MUARASABAK, Hujan yang melanda Tanjab Timur beberapa minggu terkahir memaksa petani karet untuk beralih profesi untuk sementara waktu. Seperti di Kelurahan Nibung Putih, petani karet diwilayah tersebut banyak yang alih profesi.
“Musim hujan mengakibatkan kami petani karet tidak bisa untuk menyadap pohon karet yang basah,’’ ujar Parman, salah seorang petani karet Kelurahan Nibung Putih kepada harian ini kemarin (30/3).
Menurutnya, bila tidak beralih profesi akan berdampak pada perekonomian keluarganya. “Kalau tidak beralih profesi keluarga kami mau makan apa, jadi pekerjaan apa saja akan dilakukan asal keluarga bisa makan,” keluhnya.
Diungkapkannya, ganti profesi semacam inipun sudah sering dilakukannya ketika datang musim penghujan. “Makanya masyarakat disini tidak terkejut lagi apabila musim penghajan datang untuk beralih profesi,” terangnya.
Mereka ada yang menjadi kuli banguna, sopir serap atau profesi lainnya. Penghasilan yang dia terima ketika menjadi kuli bangunan sebanyak Rp 70 ribu perhari.
“Misalkan kami kerja tiga hari berarti kita terima uang dari pemborong Rp. 225 ribu. Bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” tandasnya.
Terpisah Darso, petani karet yang beralih profesi menjadi sopir serap ketika ditemui juga mengatakan apa bila musim penghujan datang dia terpaksa beralih profesi menjadi sopir serap angkutan sawit.
“Apapun itu pekerjaan yang menghasilkan uang tetap akan dilakukan.asalkan halal,” pungkas Darso. (sumber: jambi ekspres)