JAMBIUPDATE.CO,- Laga Final Euro 2024 atau Piala Eropa 2024 mempertemukan dua tim raksasa Eropa, yaitu Spanyol vs Inggris. Pertandingan berlangsung di Olympiastadion, Berlin, Jerman, pada Senin dinihari, 15 Juli 2024, mulai pukul 02.00 WIB dan disiarkan langsung RCTI dan platform streaming Vision+.
Duel Spanyol vs Inggris diprediksi akan menjadi duel taktik dua pelatih, Luis de la Fuente dan Gareth Southgate. Berikut ulasan taktik yang membawa dua tim melangkah ke babak final.
Final Euro 2024: Bedah Kekuatan Spanyol vs Inggris, Siap Lebih Diunggulkan untuk Menang?
Pasukan Gareth Southgate lebih banyak mengancam dari sisi kanan. Pergerakan Phil Foden atau Bukayo Saka kerap menjadi poros serangan The Three Lions.
Manuver Bukayo Saka
Gol pertama Inggris terjadi saat melawan Serbia berasal dari sayap kanan. Skema berasal dari umpan silang Bukayo Saka dan disundul oleh Jude Bellingham. Dari sisi kanan itu juga, terjadi lemparan jauh untuk Inggris menyamakan kedudukan saat melawan Slovakia. Pencetak golnya adalah Bellingham. Saat melawan Swiss, Inggris juga mencetak gol dari sisi kanan setelah Saka melakukan gerakan menusuk ke arah dalam kotak penalti.
Southgate berusaha mencari keseimbangan di sisi kiri pada pertandingan menghadapi Belanda di babak semifinal. Luke Shaw, satu-satunya bek dengan spesialisasi kaki kiri di skuad, bermain penuh dan membuat sisi kiri lebih aktif.
Dengan peralihan Southgate ke formasi lima bek tanpa penguasaan bola untuk laga perempat final melawan Swiss, Saka berhasil menarik perhatian atas kiprahnya sebagai bek sayap kanan. Dia punya kemampuan bertahan tetapi tetap berhasil memberikan ancaman untuk lawan.
Saka adalah pemain yang paling banyak membawa bola ke sepertiga akhir lapangan (25 kali) dan juga umpan silang terbanyak (9). Dia juga aktif bergerak tanpa bola (15) dibandingkan pemain mana pun di lapangan. Inggris mengandalkan sayap kanan. Sebanyak 63 persen umpan berasal dari sayap kanan dan Saka menerima 25 dari 45 bola yang dialirkan ke sisi tersebut.
Dampak Phil Foden
Pertandingan melawan Swiss itu memperlihatkan peran Foden yang bergerak untuk menerima umpan. Memulai turnamen di sisi kiri, perubahan formasi memungkinkan Foden beroperasi untuk masuk ke dalam kotak penalti lawan.
Dia melanjutkan hal itu di babak semifinal melawan Belanda. Dia dan Bellingham memainkan peran kunci dalam pergerakan antar-lini dan serangan mereka. “Saya sangat menyukai sikap mereka untuk mengejar ketertinggalan,” kata pengamat teknis UEFA Ole Gunnar Solskjær.
Pengaruh pergerakan Foden juga terlihat dalam peningkatan performa Inggris. Pemain Manchester City tersebut menerima bola dalam 15 kesempatan pada laga melawan Belanda. Jumlah itu berbeda dari sebelumnya yang hanya delapan kali dalam 90 menit pertandingan melawan Slovakia. Ini juga menjadi contoh peningkatan permainan Inggris.
Bedah Taktik Timnas Spanyol
Kecemerlangan individu Nico Williams dan kerja sama di sisi kiri dengan Marc Cucurella telah membantu Spanyol hingga ke partai final.
Nico Williams Jadi Ancaman
Sorotan mungkin tertuju pada Lamine Yamal, pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Eropa, setelah gol di semifinal melawan Prancis. Namun, kinerja Spanyol di sisi sayap kiri telah menjadi sorotan utama dari penampilan mengesankan La Furia Roja melangkah ke final dengan modal enam kemenangan beruntun.
Williams masuk dalam tiga pemain teratas yang melakukan take-on di turnamen tersebut dengan 35 kali. Ia hanya tertinggal dari Jérémy Doku dari Belgia dan Jamal Musiala dari Jerman. Ia menjadi pemain terbaik dalam pertandingan Spanyol melawan Itala yang berakhir dengan kemenangan 1-0 La Roja.
Ia juga mendapatkan pujian dari pengamat teknis UEFA Fabio Capello, terutama pada pertandingan kedua fase grup melawan Italia. “Dia selalu menjadi ancaman setiap kali dia menguasai bola dan bersikap positif dalam setiap situasi satu lawan satu,” kata pelatih asal Italia tersebut.
Total 12 take-on yang dilakukan Williams malam itu adalah yang terbanyak dibandingkan pemain mana pun di pertandingan penyisihan grup. Sementara itu, umpan silang yang ia kirimkan termasuk bola untuk gol bunuh diri Riccardo Calafiori juga menunjukkan pengaruh besarnya untuk Spanyol.
Williams menempati urutan pertama dalam skuad Spanyol untuk percobaan duel satu lawan satu. Selain kontribusi individunya, ia juga melakukan kombinasi yang mengesankan dengan bek sayap di belakangnya, Marc Cucurella.
Kedua pemain kerap melakukan serangan bersama-sama. Cucurella menarik seorang bek, yang berarti membuat Williams harus menghadapi satu lawan tersisa di lini pertahanan. Ruang itu membuatnya bisa ke sisi dalam lapangan untuk melepaskan tembakan.
Menurut pengamat teknis, Aitor Karanka, Williams berusaha memadukan pendekatannya dengan cara menyerang Cucurella. Ini memungkinkan lebih banyak variasi serangan untuk Timnas Spanyol. “Kadang-kadang Nico, yang menggunakan kaki kanan, akan masuk ke dalam dan menyerahkan posisi sayap kepada Cucurella, dan di lain waktu justru sebaliknya karena Cucurella akan masuk ke dalam dan Nico tetap melebar,” kata Karanka.
Tandem Sempurna
Williams dan Cucurella menarik perhatian karena kerja defensif di laga semifinal melawan Prancis. Williams kerap mundur untuk mendukung Cucurella dan membatasi pergerakan Ousmane Dembele di sayap. "Dembele mencetak beberapa gol, namun Spanyol menambah pengawalan terhadapnya melalui Cucurella dan Williams," kata David Moyes, pengamat teknis UEFA.
Statistik menunjukkan bahwa jarak rata-rata antara Williams dan Cucurella pada sisi kiri Spanyol saat menghadapi Prancis adalah 8,7 meter. Jarak ini lebih pendek dibandingkan dengan 13,5m pada pertandingan melawan Jerman.
Nico Williams mampu disiplin membantu pertahanan. Ia membuat 13 tekanan kepada lawan saat menghadapi Prancis, jumlah tertinggi kedua di antara para pemain asuhan Luis de la Fuente. Ia juga menghasilkan tiga ball recovery dibandingkan empat ball recovery yang dilakukan Cucurella di sisi tersebut. (*)
Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129
Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896
E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com