MONOLOG: Monolog ‘Demokrasi’ karya Putu Wijaya yang dilakonkan Sean Popo Hardi, merupakan satu dari empat Monolog yang dimainkan anggota Teater AiR Jambi, di Teater Taman Budaya Jambi, Jumat (7/2).

Monolog Teater Air Suguhkan Kritikan

Posted on 2014-02-08 17:00:00 dibaca 6193 kali
TEATER Art in Revolt kembali menyuguhkan pertunjukan monolog untuk penikmat monolog Jambi 7-8 Februari di TBJ Jambi. Empat naskah monolog dipentaskan. Bagaimana pementasan itu?

Sekitar pukul 14.45 menit, pemandu acar membacakan sinopis dan seluruh crew seratus menit pergelaran Monolog produksi ke 29 Teater AiR. Sementara penonton yang berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum, mulai memadati gedung Arena Taman Budaya Jambi, tempat pertunjukan monolog.

Pentas monolog diawali dengan permainan Pipit Indah Permata dengan memainkan lakon Prodo Imitatio karya Arthur S Nalan. Dengan pola tingkah bak seorang badut, Pipit pun memainkan tokoh Prodo Imitatio yang kehidupannya penuh dengan harta dan kemanjaan. Akibatnya, jadi malas masuk sekolah. Dengan uang yang melimpah nilai sekolah bisa dibelinya sehingga tetap naik kelas walau nilainya rendah. Namun ketika kuliah dia tidak bisa bersaing di perguruan tinggi favorit karena selalu disodok nilainya dengan uang orang tuanya. Sehingga untuk memperoleh gelar sarjana dia membeli gelar.

Monolog kedua, Randa Gusmora memainkan lakon Topeng-Topeng karya Rachman Sabur.  Dengan sedikit humor, kisah topeng pun mengisahkan bahwa saat ini, kehidupan manusia penuh dengan topeng, yang dikisahkan melalui tragedy Waska adalah Semar. Seorang Waska menginginkan menjadi seorang Semar dan seorang Semar menginginkan menjadi seorang Waska. Keduanya bisa ada, dan keduanya bisa juga tidak pernah ada. Begitulah kegelisahan dramatik yang terjadi antara tokoh waska dan semar, yang juga terjadi di lini kehidupan saat ini.
--batas--
Sebagaimana suguhan Monolog Topeng, Monolog ketiga, dengan judul Lagu Pak Tua karya Adi hayi Pratama yang dimainkan Oki Akbar, dengan kocak, namun sarat kritikan. Kisah pak tua yang menghabiskan waktu dikursi kayu yang sama tua denganya. Harihari pak tua diisi dengan kegelisahan akan masalalu yang membawanya kepada penyesalan yang amat mendalam. Kegelisahan itu karena semasa muda ia tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Berbeda dengan teman-temannya. Hari-hari selalu dihabiskan dengan penyesalan.   

Terakhir, Sean Popo Hardi memainkan monolog Demokrasi karya Putu Wijaya. Krikan lebih jelas terasa. Pasalnya, seorang warga yang tanahnya kena gusur oleh pelebaran jalan, mencoba mempertahakan haknya. Akibatnya, terjadilah keributan antara petugas dengan warga. Saat keributan mereda ketua RT mendatangi direktur perusahaan yang menginginkan pelebaran jalan itu. Ternyata niatnya yang semula agar pelebaran jalan itu dibatalkan, malah jadi menuruti keinginan direktur itu, karena telah memberikannya amplop tebal berisi uang ratusan juta. Sehingga meluluhkan hati ketua RT yang sebelumnya keras membela tanah warganya dengan alasan demi ”DEMOKRASI”.

Usai diskusi seputar pentas monolog, Pimpinan Produksi Seratus Menit Monolog Teater AiR Jambi, Rony Winardo, melalui Wakil Pimpinan Produksi, Putri Yolanda, mengaku produksi ke 29 ini, merupakan hasil kerjasama dengan Petro China International Jabung Ltd, Taman Budaya Jambi, 5 AW Fotografi, Teater Kuju FIB Unja, Unbari. ‘’Semoga pertunjukan kami kali ini, mendapat berkah di hati apresiator Teater Air Jambi. Dan Insya Allah, April 2014 ini kami secara kolosal mementaskan Drama Sejarah Perjuangan Jambi, Raden Mattaher karya dan sutradara EM Yogiswara,’’ tandasnya.

Penulis : EM Yogiswara, Jambi Ekspres
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com