BERGURU PADA ALAM: Proses pembelajaran di sekolah alam Al-Fath. Bangunan sekolah alam (kiri). Kepsek Sekolah Alam Fenti (kanan)
Mengenal Lebih Dekat Sekolah Alam Al-Fath
PEMBANGUNAN karakter manusia sejak dini, cukup penting bagi perkembangan seorang anak. Pentingnya pembangunan karakter inilah yang menginspirasi Fenti dan beberapa rekannya untuk mendirikan Sekolah Alam Al-fath
SEKOLAH Alam Al-fath merupakan sekolah yang melakukan pendekatan pada alam sebagai metode belajarnya, dimana pendidikan karakter dan agama ditekankan pada anak didiknya. Sekolah ini memang khusus untuk muslim. Guru dan siswa yang wanita juga diwajibkan mengenakan jilbab.
“Kami ingin menjadikan anak-anak itu sebagai pemimpin dan pengelola alam yang bijak, dalam bahasa Islamnya itu khalifatul fil ard. Karena kita prihatin dengan kondisi alam sekarang ini. Kekayaan alam boleh diambil, tapi harus ada managemen yang baik, tidak boleh dieksploitiasi secara membabi buta,” ujar Fenti Resmiati, Kepala SD Alam Al-fath.
Metode Belajar Sekolah Alam Al- Fath, dari namanya saja kita jelas tahu bahwa Sekolah Alam berbeda dengan sekolah-sekolah kebanyakan.
Kata “alam” yang selalu dilekatkan sekolah ini memang bukan slogan belaka. Tengok saja bangunan dan lingkungan di mana Sekolah Alam berada, Anda pasti sepakat bahwa Sekolah Alam memang dirancang khusus agar menyatu dengan alam.
“Metodologi pembelajaran kita, anak itu betul-betul kita dekatkan dengan kondisi alam disekitarnya. Di sini rumah pohon, labor air, labor tanah, arena kemping dan kelas ekslusif, sebagai penunjang fasilitas belajar untuk mendukung kegiatan belajar siswa,” katanya
Fenti sendiri sadar bahwa apa yang dilakukannya bersama tim Sekolah Alam lainnya agak melawan arus metode pendidikan yang banyak dilakukan di Indonesia. Jika di sekolah lain para murid ‘dipaksa’ mengikuti metode pelajaran gurunya, Sekolah Alam justru sebaliknya. Meski begitu, kurikulim belajar yang digunakan tetap mengacu pada kurikulum Depdiknas, hanya metode belajarnya saja yang berbeda.
“Di sekolah umum, seorang anak belajar duduk di kursi dengan setting satu arah. Di mana anak mengikuti gaya mengajar guru. Kalau di sini kita balik, guru mengikuti gaya belajar anak. Karena setiap anak kan punya tipotologi sendiri-sendiri. Ada yang senang melihat dan mendengar, ada yang kinestetik suka lari-lari. Di sini juga ada outbond untuk pembelajaran ekstrakulikuler,” lanjutnya.
Siang hari selalu ada acara makan bersama yang dilakukan para murid dan guru. Piring yang telah digunakan juga wajib dicuci sendiri sehingga mereka belajar untuk mandiri dan tidak membebankan pekerjaan kepada orang lain.
Yang menarik, Sekolah Alam juga menerima murid dengan kebutuhan khusus seperti autis. Menurut Fenti, Sekolah Alam Al-fath memiliki dua anak murid yang menderita autis. Kedua anak ini dibaurkan bersama anak-anak normal lain. “Kalau anak dengan kebutuhan khusus tidak kita baurkan, dia akan kehilangan spektrum normalnya. Dan alhamdulillah mereka sekarang sudah bagus perkembangannya,’’ ujarnya.
Untuk meningkatkan intensifitas belajar, Sekolah Alam memberlakukan hanya 20 anak dalam satu kelas dengan dua guru pengajar. Berbeda dengan sekolah kebanyakan yang kadang memasukkan 40 anak dalam satu kelas dengan satu guru pengajar. Untuk sementara ini, Sekolah Alam Al-fath hanya memiliki siswa kelas 1 hingga kelas IV, karena SD Alam Al-fath ini baru berdiri selama 4 tahun ini.
penulis : SRIJUNALIA/JE