Penulis saat menyusuri Sungai Wangfu menggunakan Kapal Pesiar dengan background Kota Shanghai pada malam hari

Minyak Angin dan Baju Batik Robek

Posted on 2015-11-10 21:34:16 dibaca 6629 kali

PELAKSANAAN Kompetisi Guru Favorit sudah 10 kali diselenggarakan oleh harian pagi Jambi Ekspres. Seingat Saya, beberapa kali mekanisme pemilihan guru terbaik itu terus berevolusi dan disempurnakan, mulai dari gunting kupon sampai ke tahapan seleksi portofolio, membuat Penelitian Tindak Kelas (PTK), wawancara, kemampuan bahasa asing hingga psikotes.

Beberapa Negara sudah dikunjungi oleh para juara Guru Favorit Jambi Ekspres, mulai dari Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Negara Asia Timur  seperti Tiongkok, sampai ke Negara-negara di benua biru, seperti Prancis, Jerman, Belgia, Belanda dan Luxembourg.

Namun demikian, terlepas dari itu semua, satu yang Saya ingin katakan, Jambi  Ekspres menjadi satu-satunya media harian di Jambi yang konsisten menyelenggarakan program tersebut (bukan karena penulis bekerja di Jambi Ekspres, red) meski  di tengah keterpurukan ekonomi Indonesia seperti saat ini. Fakta ini tak terbantahkan.

Guru Favorit memang bukanlah barang baru bagi Saya. Pasalnya, tahun 2009 silam, Saya pernah mendampingi juara Guru Favorit Jambi Ekspres berkunjung ke tiga Negara di Asia, yakni Malaysia, Singapura dan Thailand. Saat itu, Saya hanya sebagai pendampig dari bagian redaksi, leadernya Aswan Hidayat. Peran Saya tidak begitu besar dan vital,  Saya waktu itu hanya bertugas mempublikasikan setiap kegiatan para guru di tiga Negara itu.

Siapa sangka, 5 tahun berselang, tepatnya Juni 2014, Saya justru dipercaya oleh CEO Jambi Ekspres Sarkawi untuk  menggawangi kompetisi yang sama untuk tahun 2015  dengan Negara tujuan Tiongkok. Penunjukan sebagai ketua panitia dengan ekspektasi dari manajemen dan rekan satu kantor yang ‘’tumpah ruah’’.  

Ekspektasi itu membuat Saya harus setiap waktu membawa ‘’minyak angin’’ ke kantor, begitu beranjak dari tahun 2014 ke 2015 (star dimulainya persiapan pemilihan guru favorit 2015).  Kasus ‘’minyak angin’’ ini sempat menjadi trending topic di Jambi Ekspres..hehe.

Kondisi tahun ini tentu berbeda jauh dengan tahun 2009 lalu. Jika dulu Saya hanya sebagai pendamping, namun tahun ini Saya justru “Naik Kelas” sebagai leader yang bertanggungjawab penuh dengan  sukses tidaknya program ini.

Besarnya ekspektasi itu menjadi cemeti pelecut semangat Saya untuk sungguh-sungguh dan serius menjalankan program yang sudah menjadi trade mark-nya Jambi Ekspres. Ditambah lagi, ini edis ke-10, edisi special dari seluruh rangkaian perjalanan guru favorit Jambi Ekspres selama satu dasa warsa.

Saya menyadari, Saya tidak bisa full mengurusi program ini. Saya harus bisa membagi waktu, antara menjalankan tugas wajib sebagai seorang Redaktur Pelaksana (Redpel) di harian Jambi Ekspres, Pemimpn Redaksi di www.jambiupdate.com dan tugas sebagai Ketua Panitia Guru Favorit Jambi Ekspres 2015.

Saya bulatkan tekad dari awal, ini adalah edisi ke 10 yang tentunya berbeda dari edisi-edisi sebelumnya, edisi yang begitu special dan membutuhkan keseriusan serta kerja keras di tengah ekspektasi yang begitu besar.

Saya harus bisa membuat semuanya berjalan seiring, seirama, dengan target akhir sukses tanpa cela. Tak ada kepentingan yang terabaikan, baik tugas editing maupun tugas kepanitiaan.  Alhamdulillah, semua bisa berjalan seimbang, tentunya dengan dukungan dari seluruh kru redaksi yang oke-oke saja menggantikan tugas wajib Saya sebagai seorang redaktur. Makanya Saya sampaikan ucapan terima kasih yang begitu besar dan tulus kepada mereka.

Januari 2015 menjadi tahap awal dari pelaksanaan Kompetisi Guru Favorit 2015. Saya menyadari tidak mungkin bisa bersolo karir dalam menjalankan program ini. Saya pun akhirnya meminta bantuan seorang teman di redaksi, Kesriadi, untuk turun ke daerah-daerah melakukan sosialisasi. Alasan kenapa Saya memilih Kesriadi sebagai partner tidak pernah Saya ungkapkan kecuali dalam tulisan ini. Saya berpendapat, sebagai seorang redaktur politik, tentu instingnya berbeda dengan wartawan di desk liputan lain.

Seorang redaktur politik cenderung berpikir taktis, praktis,  singkat dan cepat dalam mengambil keputusan, tanpa tedeng aling-aling. Ini diperlukan untuk melakukan sosialisasi, mengingat ada 11 titik sosialisasi yang harus kami kejar dalam kurun waktu 2 bulan.  Sebenarnya, 4 bulan pun tidak masalah untuk sosialisasi, namun Saya berpendapat, jika bisa lebih cepat, kenapa tidak. Alasan lainnya memang cukup klise, kami sama-sama perokok berat. Hasilnya, 11 titik sosialisasi kami sapu bersih dan Alhamdulillah cukup sukses.

