BUKTI : Sumur tua peninggalan zaman belanda
Menelusuri Sumur Sultan Taha Di Marosebo Ulu, Peninggalan Zaman Belanda
Jaman perjuangan Raja Sulthan Taha melawan belanda hingga saat ini masih tersisa. Salah satunya sumur di Desa Sungai Lingkar di Kecamatan Maro Sebo Ulu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun harian ini dari warga desa sekitar, Pada Jaman penjajahan belanda, Raja Sulthan Taha sempat dipukul belanda hingga keluar dari Jambi menuju Kabupaten Batang Hari. Di kabupaten ini, Sulthan Taha berdiam di Muara Tembesi, Maro Sebo Ulu dan berakhir di Tebo.
Semasa pelarian dari kejaran pasukan belanda, Sultah taha tidak sedikit meninggalkan jejak. Salah satunya, sumur yang berlokasi di Sungai Lingkar. Sumur yang lebih dikenal dengan sebutan sumur Raja tersebut berada 1 km dari jalan utama Desa Sungai Lingkar menuju Desa Kelapo. keadaannya kini sudah tidak terawat. Rumput maupun ilalang terlihat tumbuh liar mengelilingi sumur yang pernah digunakan raja jambi itu.
Bagi warga sekitar, sumur yang menjadi salah satu legenda itu masih dipergunakan. airnya yang bening dipergunakan warga keperluan minum, mandi dan kebutuhan sehari-hari.
Sultan Taha yang terdesak serangan Belanda, sempat singgah dan berdiam di Desa Sungai Lingkar. Sang raja ketika itu turut membawa istri, anak-anak dan orang-orang kepercayaannya. Selama berdiam disana, Sultan taha meminta warga untuk menggali sumur di dalam hutan.
--batas--
Namun, sumur yang digali tidak kunjung mengeluarkan air. Karena usaha menemukan air tidak berhasil, Sultan Taha pun pergi ke Desa Tabir, Kabupaten Tebo. “Dia meninggalkan anak perempuannya, Ratu Timah beserta orang-orang kepercayaannya di desa sungai lingkar,” urai Datuk Sahar Somad tokoh warga setempat menceritakan kisah Sultan Taha.
Sepeninggal Sultan taha, sifat tidak baik dari orang kepercayaannya mulai meresahkan warga desa. orang kepercayaan sultan taha suka menangkap anak gadis warga desa khususnya yang berambut panjang. Mereka banyak dijadikan selir sehingga membuat para orang tua desa ketakutan.
Guna menghindari anak gadisnya dijadikan selir, orang tua pun mencari akal. Anak gadis mereka disembunyikan di hutan tepatnya di dalam sumur yang digali warga. Akan tetapi usaha tersebut selalu gagal. Orang kepercayaan Sultan taha selalu menemukan para gadis dengan bantuan seekor burung tiung.
Belakangan, tindakan orang kepercayaan raja tersebut akhirnya ketahuan. Tenganiaya, salah satu orang kepercayaan raja yang sering mengambil anak gadis dipanggil dan dihukum. Sejak kejadian itu, masyarakat Sungai Lingkar, membuat sumpah tak mau beranak cantik dan tidak mau memelihara burung Tiung.
Sumur raja itu sendiri saat ini sudah dipenuhi air. Menurut penuturan warga, sumur yang dulunya kering menjadi berisi air hasil air mata para gadis yang disembunyikan dalam sumur. “itu cerita orang tua dulu, benar tidaknya kami ngak tahu juga,” tutup Datuk Sahar Somad.(*)
Penulis : IRVA GUSNADI / Jambi Ekspres