Korea Utara Ladeni AS dalam Debat Soal Nuklir di DK PBB, Setelah Enam Tahun Absen

Posted on 2023-11-28 12:43:59 dibaca 2332 kali

JAMBIUPDATE.CO,- Duta Besar PBB untuk Amerika Serikat dan Korea Utara berdebat di Dewan Keamanan mengenai peluncuran satelit mata-mata pertama Pyongyang dan alasan meningkatnya ketegangan dalam pidato publik yang jarang dan langsung antara kedua pihak bertikai itu.

Setelah hampir enam tahun absen, Korea Utara kembali mengirimkan utusannya ke pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai program nuklir dan rudal balistik yang mereka luncurkan pada Juli 2023. Badan beranggotakan 15 orang tersebut bertemu pada hari Senin, 27 November 2023, juga membahas peluncuran satelit mata-mata Korea Utara pada 21 November.

Di akhir pertemuan, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield dan Duta Besar Korea Utara Kim Song menyampaikan pernyataan yang tidak direncanakan, terlibat dalam duel tanya jawab di meja dewan, masing-masing berpendapat bahwa negara mereka bertindak defensif.

“Salah satu pihak yang berperang, Amerika Serikat, mengancam kita dengan senjata nuklir,” kata Kim kepada Dewan Keamanan.

“Merupakan hak yang sah bagi DPRK – sebagai pihak yang berperang – untuk mengembangkan, menguji, memproduksi dan memiliki sistem senjata yang setara dengan yang sudah dimiliki dan, atau sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat saat ini,” katanya.

Secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), Korea Utara telah berada di bawah sanksi PBB karena program rudal balistik dan nuklirnya sejak tahun 2006. Hal ini termasuk larangan pengembangan rudal balistik.

Teknologi tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit minggu lalu setelah pengujian puluhan rudal balistik selama 20 bulan terakhir. Amerika Serikat sejak lama memperingatkan bahwa Pyongyang siap melakukan uji coba nuklir ketujuh.

“Kami sangat menolak klaim tidak jujur DPRK bahwa peluncuran rudalnya hanya bersifat defensif, sebagai respons terhadap latihan militer bilateral dan trilateral kami,” kata Thomas-Greenfield, seraya menambahkan bahwa latihan AS bersifat rutin, defensif, dan diumumkan sebelumnya.

“Sekali lagi, saya ingin menyampaikan dengan tulus tawaran kami untuk berdialog tanpa prasyarat, DPRK hanya perlu menerimanya,” ujarnya.

Pembicaraan denuklirisasi antara Korea Utara, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang terhenti pada 2009. Pembicaraan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan pemimpin AS saat itu. Presiden Donald Trump pada 2018 dan 2019 juga gagal.

Kim mengatakan bahwa sampai “ancaman militer yang terus-menerus” dihilangkan, Korea Utara akan terus memperkuat kemampuannya. Thomas-Greenfield mengatakan tindakan Korea Utara didasarkan pada paranoia terhadap kemungkinan serangan AS.

“Jika ada yang ingin diberikan AS kepada DPRK, itu adalah bantuan kemanusiaan untuk rakyat Anda dan bukan senjata untuk menghancurkan rakyat Anda,” kata Thomas-Greenfield.

Selama beberapa tahun terakhir Dewan Keamanan PBB terpecah mengenai cara menangani Pyongyang. Rusia dan Cina, yang mempunyai hak veto bersama dengan AS, Inggris dan Perancis, mengatakan bahwa sanksi yang lebih besar tidak akan membantu dan mereka ingin tindakan seperti itu dilonggarkan.

Cina dan Rusia mengatakan latihan militer gabungan yang dilakukan AS dan Korea Selatan memprovokasi Pyongyang, sementara Washington menuduh Beijing dan Moskow menguatkan Korea Utara dengan melindungi negara tersebut dari sanksi lebih lanjut. (*)

Sumber: tempo.co
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com