SAROLANGUN, Dari dahulu hingga saat ini, Pemkab Sarolangun belum pernah mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara resmi, sebab di Sarolangun tidak memiliki Lembaga Penyalur Tenaga Kerja Indonesia Swasta (LPTKIS). ‘’Kalau ada TKI asal Sarolangun, dipastikan TKI itu melalui daerah lain,’’ sebut Kadisosnakertrans Sarolangun, Samsul Huda, didampingi Kabid Pembinaan dan Penyaluran Tenaga Kerja (PPTK), di ruang kerjanya, kemarin (19/05).
Dikatakannya, diperkirakan saat ini ada ratusan warga Sarolangun bekerja di luar negeri. "Namun itu hanya perkiraan saja, bukan data yang bisa dipertanggung jawabkan secara akurat. Kalaupun ada, itupun sifatnya dari sumber informal, seperti kabar yang beredar atau berita yang muncul dari media masa. Contohnya pada tahun 2011 lalu, ada satu TKI asal Kecamatan Limun Sarolangun mengalami kecelakaan kerja di Malaysia. Dan kami meperoleh informasinya dari media," tandasnya.
Namun, terkait cerita para TKI asal Sarolangun, sepulang dari luar negeri tetap beragam, ada yang sukses, ada pula yang pulang biasa-biasa saja. Sofi (34), TKI asal Batang Asai, pernah bercerita, setelah usai merantau di Malaysia tahun 2006, dan pulang ke Sarolangun tahun 2008, mengatakan, dirinya yang di Malaysia bekerja sebagai buruh potong karet tidak terlalu berhasil, sebab gaji dan pengeluaran tidak seimbang. "Lebih baik bekerja di negeri sendiri," ujarnya.
Cerita sukses datang dari H. Nawawi. Ia merantau ke Malaysia bersama anak dan keluarganya. Merasakan buah manis dari kerja di negeri Jiran, dimana hasil pekerjaanya selama 12 tahun di malaysia, mampu mebuat dirinya memiliki investasi yang cukup besar di Kota Jambi dan di Sarolangun. "Kalau kebun sedikit-sedikit juga ada, bahkan saat ini anak saya yang tertua masih bekerja di Malaysia, enggan pulang ke Jambi," tandasnya. (sumber: jambi ekspres)