MENGENASKAN: Kondisi jenazah korban saat berada di kamar mayat RSU Raden Mataher Jambi. (insert) photo korban semasa hidup.
Ramah dan Suka Bergaul, Punya Banyak Teman di Sekolah
FERNANDO Fegas merupakan satu dari dua korban tewas tabrak lari di Jalan Lintas Perumnas Aur Duri Satu 11 Oktober lalu. Kematian Fernando ini tentunya menimbulkan luka yang mendalam bagi keluarga. Bagaimana keseharian Fernando semasa hidup?
TIDAK sulit mencari kediaman Fernando Fegas, siwa kelas 1 SMP Negeri 7 Muaro Jambi, karena berlokasi tidak jauh dari gerbang masuk ke Kota Jambi dari arah Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota.
Di Perumahan Puri Masurai 2, Lorong Cendrawasih, itulah tepatnya kediaman Fernando. Untuk menuju ke kediaman Fernando, wartawan media ini harus melewati sebuah jalan berbatu yang sudah banyak berlubang.
Rumah kediaman Fernando berkuran lebih kurang tiga kali enam meter persegi dengan tiga kamar. Rumah berlantai keramik itu cukup mencolok karena berwarna hijau terong. Dua pohon mangga besar terlihat menutupi rumah itu dari sengatan sinar matahari.
Sambutan hangat dirasakan koran ini saat masuk ke rumah tersebut. Di dalam rumah itu sendiri, terlihat ibunda korban, Rohani bersama beberapa orang keluarga lainnya. Sementara di salah satu dinding rumah, tergantung photo korban Fernando. Mereka cukup ramah melayani pertanyaan koran ini.
Media ini pun sempat melihat kondisi kamar almarhum Fernando. Di dalam kamar ukuran sedang itu, terlihat baju dan perlengkapan belajar milik Fernando.
Menurut Rohani, dirinya sudah mendapatkan firasat sebelum meninggalnya Fernando. Sebab pada saat itu, Rohani yang sedang baring-baring di kamar secara reflek tiba-tiba bertanya kepada anaknya yang lain di mana keberadaan Fernando. Dan tidak lama setelah itu, dirinya mendapat kabar dari rumah sakit bahwa anaknya telah meninggal dunia karena kecelakaan.
‘’Memang saya terkejut ketika mendapat imformasi kalau anak saya suda meninggal dunia di rumah sakit umum gara-gara ditabrak mobil. Sebelumnya memang saya ada firasat kerena tiba-tiba jantung saya bergetar capat seperti ada tanda-tada musibah,’’ ujar Rohani sedih.
Dia menambahkan, semasa hidup, putranya Fernando yang lahir di Jambi pada 29 November 2000 lalu, sangat baik dengan keluarga, dan sangat ramah dengan tetangga sekitar.
‘’Memang anak aku itu memang sangat baik orangnya, dia juga ramah terhadap tetangga sekitar,’’ katanya.
Semasa hidup, kata Rohani, Fernando yang notabenenya merupakan anak pertama dari dua bersaudara bercita-cita ingin menjadi supir tangki dan pengusaha demi mengikuti jejak saudara dari ayahnya. Namun ia sudah dahulu dipanggil sang pencipta.
‘’Anak saya memang ingin sekali bercita-cita menjadi supir dan juga pengusaha demi mengikuti jejak pamannya,” tuturnya.
Dalam kesehariannya, Fernando sering membantu orang tua di rumah seperti ketika memasak. Tanpa disuruh, Fernando terkadang mengerjakan semua pekerjaan di rumah.
‘’Kalau Nando itu terkadang membantu saya di rumah, seperti memasak dan juga mengerjakan pekerjan rumah lainnya,” ungkapnya.
Belasan keluarga Fernando dari Tanah Batak juga masih terlihat berada di rumah tersebut. Mereka sengaja datang untuk menjenguk langsung sekaligus ikut berbelasungkawa atas kepergian Fernando. Rasa sedih juga menyelimuti mereka.
‘’Ya, kami keluarga yang datang dari Medan langsung, memang sangat bersedih dengan meninggalnya salah seorang keluarga kami yang ditabrak mobil,’’ ujar salah seorang keluarga Fernando.
Tetangga Fernando yang juga sempat diwawancarai media ini, Yati, juga mengaku ikut sedih aats kepergian Fernando. Menurutnya, Fernando sering belanja ke warung miliknya, bahkan, Fernando sering duduk di depan rumahnya sambil menunggu kepulangan kedua orang tuanya yang berjualan di pasar pekan.
Senada dengan Yati, salah seorang teman sekolah korban, Putri Adelwis, juga merasa sedih atas musibah yang terjadi pada Fernando. Menurutnya, Fernando sangat baik saat bergaul di sekolah dan juga suka bercanda. Oleh karena itu, dia memiliki banyak teman baik di sekolah mapun di luar sekolah.
‘’Dia orangnya memang suka bercanda, apalagi kalau ngumpul-ngumpul dengan teman-teman di sekolah. Kami merasa kehilangan,’’ ungkap Putri Adelwis sambil menangis.
Fernando memang tewas dengan kondisi mengenaskan. Malahan, kaki sebelah kanan korban putus dan hingga kini belum ditemukan. Rencananya, pihak keluarga akan memanggil para normal agar bisa menemukan dimana posisi potongan kaki Fernando yang putus itu.
Selain itu, pihak keluarga juga berharap supaya pelaku yang belum diketahui identitasnya itu supaya dengan iklas menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib agar permasalahan ini capat selesai.
‘’Sebagai orang tua Saya berharap dengan rasa kasihan dan sadar atas kesalahannya, supaya pelaku menyerahkan diri kepada pihak yak berwajib supaya permasalahan ini bisa cepat selesai,’’ harap ibunda korban Rohani. (*)
Penulis : SYARIFUDDIN NASUTION/JE