Pedagang yang berjualan di pasar Angso Duo, kemarin menggelar aksi bersama mahasiswa di pasar Angso Duo. Mereka menolak rencana pemerintah yang akan merelokasi pasar tersebut.
Koordinator Aksi, Heri Gunawan mengatakan, sebenarnya pihaknya tak menentang rencana pemerintah tersebut. Yang mereka tentang, katanya, adalah pelibatan pihak swasta dalam relokasi ini. ‘‘Tidak ada jaminan bagi pedagang untuk mendapatkan lapak di tempat yang baru nanti,’‘ tegasnya.
Ia menyesalkan pemerintah yang tidak transparan soal biaya. Menurutnya, sampai saat ini pedagang belum mendapat kejelasan soal berapa harga sewa yang harus dibayar oleh pedagang. ‘‘Infonya pedagang harus bayar paling murah antara 5-9 juta. Itupun yang termurah,’‘katanya.
Menurutnya, jika relokasi dilakukan murni melalui APBD, maka pedagang tidak akan dibebani. Sebab, pedagang hanya akan membayar retribusi seperti biasa. Namun, lantaran dikelola oleh swasta,maka bangunan angso duo nanti harus dibayar dengan harga sewa yang sudah pasti melangit. ‘‘Inikan namanya pemerintah mau menghisap darah pedagang,’‘ujarnya.
Selain itu, mereka khawatir jika pasar ini sudah dikelola oleh swasta dengan harga tinggi,maka hanya orang-orang tertentu yang mampu membayar. Akibatnya akan banyak pedagang yang gulung tikar. Parahnya lagi, sistem BOT ini akan mempersempit ruang gerak pemerintah dan publik karena swasta akan sepenuhnya mengendalikan pasar hingga waktu 30 tahun. ‘‘Nanti, bisa saja harga komoditi akan berada dibawah kendali mereka. Dan banyak lagi kerugian yang didapat pedagang,’‘ katanya.
Wasril, Ketua BEM Unja mendesak pansus angso duo membatalkan rencana relokasi tersebut. ‘‘Kalau seperti ini,kita minta pansus membatalkan rencana ini,’‘ katanya.
Sejumlah pedagang saat dikonfirmasi mengaku tidak bakal sanggup membeli ataupun membayar sewa kios di pasar angso duo yang baru. Sumiati, salah seorang pedagang menegaskan dirinya sudah lama jualan di dalam WTC,kalau sanggup membauar sewa. ’‘Katonyo paling murah 9 juta. Wah, dak mungkin sanggup kami bayar. Mending disini bae,’‘ujarnya.
Sugiyanto, pedagang lainnya menegaskan, lebih baik pemerintah melakukan penataam saja ketimbang harus merelokasi. Sebenarnya ia setuju direlokasi,asalkan biaya tidak dibebankan ke pedagang. ‘‘Silahkan pemerintah bangun. Tapi, jangan bebankan biayanya kepada kami,’‘katanya.
Sementara, salah seorang pedagang, Nukman mengaku kecewa dengan pemerintah. Itu karena tanah miliknya seluas 1 hektar belum juga diganti rugi. Tanah tersebut berada di area pasar angso duo yang baru. ‘‘Katanya mau diganti. Tapi,sampai sekarang hanya tinggal janji,’‘ katanya.
Ia menegaskan akan mempertahankan haknya itu meski harus mempertaruhkan nyawa. Ia menegaskan takkan menyetujui relokasi sampai tanah miliknya diganti rugi. ‘‘Mending dak usah kalau begini caranya,’‘tegasnya.
Pantauan di lapangan, mahasiswa berbaur bersama pedagang menegaskan penolakan terhadap rencana relokasi angso duo. Mahasiswa juga membentangkan spanduk sepanjang 10 meter yang berisikan tanda tangan dukungan dari pedagang agar angso duo tidak direlokasi lewat swasta. Pedagang sangat antusias dan merespon aksi mahasiswa dengan ikut menandatangani spanduk itu. (sumber: jambi ekspres)