DI MERAPI: Sejumlah jurnalis dan juga petugas dari Biro Humas dan
Protokoler saat mengunjungi salah satu tempat pariwisata di DIY, yakni
Gunung Merapi.
Dari Lokasi Wisata, Hingga Media Tertua di Indonesia
Biro Humas Setda Provinsi Jambi dari 3-8 Desember lalu melakukan kegiatan study tour. Yogyakarta dipilih sebagai lokasi tujuannya. Beberapa jurnalis ikut dalam kegiatan ini. Termasuk salah satu wartawan Jambi Ekspres, Wisman Wazir. Ini catatannya.
BELASAN jurnalis dari berbagai media di Provinsi Jambi dan aktif meliput semua kegiatan di Pemerintahan Provinsi Jambi, selama beberapa hari dalam pekan lalu mengunjungi DI Yogyakarta. Studi tour kali ini guna mempelajari bagaimana DI Yogyakarta mampu mengelola potensi pariwisatanya dengan baik. Sehingga mampu menarik perhatian turis, baik dari dalam maupun luar negeri.
Provinsi DIY mempunyai luas wilayah 3. 185, 80 km persegi yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 Kota. Diantaranya, Kota yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulonprogo.
Dari hasil kunjungan ke Dinas Pariwisata DIY, diketahui, bahwa Pemprov DIY memang gencar untuk membesarkan potensi pariwisata yang ada. Salah satu Kepala Bidang di Dinas Pariwisata yang menyambut kedatangan rombongan studi tour tersebut menjelaskan, potensi pariwisata di DIY memang luar biasa.
“DIY tak ada hutan dan potensi tambang. Sehingga, memang kami terus menggali potensi pariwisata yang ada di DIY. Mulai dari potensi pantai, gua yang ada di Yogyakarta hingga mengembangkan desa-desa pariwisata untuk menarik pariwisata,” ujarnya.
Selain mengunjungi Dina Pariwisata, rombongan juga mengunjungi salah satu candi terkenal di DIY, yakni candi borobudur. Sebelum melihat keindahan dari candi tersebut, rombongan yang dikomandoi Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Provinsi Jambi, Rahmat Hidayat diterima oleh manajemen PT Taman Wisata Candi (TWC).
--batas--
Perusahaan ini merupakan perusahaan BUMN yang mengelola beberapa situs percandian dan mengembangkannya di DIY tersebut. Wakil Ketua Bidang Operasional PT Taman Wisata Candi (TWC), Ariono menerangkan, PT TWC memang bisnis utamanya adalah soal pengelolaan lingkungan wisata candi Borobudur, candi Prambanan dan beberapa lainnya.
Berbagai cara dilakukan pihaknya untuk memperkenalkan percandian yang ada di DIY hingga ke manca negara. Salah satunya adalah dengan melakukan berbagai pameran di berbagai negara. Tujuannya, adalah untuk mempromosikan potensi pariwisata khususnya percandian yang ada di daerah tersebut.
Dia menyebutkan, ada beberapa fasilitas yang dipersiapkan oleh pihaknya agar wisatawan dapat mengetahui soal situs perrcandian yang ada. Seperti di Borobudur, katanya, ada museum archeology.
“Kami merupakan perusahaan BUMN. Kami membuka kantor pemasaran di Singapura dan beberapa negara lainnya agar bisa mempromosikan potensi pariwisata yang ada sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, katanya, pihaknya juga membuat materplan pengembangan situs percandian yang ada di DIY tersebut. salah satunya adalah pembangunan infrastruktur informasi pemasaran. “Kalau diam dan menunggu wisatawan datang kita akan tertinggal. Karena di luar negeri itu semua gerakan masiv untuk memasarkan dan menarik wisatawan datang. Kalau tidak demikian maka akan jauh sekali tertinggal,” sebutnya.
Lalu, soal operasional, katanya, pihaknya mencari laba sendiri dan mengelolanya sendiri. tanpa ada campur tangan dari pemerintah. “Kita dapat sendiri, mengeluarkan sendiri dan mencari sendiri. Jadi kami tak dibebani APBN walau kami adalah BUMN. Laba kami kelola sendiri,” ujarnya.
--batas--
Selain itu, untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke situs percandian yang dikelola pihaknya, salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat sebuah pementasan. Tujuannya adalah untuk menarik minat wisatawan. “Tiap minggu ada pementasan kesenian daerah disini (candi borobudur, red). Juga di pertengahan tahun, sekitar Mei atau Juni kita akan melakukan tarian dan pementasan setiap tahun dengan latar lampu penerangan dan disaksikan banyak turis. Kita menggelar sendra tari Ramayana di candi Prambanan,” sebutnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga memberikan motivasi agar Pemerintah Provinsi Jambi mengembangkan potensi percandian. Khususnya candi Muaro Jambi. “Candi muaro Jambi tidak kalah dengan borobudur. Saya pernah berkunjung disana. Kalau dikelola dengan baik, potensinya bisa seperti candi Borobudur,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan, pihaknya memiliki biro pemasaran di berbagai negara di Dunia. Dengan demikian, diakuinya, jumlah wisatawan yang datang berkunjung setiap tahun terus meningkat.
Selain mengunjungi candi Borobudur, rombongan juga mengunjungi pantai Selatan atau yang lebih dikenal dengan pantai Parangtritis. Meski kurang terawat karena banyaknya sampah, namun pantai ini masih cukup diminati oleh wisatawan. Selain itu, harian ini juga mengikuti kunjungan ke gunung Merapi dan melihat kondisi gunung ini pasca meletus beberapa tahun silam.
Di kesempatan lain, rombongan juga sempat mengunjungi Kota Gede yang merupakan sentra pembuatan perhiasan perak. Disini rombongan jurnalis dapat menyaksikan langsung pembuatan perak mulai dari pembentukan hingga siap jual dan memiliki nilai tinggi.
Terakhir, wartawan harian ini mengikuti kunjungan ke salah satu media tertua di Indonesia, Kedaulatan Rakyat. Media ini masih eksis sejak berdiri pada 1945 silam. Octo, Pimred Kedaulatan Rakyat yang menerima kunjungan mengaku, oplah media tertua ini mengalami penurunan sejak 2 tahun terakhir.
Namun, oplah mereka masih menunjukkan angka yang fantastis, yakni mencapai 100 ribu eksamplar per hari. Walau telah menurun sebanyak 50 ribu eksamplar dari sebelumnya. “Kami memang terus ikut mengkampanyekan dari sisi media bahwa banyak potensi wisata di DIY yang dapat dikunjungi oleh wisatawan,” tukasnya.(*)
Penulis : WISMAN WAZIR, Jambi Ekspres