JAMBIUPDATE.CO, GAZA– Israel dan Amerika Serikat (AS) terus kehilangan dukungan dari sekutu-sekutunya. Prancis, Inggris, dan Jerman kini menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Bukan bersifat sementara, namun dalam jangka waktu yang lama. Hal itu terkait dengan banyaknya korban sipil yang terus berjatuhan akibat serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
"Terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,’’ ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Catherine Colonna dalam kunjungannya ke Israel, Minggu, 17 Desember 2023.
Colonna menjelaskan, negaranya sangat prihatin dengan situasi di Gaza. Namun, dia juga menggarisbawahi bahwa korban serangan Hamas di Israel tak boleh dilupakan.
Karena itu, dia mendesak gencatan senjata secepat mungkin dan bisa bertahan lama. Colonna dijadwalkan bertemu dengan keluarga warga negara Prancis yang menjadi tawanan Hamas.
Salah satu yang memicu perubahan sikap Prancis disinyalir karena salah satu pekerja Kementerian Luar Negeri Prancis tewas di Gaza.
Pria itu meninggal akibat luka yang diderita karena serangan Israel di Rafah. Saat kejadian, dia berlindung di rumah salah satu rekannya bersama sejumlah anggota keluarga mereka.
Namun, rumah itu terkena serangan udara Israel pada Rabu, 13 Desember malam. Staf Kemenlu itu terluka sebelum akhirnya tewas. Pun demikian dengan 10 orang lain di dalamnya.
Dalam laporan intelijen AS, hampir separo senjata yang digunakan IDF adalah dumb bomb alias bom tanpa kendali. Ia bisa jatuh dan meledak di mana saja tanpa pandang bulu.
’’Kami menuntut agar pihak berwenang Israel memberikan penjelasan penuh soal kejadian pengeboman ini, sesegera mungkin,’’ bunyi pernyataan Kemenlu Prancis, seperti dikutip The Guardian kemarin.
Setali tiga uang, Inggris dan Jerman juga menyerukan gencatan senjata. Menlu Inggris David Cameron dan Menlu Jerman Annalena Baerbock telah menerbitkan pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata berkelanjutan.
’’Tujuan kami tak bisa sekadar mengakhiri pertempuran saat ini. Perdamaian harus bertahan selama berhari-hari, bertahun-tahun, dan bergenerasi-generasi. Karena itu, kami mendukung gencatan senjata. Tetapi, hanya jika gencatan senjata itu berkelanjutan,’’ bunyi pernyataan bersama yang diterbitkan di The Sunday Times dan Welt am Sonntag.
Hal itu merupakan reaksi atas penderitaan luar biasa yang dialami penduduk Gaza. Inggris dan Jerman memiliki pandangan yang sama bahwa konflik di Gaza tidak dapat berlanjut berlarut-larut.
’’Israel tidak akan memenangi perang ini jika operasi mereka menghancurkan prospek hidup berdampingan secara damai dengan Palestina. Mereka punya hak untuk menghilangkan ancaman yang ditimbulkan Hamas. Tapi, terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,’’ lanjut artikel itu.
Terpisah, Al Jazeera Media Network akan memproses pembunuhan juru kamera Samer Abudaqa di Gaza ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Mereka menginstruksikan tim hukumnya untuk segera memproses laporan itu.
Abudaqa terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak pada Jumat (15/12). Saat itu dia melaporkan pengeboman di sekolah yang jadi tempat penampungan pengungsi di Khan Younis.
’’Berkas hukum juga akan mencakup serangan berulang terhadap kru Al Jazeera yang bekerja dan beroperasi di wilayah pendudukan Palestina dan contoh-contoh hasutan terhadap mereka,’’ bunyi pernyataan media yang berbasis di Qatar itu.
Menargetkan jurnalis adalah kejahatan perang berdasar Pasal 8 Statuta Roma. Sejak serangan Israel ke Gaza, 64 pekerja media tewas. Mayoritas karena bom maupun tembakan dari IDF. (*)
Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129
Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896
E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com