Alat Pemantau Sempat Dicuri, Erupsi Gunung Marapi Sulit Dideteksi

Posted on 2023-12-04 20:04:34 dibaca 37768 kali

JAMBIUPDATE.CO,- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan mengatakan, Gunung Marapi termasuk salah satu gunung api yang sulit diprediksi gejala letusannya kendati sudah dilengkapi peralatan pemantauan gunung api yang relatif lengkap. “Dengan begitu banyak peralatan memang sifat dari erupsi Gunung Marapi ini sangat sulit dideteksi,” kata dia, Senin, 4 Desember 2023.

Hendra mengklaim peralatan yang disimpan PVMBG untuk mengamati Gunung Marapi relatif lengkap. Semua peralatan tersebut diklaimnya berfungsi saat letusan tiba-tiba gunung tersebut yang terjadi 3 Desember 2023. “Memang pernah ada gangguan pada awal 2023 ini, pada Maret sempat dicuri peralatan di StasiuN GGSL di timur dan ini sudah dua kali kecurian, 2020 dan 2023,” kata dia.

Hendra mengatakan dengan peralatan yang lengkap tersebut, data yang terpantau tetap minim karena Gunung Marapi sendiri minim menunjukkan aktivitasnya. Misalnya, kata dia, gunung tersebut jarang menghasilkan gempa vulkanik yang biasanya menjadi penanda erupsi pada umumnya gunung api. “Sangat miskin gempa vulkanik di Gunung Marapi,” kata dia.

Dengan tingkat kesulitan tersebut yang menjadi alasan PVMBG menetapkan status aktivitas Gunung Marapi berada di Level II sejak tahun 2011. Dengan status aktivitas tersebut PVMBG merekomendasikan untuk mengantisipasi letusan Gunung Merapi yang bisa tiba-tiba saja terjadi.

“Ini yang menjadi alasan kita selalu Level II untuk antisipasi preventif agar menghindari kejadian yang tidak kita inginkan bersama,” kata Hendra.

Hendra mengatakan, saat ini aktivitas vulkanik Gunung Marapi berada di Kawah Verbeek. Ia menunjukkan foto kawah tersebut yang diambil pada Agustus 2023. Kawah tersebut seperti lubang raksasa dan tidak terlihat adanya asap dari dalamnya.

“Ini yang membuat kita masyarakat melihat gunung ini seperti aman tidak ada apa-apa. Yang sangat berbahaya yang diam seperti ini, oleh karenanya relasinya dengan kenapa ada di Level II karena seperti ini. Level II artinya lebih ke preventif, secara visual memang tidak ada apa-apa, dan secara kegempaan mungkin hanya ada satu gempa per bulan. Tapi sejarahnya erupsinya selalu terjadi,” kata Hendra.

Dilarang Mendekat Sejauh 3 Kilometer dari Kawah Gunung Marapi

Hendra mengatakan tindakan antisipasi lainnya dengan mematok rekomendasi agar tidak mendekat dalam radius tiga kilometer dari kawah aktif Gunung Marapi. “Oleh karenanya, kami buat rekomendasi tiga kilometer berdasarkan statistik adanya erupsi setiap dua sampai empat tahun, hanya tanggal dan bulan kami tidak pernah tahu, ini kondisinya,” kata dia.

Hendra mengatakan, pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB terjadi letusan tiba-tiba dengan menghasilkan abu setinggi 3 kilometer. Letusan dengan intensitas tersebut memang bukan yang pertama, dan bukan terhitung yang terbesar. “Sekitar 2017 erupsi kurang lebih sama dan saat itu sedang banyak pendaki juga, tapi tidak ada korban,” kata dia.

Diduga Akumulasi Gas yang Terkumpul Bertahun-tahun

Erupsi yang terjadi 3 Desember 2023, menurut dia, diduga akibat akumulasi gas yang terkumpul selama bertahun-tahun. “Dugaan kami sementara, faktor erupsi kemarin itu mungkin ada akumulasi gas secara perlahan, sulit diprediksi karena kecil. Tapi, berakumulasi selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, itu yang menyebabkan erupsi Gunung Marapi butuh waktu 2 tahun 4 tahun, semakin lama tidak erupsi, potensi erupsinya semakin kuat karena ada akumulasi gas,” kata dia.
Sejak 2011 status Gunung Marapi berada di Level II, Hendra mengatakan lembaganya rutin mengirim surat rekomendasi memberitahukan status aktivitas gunung api tersebut. Surat tersebut dikirimkan satu bulan dua kali. Pada saat letusan 3 Desember 2023, pengamat gunung api diklaimnya telah mengabarkan terjadinya letusan tersebut pada otoritas terkait.

“Dan kami melakukan koordinasi dengan Basarnas untuk penyelamatan pendaki yang terjebak di atas. Pukul 15.43 WIB sampai 24.00 WIB terjadi 36 kali letusan. Sampai satu jam tadi masih ada letusan-letusan kecil,” kata Hendra.

Korban Berada di Dekat Area Kawah

Hendra mengaku mendapat kabar bahwa pendaki yang meninggal dunia memasuki daerah yang direkomendasikan berbahaya oleh PVMBG. “Perlu dikonfirmasi pada relawan, korban itu diduga yang terdampak parah itu pada jarak 1 sampai 1,5 kilometer dari kawah, dan sisanya 15 orang masih dalam pencarian, 49 orang sudah di evakuasi dan selamat,” kata dia.

Hendra mengatakan, dalam situasi seperti yang terjadi di Gunung Marapi lembaganya hanya bisa memberikan rekomendasi teknis. “Kami itu memberikan saran saja untuk dasar pertimbangan karena kita bukan instansi yang memberikan izin tapi bisa menjadi tempat untuk berkonsultasi karena kita mempunyai tugas memonitor. Kita punya data teknis sehingga rekomendasinya rekomendasi teknis,” kata dia.

PVMBG, kata dia, akan mencoba memaksimalkan lagi peralatan yang dipasang di Gunung Marapi. “kami masih berharap dengan alat deformasi bisa mendeteksi walaupun sangat sulit, mungkin harus dipasang lebih dekat, tapi kesulitannya kami memasang alat lebih dekat dengan puncak adalah maintenance. Kami cari opsi lain menghadapi tipe letusan yang memang paling sulit dideteksi,” kata dia.

Dia meminta agar masyarakat waspada dalam menghadapi tipe gunung seperti Gunung Marapi. “Tantangan kita semua untuk disiplin. Betul memang tidak ada erupsi selama beberapa tahun, tapi apakah kita mau berdisiplin untuk tidak mendekat, sebetulnya itu,” kata dia. (*)

Sumber: tempo.co
Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com