BANGUNAN TERTUA: Mesjid ini merupakan masjid tertua di Desa Danau Embat.
Berubah Nama Dari Danau Empat Menjadi Danau Embat
Pemberian nama sebuah Desa tentu ada sejarahnya. Demikian juga pemberian nama Desa Danau Embat. Warga setempat memiliki kisah unik dengan nama tersebut. Desa Danau Embat merupakan salah satu dari tujuh desa yang berada di Kecamatan Marosebo Ilir.
Desa dengan luas 31.560 hektar ini berbatasan dengan Desa Kehidupan Baru dan Desa Tidar Kuranji di sebelah utara. Disebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasar Terusan (Kec. Muara Bulian), disebelah Barat berbatasan dengan Desa Rantau Kapas Tuo (Kec.Muara Tembesi) dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Terusan.
Desa Danau Embat berdiri sebelum kemerdekaan republik Indonesia tepatnya pada tahun 1930. Semenjak berdiri, Desa ini telah dipimpin lima kepala desa. Mulai H. A. Roni, M.Sembawi, Efendi Sy, Ahmad AR, dan yang saat ini menjabat M.Yusuf Ms. Dari lima kepala desa tersebut H.A.Roni merupakan kepala desa yang paling lama menjabat.
Penduduk Desa Danau Embat mayoritas penduduk pribumi. Hanya sebagian kecil masyarakat pendatang, seperti suku Jawa, Lampung, Padang, Batak dan Palembang. Jumlah penduduk desa tersebut saat ini berjumlah 1.634 Jiwa, mayoritas penduduk beragama Islam. Mesjid pertama yang dibangun di desa itu bernama Mesjid At Taqwa. Didirikan sekitar tahun 1935.
Nama Desa Danau Embat awalnya bernama Desa Danau Empat. Nama itu muncul dikarenakan desa tersebut dikelilingi empat danau, yakni Danau Lebar, Danau Merbau, Danau Sunduf dan Danau Kecil. Danau ini biasa dijadikan masyarakat setempat untuk mencari ikan secara tradisional.
Nama Danau Empat sendiri berubah menjadi Danau Embat dikarenakan banyaknya ikan di danau tersebut. Masyarakat begitu mudah mendapatkan ikan di dalam danau itu. Hanya dengan mengembat (memukul, red) air dengan kayu, maka ikan akan bermunculan kepermukaan.
Kondisi itulah yang memunculkan sebutan Danau Embat ditengah-tengah kehidupan warga kala itu. “ Seperti itu sejarahnya, dulunya danau empat karena semakin banyaknya ikan berubah nama menjadi danau embat. Cukup mengembat, maka ikan akan bermunculan,” ujar Kades Danau Embat, M.Yusuf Ms.
--batas--
Masyarakat Desa Danau Embat menerapkan budaya melayu Jambi. Baik dari segi bahasa/dialek, kesenian dan adat istiadat lainnya. Kesenian yang masih dipertahankan hingga saat ini berupa pencak silat.
Pencak silat akan dihadirkan saat acara-acara syukuran, antaran adat, ataupun acara pengantin. Seni pencak silat di desa danau embat nyaris terancam punah. Regenerasi serta faktor kurangnya minat generasi muda menjadikan sejumlah perguruan pencak silat melayu yang ada di desa Danau Embat sudah gulung tikar.
Versi lembaga Adat, Desa Danau Embat sudah ada semenjak tahun 1900-an, akan tetapi letak Desa Danau Embat pada awal berdiri tersebut tidak di sebrang Sungai Batanghari seperti saat ini. Danau Embat lokasinya berpindah ke sebrang Sungai Batanghari, pada tahun 1930.
Ketua Lembaga Adat Desa Danau Embat, Hasan T menyebut, masyarakat Desa Danau Embat cukup banyak memiliki kebiasaan dan adat yang istiadat yang masih dipertahankan hingga kini. Diantaranya mencari ikan di danau empat, berkebun jagung dan terakhir bertani sawah.
Potensi ikan di empat danau yang berada di Desa Danau Embat sendiri hingga kini masih dilestarikan masyarakat dengan adanya larangan adat mencari ikan dengan cara menyentrum ataupun meracuni ikan. Masyarakat hanya boleh mencari ikan dengan cara tradisional, seperti memasang pukat, menjala dan dengan alat tradisional lainnya. (*)
Penulis:
IRVA GUSNADI, Jambi Ekspres