Saya juga tidak bisa menafikan peran dan bantuan dari seluruh reporter Jambi Ekspres  di daerah, tanpa mereka, tentu sosialisasi di 11 kabupaten/kota ini belum tentu bisa kami laksanakan. Mereka menyiapkan mulai dari masalah peminjaman ruangan, hingga konsumsi acara. Rekan di daerah begitu mobile berperan sebagai suksesor di lapangan, spirit kebersamaan dan kerjasama yang baik terjalin selama proses sosialisasi itu kami gelar.

Selain itu, dukungan penuh dari gubernur dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, bupati/walikota dan Dinas Pendidikan di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi juga tidak bisa Saya kesampingkan. Bahkan, dinas pendidikan di kabupaten/kota membantu dalam hal distribusi undangan ke guru-guru, sampai ke pelosok.

Harus Saya akui, banyak dinamika dan pengalaman baru yang Saya temukan selama proses sosialisasi itu digelar. Mulai dari ribetnya urusan birokrasi hingga segala tetek bengek yang walaupun kecil tapi menunjang kesuksesan acara, namun Saya perlu bersyukur, nama besar Jambi Ekspres membantu proses yang rumit menjadi lancar. Jadilah, Tanjab Barat menjadi pembuka sosialisasi pada 10 Januari 2015, dan hasilnya, tidak mengecewakan. Kemudian menyusul 10 kabupaten/kota lainnya kami lahap hingga tuntas dalam kurun waktu 2 bulan.

Ada beberapa moment selama proses sosialisasi yang mungkin tidak akan pernah bisa Saya lupakan. Meski cukup menggelikan dan cenderung ‘’memalukan’’, namun Saya merasa perlu mengungkapkan di sini tanpa ada tendensi apa pun.

Sebagai ketua panitia yang bertugas menyampaikan materi pelaksanaan kompetisi guru favorit di tengah ratusan guru, Saya dituntut untuk tampil perfect, baik dari segi penyampaian materi maupun penampilan. Justru di penampilan ini cacatnya, Saya sampai tidak sadar jika batik yang Saya pakai hari itu robek persis di bagian ketiak sebelah kanan.

Saya baru tersadar saat hendak sampai di lokasi acara. Tidak ada waktu lagi untuk ganti kostum (kalau pun ada, Saya juga tidak bawa kostum cadangan), terpaksa dengan sangat hati-hati Saya menyampaikan materi sosialisasi tanpa pernah mengangkat tangan kanan. Sangat tidak nyaman, Saya pun dengan khusuk berdoa supaya tidak banyak pertanyaan dari audience sehingga acara cepat selesai.

Doa Saya terkabul, brosur yang dibagikan oleh rekan panitia ternyata sudah dianggap merangkum semua tahapan pelaksanaan guru favorit Jambi Ekspres 2015, tanya jawab pun hanya satu sesi saja. Alhamdulillah. Lalu bagaimana dengan batik itu? Saat ini masih tersimpan rapi di lemari, tapi tidak pernah Saya pakai lagi karena sudah kekecilan.

Moment lainnya, kedekatan Saya dengan kepala daerah di salah satu kabupaten/kota ternyata tidak menjamin Saya memiliki bargainning position dengan staf, terutama di level paling bawah (Saya tidak mau sebut nama daerah, takut ada yang tersinggung). Kendati acara sosialisasi itu disupport penuh oleh Si Kepala Daerah, ada saja insiden yang terjadi. Listrik mati saat acara sedang berlangsung. Entah disengaja atau tidak, namun yang jelas ada kesan yang tidak mengenakan dengan salah satu staf di kantor tersebut sebelum acara berlangsung.

Kendati demikian, sebagai bentuk tanggung jawab, sosialisasi tetap kami laksanakan dan kami tutup dengan rasa dongkol yang teramat sangat.  

Peristiwa itu sedikit pun tidak mempengaruhi semangat kami untuk terus melanjutkan tahapan sosialisasi, justru kami jadikan anekdot penghilang rasa kantuk sepanjang perjalanan  kami menuju ke kota dan kabupaten lainnya.

Dalam kurun waktu Januari dan Februari 2015, seingat Saya, kami lebih banyak menghabiskan waktu di daerah. Kami kembali ke Jambi hanya pada akhir pekan, mengecek sudah berapa guru yang mendaftar, setelah itu, kembali lagi ke daerah. Sampai proses sosialisasi rampung awal Maret 2015, dengan Tanjab Timur sebagai kabupaten penutup.

Dari seluruh rangkaian sosialisasi yang kami gelar, di 6 kabupaten/kota dibuka langsung oleh bupati/walikota, yakni Kota Jambi, Sungai Penuh, Kerinci, Merangin, Tebo dan Bungo. Tanjab Timur dibuka oleh Wakil Bupati, Sarolangun dibuka Sekda, Batanghari dibuka oleh  Kepala Dinas Pendidikan serta Muaro Jambi dan Tanjab Barat Kepala Bidang. Ini tentu merupakan suatu hal yang membanggakan bagi Saya secara pribadi, mengingat seluruh daerah menunjukkan kepeduliannya terhadap program Guru Favorit Jambi Ekspres. Satu tahapan pun rampung.(bersambung)

 *Pirma Satria, Redpel Jambi Ekspres, Ketua Panitia Guru Favorit Jambi Ekspres 2015

 

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com