Bermula dari buka praktek di rumah tahun 80, kini Bidan Atiah sudah memiliki klinik dengan beberapa ruangan inap dan mempekerjakan belasan karyawan. Bagaimana perjuangan Bidan Atiah membuat klinik bersalinnya tetap eksis ?
-----------------------
Berada di samping gedung Universitas Batanghari (Unbari), klinik Atiah berdiri dengan beberapa ruang inap. Tampak beberapa suster hilir mudik didalam klinik. Siapa sangka, awalnya, klinik yang kini memiliki sekitar 10 kamar rawat inap ini tadinya dimulai dari sebuah rumah sederhana dengan satu kamar pasien saja.
Atiah, adalah bidang pemilik klinik ini. Ia terus mengabdi dan berjuang hingga kini kliniknya bisa ramai oleh pasien. Siapakah Atiah ?, Atiah remaja sempat bingung dan bersitegang dengan kedua orang tuanya. Atiah yang bercita-cita menjadi seorang bidan, harus terhalang dengan niat orang tuanya yang ingin menjadikannya seorang ustazah yang memberi ceramah ke masyrakat.
Bahkan, ia sempat disekolahkan di pondok pesantren di Pulau Jawa. “Saya sempat sekolah pesantern di Jawa, karena orang tua saya ingin menjadika saya ustazah, tapi saya dak kerasan dan kembali ke Jambi sekolah PGA pagi hari dan kebidanan sore hari,”tuturnya mengisahkan.
Setelah ia tamat kebidanan pada tahu 1976 ia sempat ditugaskan di Batanghari, dan di Jambi Seberang, lalu terakhir di Puskesmas Putri Ayu. Bermodal keahliannya dibidang kebidanan Atiah yang kini sudah berumur 57 tahun ini membangun klinik kecilnya pada tahun 1980an di daerah Broni. “Awalnya klinik dibuat dirumah saya,”ungkapnya.
Beberapa tahun mengabdi sebagai bidan membuat pengetahuan tentang ilmu melayani cukup dimiliki oleh Atiah. Di kliniknya, Bidan Atiah terus menekankan arti pentingnya kepuasan konsumen atau pasiennya.
Ia tidak membeda-bedakan apakah pasien itu dari keluarga berkecukupan atau keluarga sederhana saja. “Semua kita layani dengan baik,”tuturnya. Atiah juga mengaku terus memperdalam ilmu kebidanannya, sehingga memahami perkembangan teknologi dalam dunia nya.
Sampai saat ini, di klinik Atiah ini sudah ada 10 karyawan yang melayani pasien yang datang. Karyawan tersebut ada dokter, bidan dan perawat. Ditambahkan Atiah, dirinya bercita-cita untuk membuka rumah sakit bersalin agar bisa melayani lebih banyak pasien.
“Saya bercita-cita ingin membuat rumah sakit bersalin, karena saya senang membantu orang yang datang,”tukasnya. (*)
penulis : GATOT SUNARKO