasal dari kerinduannya akan kehadiran figur seoarang ayah dalam kehidupannya. Ia berharap, ayahnya bisa menemani tumbuh berkembangnya ia dalam berkarya di bidang menulis. Namun sayangnya, ia tidak mendapatkan itu.
‘‘Bapak meninggal pada tahun 2011 silam. Sangat membekas. Itu yang mendorong saya untuk membuat tulisan ini. Saya berpesan, para pembaca mungkin boleh kehilangan orang yang dicintai, asal jangan kehilangan diri sendiri,’‘ katanya pada Minggu (13/3).

Paizin mengaku, ia membuat karya Mengaku Bapak ini untuk diikutkan lomba pada aplikasi Kwikku yang notabenenta adalah anak perusahaan dari Falcon Pictures. Dua kali mengalami kegagalan saat ikut lomba tersebut, lalu suatu hari pihak Falcon Pictures secara pribadi menawarkan kontrak film.
‘‘Jujur, sebenarnya saya saat itu mau menyerah saat kegagalan kedua. Tapi, justru saya mendapat penawaran kontrak film tersebut,’‘ ujarnya.

Paizin lalu bercerita tentang awal mula ia menulis. Pertama kali menulis sejak tahun 2011 silam. Namun dari sejak itu setiap kali mengirimkan naskah ke penerbit selalu mendapat penolakan terus menerus.

‘‘Kalau menulis, sudah lama. Tapi, kalau terbit fisiknya belum. Tiba-tiba saja melompat seperti itu. Mengaku Bapak, ditulis tahun 2018. Selama setahun, sempat stop lalu lanjut lagi,’‘ sebutnya.

Semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Paizin membatasi diri dari kehidupan sosial. Karena kehilangan sosok bapak yang masih dirasakannya. Pembullyan pun pernah dialami. ‘‘Keterasingan seperti dalam cerita, saya juga merasakan itu dari awal SMA hingga kuliah. Bahkan saya sempat gak pakai HP. Tapi, pinjam HP ibu hanya untuk menanyakan tugas. Saya meminimalisir pertemuan dengan orang-orang,’‘ jelasnya.

Saat kuliah semester 2, ia mulai bangkit lagi. Pemuda berkaca mata itu mulai membuka ruang lebih untuk kehidupan sosialnya. Dirinya pun bergaul dengan seniornya yang tergabung di Teater Kuju dan Teater AiR, lalu kerap berkumpul di Taman Budaya Jambi.
Namun, dirinya sempat kembali dirundung kesedihan. Sosok kakek pergi meninggalkannya. Padahal bagi Paizin, sosok kakeknya sangat penting, dan mengingatkan pada mendiang ayahnya. Perasaan kehilangan ini, membuat dia tidak bisa mengikuti lomba Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) secara maksimal.
‘‘Waktu mengikuti lomba itu, tiba-tiba kakek saya meninggal. Saya mau pulang, tapi disuruh melanjutkan lomba itu, karena sudah tidak terkejar juga menyusul prosesi pemakaman di Bungo. Menang di Peksimida,’‘ sampainya.

Ketika melanjutkan lomba Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksinimas), Paizin juga mengikutinya setengah hati. Dia membuat karya tulis sesuai dengan apa yang dirasakan. Tidak mengikuti tema perlombaan yang sudah ditentukan.
‘‘Waktu itu tema lombanya Akulturasi Budaya menggunakan bahasa daerah masing-masing. Tapi, karena kepalang galau, tema yang saya angkat Kematian, sesuai yang ingin tulis. Tentu kalah,’‘ tuturnya.

Namun, kesedihan itu tidak berlangsung lama. Pemuda yang gemar membaca buku bertema filsafat dan psikologi ini, berpikir bagaimana membuat karya tulis mengenang sosok ayahnya. Sehingga terlahir novel berjudul Mengaku Bapak.‘‘Poin terpenting dalam kisah ini menunjukkan kasih sayang dari seorang ayah. Dan penyesalan yang tidak bisa dibayar di dunia, di akhirat pun dibayar,’‘ ujarnya.

Kemudian, dirinya pernah mengikuti lomba yang diadakan Kwikku bekerja sama dengan Falcon Pictures dengan mengirimkan naskah novel itu sebanyak 2 kali.

‘‘Saya mengikuti lomba di sana. Alhamdulillah kalah. Ada jeda berapa bulan, mereka mengadakan lagi. Terus saya kirim, kalah lagi. Itu disaat capek. Yang kedua itu saya sudah jengah,’‘ ujarnya.

Sempat dirinya putus asa, naskah novel itu dibiarkan saja, dan tidak dikirim ke penerbitan. Namun, pada awal tahun 2020, dirinya mendapatkan kabar baik terkait novelnya. Kwikku tertarik mengangkat novel itu sebagai film. ‘‘Ketika saya tidak lakukan apapun, malah mereka tertarik. Memang dari judul agak aneh, Mengaku Bapak, orang lain kan suka judul kayak Pelangi Tanpa Warna,’‘ tuturnya.

Sejak saat itu, dirinya kerap berhubungan dengan produser secara daring. Mereka berdiskusi batasan yang bisa dieksplorasi sebagai film, dengan tetap menjaga isi dan inti dari cerita tersebut. Setelah itu, proses produksi dipercayakan oleh Paizin, dan dirinya hanya meminta Dwi Sasono menjadi bintang yang memerankan sosok ayah dalam cerita tersebut.

‘‘Kebetulan saya sudah tahu beliau kapasitas aktingnya bagus. Di Indonesia salah satu aktor terbaik. Sejak lihat di instagram kesehariannya bagaimana dia menjadi seorang ayah. Menurut saya dia cocok,’‘ imbuhnya.

Ketika film ditayangkan, Paizin merasa puas. Apalagi Bio One, pemeran Iman, juga tampil memukau. ‘‘Saya lihat filmnya, oke. Saya lihat feel premisnya ketemu. Sosok ayahnya dapat. Saya lihat yang memerankan Iman, bagus banget,’‘ tambahnya.
Tidak berhenti di situ, dirinya saat ini berada di Jakarta untuk bertemu dengan kumpulan penulis yang profesional dan masyhur dalam menulis skrenario di berbagai film terkenal dan buming di indonesia.

‘‘Profil 2 penulis skenario yang saya temui di jakarta itu yakni, Dono indarto, beliau penulis stripping dri zaman sinetron Bawang Putih-Bawang Merah. Project terakhir, series Antares di We TV bersama MD,’‘ sebutnya.

Kemudian, ada Anggoro Saronto, penulis skenario yang sudah dapet piala citra di film Sang Kiai. ‘‘Mungkin film yang familier kita tahu, beliau yang nulis naska fikm Warkop DKI Reborn 4,’‘ sampainya.

Untuk poin diskusi itu sendiri, jelas Paizin, intinya dirinya mendapat masukan dan arahan dari kedua penulis handal tersebut, yang mengharuskan dirinya percaya pada bakat dan konsisten belajar.

‘‘Tapi bakat itu instrumen penting, karena di dunia ini kita harus selalu siap bersaing 1 banding sejuta. Yakin sama diri sendiri, dan jika ingin berkembang saya harus pindah ke Jakarta untuk menyalurkan dan mengembangkan apa yang sudah saya tekuni dan yakini,’‘ imbuhnya.

Dan nantinya, jika ada progres, maka film father & son akan di tayangkan di bioskop seluruh indonesia oleh pihak Kwikku yang bekerja sama dengan Falcon Pictures. ‘‘ Iya, semoga ada progres, semuanya pasti ada prosesnya,’‘ tutupnya. (rhp)

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com