Ilustrasi.

Ternyata Ini Biang Kerok yang Bikin Harga Telur Melonjak di Pasaran, Perbandingannya Bisa 2 Kali Lipat

Posted on 2022-08-29 10:55:32 dibaca 8784 kali

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Tingginya harga daging dan telur ayam saat ini disinyalir karena panjangnya rantai distribusi yang cukup panjang. 

Pasalnya, dari kandang, daging dan telur harus melalui broker kemudian pengecer sebelum bisa sampai ke tangan konsumen.

Per Minggu 28 Agustus 2022 tercatat, harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional mencapai Rp34 - 35 ribu per kilogram. 

Sementara harga telur ayam masih bertahan di angka Rp27-28 ribu per kilogram. Harga tersebut terpaut jauh dari harga daging dan telur ayam di kandang.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah, Pardjuni mengatakan selisih harga kandang dan pasar mencapai hampir dua kali lipat.

"Harga telur dari peternak sekitar Rp26.500 sampai Rp27 ribu. Kalau daging saat ini mungkin hanya sekitar Rp17 ribu sampai Rp17.500," kata Pardjuni dalam keterangannya, dikutip Senin 29 Agustus 2022.

Selisih harga yang cukup jauh itu, kata Pardjuni, disebabkan karena rantai distribusi daging dan telur yang cukup panjang. 

Di samping itu, ia juga menyebut para pedagang sering memanfaatkan kesempatan saat harga daging dan telur ayam di tingkat kandang murah.

"Pedagang itu begitu harga murah, mereka biasanya ambil marginnya tinggi," ungkapnya.

Sebagi contoh, saat ini harga ayam dari kandang yang hanya di kisaran Rp 17 ribu. Namun harga daging di tingkat konsumen bisa mencapai Rp 35 ribu. 

"Harga tersebut jauh di atas harga wajar, sebenarnya di angka Rp30 ribu," ujarnya.

Dengan demikian, Pinsar Jawa Tengah mengaku siap bekerja sama dengan Pemerintah untuk memotong rantai distribusi tersebut. 

"Kalau ada permintaan untuk memperpendek jarak dari peternak ke masyarakat kita juga siap," pungkasnya.

Kemensos Bantah Bansos Pengaruhi Kenaikan Harag Telur Ayam

Menteri Sosial Tri Rismaharini membantah soal kenaikan harga telur yang disebut akibat program bantuan sosial (bansos) yang dijalankan oleh Kementerian Sosial.

Risma mengatakan bansos atau Bantuan Pangan Non-Tunai (BNPT) senilai Rp200 ribu per bulan per keluarga diberikan dalam bentuk uang tunai, bukan telur.

"Yang jelas saya enggak bantu telur, karena enggak mungkin. Gimana cara baginya orang jutaan jumlahnya, kita bagi pecah sampai sana. Kita bantu uang ya," ujar Risma dikutip dari Antara.

Namun, Risma mengatakan penerima bansos bisa menggunakan bantuan tersebut untuk membeli bahan pangan pokok, termasuk telur.

"Enggak ada kita menyiapkan (telur). Bagaimana caranya sekian juta orang, taruh lah satu orang satu kilo saja, 10 juta kilo. Bagaimana dengan 18 juta orang?" ujarnya.

Sebelumnya, Zulhas berdalih harga telur naik karena bansos berbentuk bagi-bagi telur yang dilaksanakan Kemensos. 

Ia mengatakan program tersebut telah membuat permintaan telur melonjak dan berujung kepada kenaikan harga.

"Telur itu kenapa mahal karena ada program dari Kemensos bagi-bagi sosialnya itu dalam bentuk telur. Jadi ada satu waktu mesannya itu banyak sekali, sehingga harga naik," kata Zulkifli saat memantau harga sembako di Pasar Al Mahirah, Banda Aceh, Jumat 19 Agustus 2022.(disway)

Sumber: www.disway.id
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com