Meski Harga Turun Tajam, Petani Kelapa Dalam Tanjabtim Tetap Bertahan

JAMBIUPDATE.CO, MUARASABAK – Meski harga jual kelapa dalam di Kabupaten Tanjabtim belum stabil, sebagian besar petani di wilayah ini tetap bertahan mengelola kebun mereka. Salah satu petani yang masih konsisten mempertahankan kelapa dalam sebagai sumber penghidupan adalah Hendra, warga Kecamatan Mendahara.

Menurutnya, dalam tiga bulan terakhir, harga jual kelapa dalam mengalami penurunan cukup tajam. Dari sebelumnya Rp6.800 per kilogram, kini hanya berkisar Rp4.300 per kilogram. Jika dijual ke pengepul (toke), harga bahkan bisa turun menjadi Rp4.100 per kilogram.

BACA JUGA: Honda Rebel 500 & 1100 Tampil Lebih Ekspresif, Usung Ubahan Fitur dan Warna Baru

"Kalau kita jual langsung ke kapal, harganya masih bisa Rp4.300 per kilo, tapi kalau lewat toke lebih rendah," katanya.

Hendra juga mengungkapkan tantangan lain yang dihadapi petani kelapa dalam, yakni fenomena “ngetrek”, yakni penurunan drastis produksi buah akibat faktor lingkungan maupun usia tanaman.

"Perubahan musim, kekeringan, dan banjir sangat memengaruhi jumlah buah yang dihasilkan. Apalagi kalau pohonnya sudah tua, produksinya turun," jelasnya.

BACA JUGA: Bupati Dedy Putra Launching Job Fair Perdana Bungo, 217 Lowongan Disediakan

Dalam kondisi normal, petani kelapa dalam hanya bisa memanen tiga hingga empat kali dalam setahun, dengan jarak panen sekitar tiga hingga empat bulan. Selain menjual buah kelapa dalam yang sudah dikupas dari sabutnya, masyarakat juga memproduksi kopra. Saat ini, harga kopra berada di kisaran Rp1.300.000 per pikul (100 kilogram).

Di wilayah Kecamatan Mendahara, lanjut Hendra, terdapat dua titik dermaga tempat kapal bersandar untuk menampung hasil panen petani.

Meski berbagai tantangan terus dihadapi, Hendra berharap harga jual kelapa dalam dapat kembali stabil dan menguntungkan petani.

"Saat ini buah masih cukup banyak. Tapi musim ngetrek itu tidak bisa diprediksi. Harapan kami harga bisa naik lagi supaya petani tetap semangat," tutupnya.(lan)