Nur Cahya
JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Malam penutupan tradisi kesenian melayu Jambi belum lama ini menjadi puncak pengenalan kesenian Tauh Lekuk 50 Tumbi dari Desa Lempur, Kabupaten Kerinci. Dalam penampilan ini, Nur Cahaya menjadi aktor panting dibalik kesenian Tauh dari kecamatan Gunung Raya tersebut.
Sebab, Nur Cahaya merupakan salah satu penyair yang masih setia untuk memperkenalkan tradisi yang telah berusia puluhan tahun tersebut. Menurutnya, Tauh adalah pantun yang dipadukan dengan kesenian tari yang menggunakan alat musik khas daerah Kerinci seperti gong dan gendang.
Tauh sendiri ditampilkan di acara khusus, seperti upacara adat (Kenduri Sko, red) masyarakat setempat, pesta pernikahan dan menyambut kedatangan raja serta tamu agung. Syair Tauh sendiri juga tak sembarang, ia berisikan bait-bait nasehat yang menyesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat.
"Kalau Zaman dulu, bait atau syair Tauh digunakan untuk menjadi penyemangat untuk mengusir penjajah oleh masyakarat Lekuk 50 Tumbi Lempur," ujarnya, diwawancarai usia penampilan di Kantor Bahasa Provinsi Jambi, belum lama ini.
Bagi Nur Cahaya, Tauh sendiri sangat indentik dengan kehidupan pribadinya. Keahliannya dalam menciptakan syair-syair Tauh dak didapat begitu saja. Namun juga di dorong oleh kekuatan mistik yang tentunya sulit di percaya oleh akal sehat.
"Dulu saya pernah tampil dengan bersyair tak pernah berhenti satu malam. Anehnya tak pernah hilang syair yang saya sampaikan," katanya.
Dia menuturkan, keahliannya dalam pantau (membuat syair Tauh, red) membuatnya teringat tak kala usianya masih belia. Kala itu, ia yang sudah tak mempunyai ibu, selalu dihina dan dibully.
Tinggal di gubuk sawah membuat dirinya selalu mengenang penghinaan tersebut. Sehingga ia memilih untuk mengibur diri dengan menciptakan syair-sayir yang mengandung nasehat ini. "Kalau sudah mulai pantau itu tak ingat lagi. Ia datang begitu saja, saya sendiri saja tidak hapal syairnya," ucapnya.
Ia mengaku keahlian ini hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Sejuah ini belum ada masyarakat setempat yang bisa menjadi pantau seperti dirinya. "Kalau kesenian tale itu berbeda, ia bisa di pelajari dan di hapal, kalau ini bukan seperti itu," jelasnya lagi.
Meskipun begitu, ia berharap kelak sepeninggal dirinya akan ada orang yang bisa meneruskan tradisi pantua tersebut. Menganai siapa orangnya, ia mengaku tak mengetahui karena itu di luar kehendak dirinya.
"Kalau dipelajari tentu bisa, harus di catat. Tapi yang bisa dengan sendirinya belum ada. Kelebihan ini akan datang dengan sendirinya," tuturnya.
Untuk menjaga kelestarian kesenian ini, ia mengaku selalu siap memperkenalkan kepada masyarakat luas jika mendapat undangan. Bahkan, kesian Tauh ini di akui sudah pernah ditampilkan di Jakarta. "Meski usia 70 an, saya tatap mau jika diundang untuk memperknalkan Kesenian Tauh, kalau tidak salah sudah 45 tahun berjalan sejak ada perkumpulan yang kami buat," tandasnya.
(aiz)
Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129
Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896
E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com